Minggu, 19 Januari 2014

Setetes Kenangan (New Version)



Sejauh mata memandang masa lalu yang paling mengenang hanya satu nama.. Faiz Attaqi Bertahun-tahun kujalani masa hidupku bersamanya. Semenjak kami berdua lulus SmP hingga sebuah perpisahan oleh waktu dan pekerjaan. Dengannya, tidak pernah kurasakan sesal, apalagi dendam. Dengannya kulalui masa SMA dengan berbagai warna kehidupan. Bukan sekedar saling cinta, tetapi saling hormat dan saling menghargai masing-masing membuat kami berdua semakin dekat.
Dua minggu kemarin sebuah surat dari sebrang pulau di sana datang untukku. Sebuah nama pengirim dan alamatnya sudah sangat aku kenal. Surat itu baru kubaca menjelang tidur saat malam hari. Sebuah surat yang indah, rapi, harum, tegas dan jelas.
Sebuah surat yang berisi undangan Ulang Tahun dari seorang kenangan masa lalu. Tercantum jelas sepasang nama tersebut Faiz dan Imam. Dua sahabat yang aku kenal dari masa kecil. Nama dan wajah yang sangat familiar dan sangat akrab.
Imam mantan kekasihku, sahabat sepanjang masa dari masa kanak-kanak hingga kini. Faiz Attaqi yang sering kupanggil Atta adalah teman masa kecil kami. Sahabat masa balita kami berdua dan meningjak masa SMP kita berpisah jauh tetapi masih berteman.
Atta memang aku kenal dari dulu Bersahabat dengan Imam, semenjak SD hingga kami jadian. Orang yang pertama kali aku beri tahu saat kami jadian adalah Imam. Walau begitu Atta sama sekali tidak mencintainya, tetapi dia lebih mencintaiku yang sama-sama teman masa kecilnya. Dengan datangnya undangan itu sekarang aku tahu isi hati Atta.
Malam setelah membaca undangan Ulang Tahun tersebut pikiranku terus melayang ke masa lalu. Masa yang selalu aku ingat dan aku banggakan. Masa kanak-kanak hingga masa kepergianku merantau ke luar Negeri walau hanya sesaat.
Aku mengenal Atta maupun Imam saat kedua orangtua mereka masuk ke lingkungan tempat tinggalku. Lebih tepatnya mereka pindah rumah di lingkunganku. Rumah Imam berada di samping kanan rumahku dan rumah Atta satu gang dari rumahku. Masa kecilku aku habiskan dengan kedelapan sahabatku. Termasuk Atta dan Imam. Saat perpindahan mereka usia kami masih balita sekitar umur 3-4 tahun.
Masa kanak-kanak kami di sekolahkan di tempat yang sama. 3 sahabatku duduk di tingkat lebih atas, aku dan 3 sahabatku berada di tingkat yang sama di bawah mereka termasuk Atta dan Imam. Sedangkan 2 sahabatku yang lain berada di bawah kami. Karena berada di sekolah yang sama menjadikan persahabatan kami semakin dekat.
Persahabatan itu terus berlangsung walau masa sekolah dasar kami terpisah menjadi 4 sekolah yang berbeda. Aku, Atta dan Imam menempati sekolah yang berbeda-beda juga.
Semenjak SMP persahabatan kami semua mulai renggang. Selain semua berpisah kedalam 6 SMP yang berbeda Khususnya aku , aku adalah satu-satunya dari mereka yang menjalani study ke luar negeri , tepatnya di London Northumberland  kami juga telah memiliki kesibukan sebagai sebagai remaja sendiri-sendiri. Selain itu kebanyakan dari kami berdelapan sudah memiliki Sahabat sendiri-sendiri. Aku bersama Sahabatku di london. Atta dengan Sahabatnya di SMP 01 dan Imam dengan sahabatnya yang baru Di SMP09
Sukur alhamdulillah walau terpisah jauh tetapi nyatanya aku dan Atta disatukan lagi saat berada di bangku SMA. Aku lebih dahulu Sekolah di SMA tersebut, Setelah hampir satu tahun tidak bertemu pastilah karakter dari masing-masing berbeda. Apalagi sejak SMP hubungan di antara kami sagat renggang, hanya saling sapa tanpa ada cerita ataupun gurau. Hingga dipertemukan lagi di jenjang Sekolah Menengah Keatas.
Pertemuan pertama setelah hampir setahun tidak bertemu terasa berbeda. Cara bicaranya, pola kata-katanya, nada dan irama saat berucap dan pandangannya. Sungguh luar biasa, Atta  kanak-kanak yang dulu kukenal sekarang sudah menjadi sosok yang sangat Tampan, sopan, santun dan Berwibawa.
Karena aku lebih dahulu Bersahabt dengannya di Sekolah Dasar di sana sehingga semua keperluan Atta  pada saat awal Sekolah aku yang membantu. Mulai mencari Tempat Nongkrong, menujukkan tempat makan, atau toko buku yang murah, membantunya saat kegiatan Tugas Sekolah berlangsung hingga akhirnya hampir setiap malam kami makan bersama. Aku tidak tau dari mana kebiasaan makan malam bersama itu berlangsung, yang jelas tanpa sadar kegiatan itu menjadi rutinitas kehidupan kami berdua.
Berbagai tempat kami nikmati setiap malam, mulai angkringan khas kota Bogor, makan malam yang cukup menguras kantang atau sekedar jalan-jalan dan nonton di Bogor Treed Mall. Pastinya setiap malam kami tidak luput dari kegiatan itu, walaupun terkadang tugas menumpuk tapi bersamanya selalu menjadi pilihan utama.
Beberapa bulan dia tinggal dan menemanku di lingkungan kehidupan itu membuat kami saling cocok. Dalam masalah angan-angan, cita-cita maupaun harapan-harapan. Semuanya memang tidak sama tidak serupa tetapi kami merasa sangat memiliki saat itu. Hingga di suatu malam tidak sengaja dan tidak pernah kurencanakan kubilang aku suka dengannya. Mulai malam itu kami resmi jadian.
Berpacaran dengannya bukan seperti menjalin hubungan asmara yang pernah aku lakukan dengan mantanku, tetapi lebih seperti persahabatan yang diikat oleh rasa saling suka. Canda, tawa, bahagia hingga sedih, merana, dan duka kami alami. Saling membantu dan menolong dalam menyelesaikan pekerjaan selalu kami utamakan. Tidak terasa semua kejadian itu sudah hampir tiga tahun. Sebulan setelah itu kami mulai terpisah tempat.
Saat berpisah sangatlah berat. secara damai bukan karena dendam atau karena sebuah pertengkaran. Janji kami hanya satu “jika memang kita berjodoh kami akan menikah, sekiranya tidak kami akan mencari pasangan kami masing-masing”.
Walau rumah kami berjauhan ibuku dan ibunya Atta adalah sahabat dekat. Saat kami berpacaran keduanya sama sekali tidak mengetahuinya. Lebih jelasnya saat itu hubungan kami secara sembunyi-sembunyi di belakang kedua orangtua kami. Orangtuaku dan orangtua Atta sama-sama tahu kalau anaknya berpacaran tetapi selama juga itu mereka tidak mengetahui anaknya berpacaran dengan siapa.
Tiga jam menjelang prosesi Ulang tahun Imam dan Atta.
Salam sapa menyambut teman-teman masa kecilku. Walau sudah tidak lengkap lagi tetapi masih tersisa rasa kangen itu. Tidak disangka dan tidak diduga aku dan teman-temanku setelah membantu menyiapkan dekorasi acara itu disuruh ke dalam
Gedung perusahaan milik ayahnya Imam. Gedung yang sudah dari dulu kukenal sudut-sudut ruangannya dan sangat familiar. Di dalam rumah itu kami mendapat tugas menemani tamu yang sudah datang dari jauh.
Tiba-Tiba sirine Ambulan menyerinai dengan keras, sebuah handphone berdering dan Wartono ayahnya Atta mengangkatnya,tersentak ia kaget akan pembicaraannya dengan seseorang dalam telefon tadi,
“ada apa?” tanyaku dengan penuh Hati-Hati
“Imam, kecelakaan ketika ingin menuju ke tempat ini, dan sekarang ia berada di rumah Sakit, Mungkin acara Anniversarry ini takkan berlangsung!”
“Tidak!”
Tiba-tiba Atta mendekatiku dan wajah Tampannya mendekati daun telingaku seraya berkata
“Intan, tak apa lagi pula acara ulang tahun tidak terlalu penting koq, yang terpenting hanyalah sahabt-sahbatku bisa berkumpul kembali”

Aku yang Mendengarkan Ucapan Mutiara Atta di dalam ahirnya tidak tahan akan suasana menyedihkan tersebut. Sahabat  yang paling kusayangi tersebut harus menjalani kisah memilukan ini. Dalam hati aku menangis.
Entah berapa lama semejak aku keluar dari Gedung itu hatiku tidak bisa tenang. Sampai sekarang tidak ada keputusan yang pasti soal Annyversarry ini. Semua gaduh sendiri-sendiri, dan aku frustasi dengan keadaan ini. Hati teriris pisau belati, belahan jiwa tidak seharusnya pergi seperti ini. Ingin sekali ku menempati posisi Imam dan beranniversarry bersama Atta yang masih aku cintai. Kudengarkan lagu Bondan kita tuk selamanya dengan earphoneku. Berusaha mencari ketenangn dalam jiwa dan raga. Tetapi tetap saja tidak kutemukan.
Kulihat tenda di depan sana, tepat di depan Gedung Imam. Bendera Merpati lambang Persahabatan kita terbentuk nan Indah. Melambai-lambai tertiup angin sepoi. Tidak lupa jalur Orange yang dibentuk dan di tata secara rapih menambah indahnya dekorasi. Tempat duduk Para Tamu Undangan juga sudah dipasang dengan sempurna. Warna putih mendominasi tata ruang disana, kain-kain putih bersih sedikit bergerak mengikuti arus angin yang ada. Sangat indah, sayangnya tidak seindah suasana yang ada di dalamnya.
Dari sana kulihat temanku berjalan sedikit berlari ke arahku. Menyongsonku dan sedikit berteriak-teriak. “Tan!, Semakin parah sekarang keadannya ada di dalam. Di dalam Ruang Kostum, Zaky tidak mau membalas panggilan dari luar, sedang pintu dan jendela terkunci dari dalam”, teriaknya.
Dengan panik langsung kutarik temanku itu “Ayo kesana.” ucapku padanya.
Di depan pintu Ruang Kostum semuanya terlihat pucat pasi. Ibu, ayah dan kerabat Zaky terlihat bergantian memanggilnya. Tapi ini Aneh Seorang Atta yang mengimpi-impikan acara seistimewa seperti ini saja terima dengan lapang dada lantaran acara itu Hancur, mengapa seorang Zay tak terima akan hal itu. Fikirku dalam hati dan terbuyar oleh teriakkan-terikkan di sekitar Tidak ada suara di dalam kamarnya, tangisan pun juga tidak ada. Hanya hening dari dalam kamar.
Zaky memang orang yang agak keras kepala. Jika dia mulai marah dia tidak mau mendengarkan perintah maupun tutur kata orang lain. Apalagi jika itu berhubungan dengan sahabt Terbaiknya. Yang ada di kepalanya hanya bagaimana membanting kemarahnnya tersebut. Dulu aku juga merasakan kesulitan akan keras kepanya yang tidak pernah mau mendengar saranku. Tetapi secara bertahap akhirnya aku bisa mengendalikannya.
Aku terus berjalam menerobos keramain tersebut. Kulihat ibu dan kakakku juga berada di sana. Semua takut jika Zaky melakukan suatu kecerobohan yang besar sehingga bisa melukai dirinya sendiri.
“Biar saya coba Bu.” ucapku minta izin kepada ibunya
Zaky. Kuketuk pelan pintu kamarnya 3 kali “Zaky, Zak, Zaky. Kak, Kak Zaky. Ini Intan Kak. Kak Zaky  denger Intan tidak?” ucapku pelan dan pasti. Semenjak kita Bersahabat aku lebih sering memanggilnya Kakak dan dia lebih sering memanggilku Dek.
Kak, Kak Zaky. Ini beneran Intan kak. Jawab!.” Ulangku karena tidak ada balas darinya sambil terus aku ketuk pintunya. Aku berharap pintu kamar dan pintu hatinya bisa terbuka, minimal tidak terkunci dari dalam.
“Aku malu
Tan. Aku malu!!! Aku benar-benar malu!” teriaknya histeris dari dalam. Ahirnya dia mau berbicara, walaupun pintu masih dikunci.
“Malu karena apa? Ini bukan salahmu. Mari kita bicara, curhatkan semua isi hatimu dan akan kudengarkan. Kita pecahkan masalah ini bersama-sama. Jangan menangis di dalam, apa bisa memecahkan masalah ini jika kamunya menangis terus?”
“Malu itu ya malu
Tan. Yang bisa memecahkan ini adalah waktu, jika waktu dapat diputar kembali rasa maluku ini tidak akan ada lagi.”
“Waktu kan tidak dapat diputar, tanpa memutar waktu masalah ini pasti dapat di pecahkan. Buka dulu pintunya, baru kita pecahkan. Mumpung
Intan masih di sini.”
Cukup lama sekali Zaky tidak mau menjawab. Hingga suara anak kunci terdengan dan pintu pun terbuka. Aku yang berada tepat berada di depan pintu pun langsung di sambar peluk oleh Zaky. Tangisan Zaky pun pecah di pelukkanku. Tidak sempat aku lihat raut mukanya, tiga tahun sudah aku tidak pernah melihat wajahnya secara langsung, rindu sekali rasanya.
Lama sekali dia menagis di dadaku. Belum pernah kami berpelukan selama ini, bergandengan tangan saja sangat jarang. Rasanya dadaku sudah basah oleh air matanya. Tidak kami hiraukan sekitar, antara rindu dan kesedihan bepeluk menjadi satu saat itu.
“intan, Besok kakak akan pergi ke Australia, jika ini menjadi kenangan terburuk bagi persahabatan kita , kesedihan itu pasti menyelimuti kehidupan kakak selama di sana?”
Aku menatap mata Zaky sangat dalam hingga tatapan itu merasuk kedalam hati kecilnya dan mengerti akan persoalan ini.
“kak, memang seperti inilah cobaan tuhan terhadap persahabatan kita, Tinggal kitanya saja yang menyikapi akan cobaan tersebut!”
“iya, mending sekarang kita ke Rumah Sakit menjenguk Imam?” seru Atta memcahkan suasana haru.
Sentak Kami bertiga berpelukkan amat erat hingga beberapa menit, dan lekas pergi untuk menjenguk Imam, sesampainya kami di sana Dokter bilang keadaan Imam tak terlalu parah dan ia telah siuman, dengan dua Kue sederhana kami merayakan Anniversarry Imam dan Atta di hospital walau sangat sederhana tapi itu begitu istimewa bagi kami berempat karna mungkin ini adalah pertemuan terakhir Aku dengan Zaky, terlihat Raut wajah bahagia di depan matakku membuat Air mata Haru tak bisa terbendung lagi , Kami Berempat berjanji takkan melupakkan kenangan indah yang telah kami lewati.
***
Setelah Kejadian Itu kami benar-benar terpisah lagi Zaky telah berangkat kemarin Ke Australi, Imam sibuk dengan Proyek Novelnya dan tinggal Atta yang tersisa.
Semalam sudah aku menantikan kehadiran sesosok pangeran yang aku dambakan di malam spesialku ini, aku berharap dia hadir dalam acara sweet seventeenku, Sebenarnya Aku sudah mengundang Imam tapi sepertinya Nihil jika ia datang dalam Acaraku ini.
Atta itu nama yang tak pernah asing di sekolah ini, siapa sih yang nggak suka dengan dia? Tegas, bijaksana, smart, dengan menguasai english yang cukup mendukung, dia tak pernah bermain dengan hal yang cukup ilfeel di mata wanita, selalu tetap teguh pendirian, I mean konsisten guys he! Itulah yang membuat dia menarik perhatin banyak wanita di sekolahku ini.
Aku berjalan menusurui koridor sekolah dengan bola mata yang berputar sibuk mencari sosok lelaki tampan yang ingin aku temukan, tapi itu semua nihil, “kemana kak Atta, apa dia nggak masuk hari ini? Tumben banget orang serajin dia tak masuk sekolah di hari biasa ini? Apa dia sakit? Lalu kemana dia? Apa yang sudah terjadi dengannya?” gumamku dalam hati yang mengkhawaatirkannya. Tapi sepertinya itu kak Beni, aku melihatnya dari jarak kejauhan, Aby, dia adalah sahabat kak Atta yang gokil dan nggak jelas abis, tapi dia jago Dance lho, nggak rugi juga kalau ngegebet dia hehehe,
“Kak!!!” teriakku memanggilnya,
 “iya Tan? Kebetulan nih!” jawabnya menyapaku dengan raut wajah yang begitu tegas dan menyambutku dengan senyuman yang cukup membuat para cewek di sekolah jadi klepek klepek
 “Lho kok kebetulan sih kak?” tanyaku dengan nada yang sedikit penasaran dengan jawaban kak Aby tadi
 “tenang Tan, aku tahu kamu mau tanya Atta khan? udah tenang aja dia nggak apa-apa kok, maafin dia yah semalam dia nggak bisa datang di acaranya kamu, dia harus keluar kota dadakan Tan, dan dia hanya nitipin ini buat kamu, maafin dia yah!” jelasnya menenangkanku, seolah dia tahu apa yang ingin aku tanyakan padanya “lalu, kak Atta  tak berpesan apa-apa sama kakak?”
 “hem, Enggak Tan  soalnya dia tadi malem udah keburu banget, waktunya mepet katanya” “owh! Ya udah kak makasih banyak yah udah buat Intan tenang” “wahhh! Sayang banget nih yah sama Atta?” celetuknya mengejekku, aku hanya bisa tersenyum dan tersipu malu.
Hari-hari yang telah aku jalani dalam minggu ini dan kemarin begitu aneh, aku sendiri entah tak mengerti apa maksud dari semua ini, setiap pagi mama selalu menemukan surat kaleng yang tak pernah tertera nama dan alamat di amplop itu, kertas putih itu pun tak pernah penuh dengan tulisan, entah siapa pengirimnya aku juga bingung dengan itu, sudah satu minggu terakhir ini mama menemukan itu.
For: Intan kecilku
Ceria mu tak pernah hilang dari pandangan mataku, senyummu menyejukan hatiku seperti embun pagi yang tersebar di bumi ini, dingin, sejuk dan indah, kabut putihmu yang selalu menenangkan hati kusamku
By: harapan senyum mu
Puitis sih, tapi kalau lama kelamaan seperti ini, buat aku jadi jengkel aja ni orang nggak ada kerjaan banget sih gangguin aku mulu, dari tulisannya sih aku nggak pernah kenal, bahkan nggak pernah lihat. Siapa sih orang ini? Hatiku gelisah penasaran dengan pengirim kertas putih yang tak penuh itu. Ih mikirin dia keburu gila sendiri aku, biarlah nanti juga capek sendiri tuh orang!
Kriiinnnggg… waktu menunjukkan jam 03:00 WIB,
“tumben Tan bangun pagi-pagi bener, lha wong biasanya kayak bagong tidur nggak bangun-bangun” cletuk mama padaku
 “hehehe emang sengaja ma Intan bangun pagi, penasaran sama orang yang sering ngasih Intan surat kaleng itu, kira-kira orangnya ganteng nggak yah ma?”
“kamu itu Tan yang dipikirin cowok melulu, sekolah masih nggak bener gitu” “hehehe biasa ma kan udah remaja masak mau datar-datar aja, nggak asyik donk!” Aku lari meninggalkan mama untuk menuju pintu rumah bagian depan Krrreeekkk… pintu ku buka dengan perlahan-lahan
“ya ampun” kejutku melihat itu “sepagi ini udah ada lagi, siapa sih orang itu? Jadi tambah curiga deh!” ku ambil amplop itu dan ku buka dengan rasa penasaran yang tinggi, seolah seseorang yang mengharapkanku tau ketika aku akan melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengannya, apakah ada orang rumah yang tau tetang ini? Aku juga cukup bingung dengan semua ini, aku sering bertanya pada mama, apakah beliau tahu tentang semua ini? Tapi mama hanya menjawab tidak tahu dan tidaak mengerti, apa yang ia inginkan dariku? Hemh!
For:Intan kecilku
Bulat matamu mengingatkanku pada peri kecil yang ku temui di dalam mimpiku, kamu yang selalu ku buat resah dengan kehadiranku, maafkan aku peri kecil, jika aku selalu membuatmu gelisah, karena aku sangat menyayangimu
Peri kecilku yang selalu hadir dalam mimpiku
By: harapan senyumu
Ya tuhan, siapa seseorang ini?
“mama,” teriakku memanggil mama
 “apa sih Tan pagi-pagi udah teriak-teriak”
“ma, ini siapa sih ma sepagi ini kok udah ada orang yang nggak jelas kayak gini?” “fanstermu mungking Tan, udah lah nggak usah di fikiran nanti juga bakalan ketemu sama orangnya kok” jawab mama padaku
“lho emangnya mama tau orangnya?”
“ya enggak sih, tapi mungkin aja nanti dia bakalan ngaku sendiri”
hem ya juga sih, mama bener juga ngapain aku susah-susah mikirin orang yang nggak jelas kayak gini, tapi, tunggu dulu tadi mama bilang
“udah lah nggak usah di fikirin nanti juga bakalan ketemu sama orangnya kok” kok mama bilang kayak gitu yah? Masa sih mama nggak tau orang itu? Toh mama setiap hari ada di rumah nggak kemana-mana, kalau mama bener-bener nggak tau orang itu ngapain mama bilang seperti itu? Aaarrrkkkggg udahlah kok jadi su’udzon sama mama sih. Terangku menyadarkan lamunan itu
“woy! Kok nglamun terus sih Tan? memang apa sih yang di lamunin?” sapa poppy mengagetkan ku
“hem aku bingung nih pop”
“emangnya bingung kenapa sih Tan?”
 “surat kaleng itu masih ada sampai sekarang pop”
“HAH! Yang bener kamu Tan, gila banget tuh orang sama kamu!”
 poppy kaget mendengarnya, siapa yang nggak kaget sih udah dua minggu ini di timbun terus sama surat kaleng yang nggak jelas banget, sebel juga kan?
“kenapa sih pop tuh orang nggak langsung bilang aja sama aku gitu?” tanyaku pada poppy
“hem mungkin dia nervous Tan, kamu kan orangnya cuek banget”
hem bener juga yah kata poppy, emang ada yang menakutkan pada diriku? Ah biarlah aku harus tetap bersama kak Atta, by the way sekarang kak Atta kok nggak pernah nongol yah? Apa dia masih belum pulang dari luar kota? Kok lama banget sih, emang ngapain ajja disana? Jangan jangan? ih nggak boleh mikir yang macem-macem Intan, kamu harus semangat mendapatkannya OK! Spirit Intan!!!
Kriiiggg!!! Bel berdering kencang, waktunya pulang sekolah!
Hem! Kira-kira mama masak apa hari ini yah? Jadi nggak sabar nih, laper banget udah nggak ketulungan, hehehe
Menempuh perjalan selama 15 menit itu cukup menguras tenaga juga yah, hem tapi nggak apalah yang penting aku sudah sampai di rumah sekarang, KRIIIEEEKKK, ku buka pintu rumahku, lho kok ada surat kaleng ini lagi?
For: Intan kecilku
Duduk
Termenung manis menunggu seorang peri kecil yang hadir dalam hidupku, untuk mencurahkan rasa rinduku pada seorang peri kecil yang lugu.
Lagi-lagi Intan kecilku, peri kecilku? Siapa sih ini? aku tak pernah mempunyai inisiatif untuk membalas surat-surat itu semua, tapi kenapa saat ini aku berkeinginan untuk membalas meskipun itu hanya sekali? Tak apalah, mungkin dengan aku membalas itu semua aku bisa tau siapa orang itu, Ok aku akan mencoba!
For: someone who i don’t know
Berjalan & Berlari
Langkah demi langkah kau berjalan, lebih cepat kau mengejar, begitu dengan perasaan, tak pernah bisa terlihat dengan mata dan rabaan tangan yang memegang, begitu juga dengan mu yang tak pernah kulihat dan tak pernah hadir di dalam hidupku, jika kau ijinkan aku bertanya Siapakah dirimu? Apakah kau bisa hadir untuk menemuiku? Dan apa maksudmu dengan permainan mu ini?
Itu yang aku ingin katakan kepadanya, apakah dia bisa membaca itu? Hem! Terus aku kasihkan pada siapa? Oh aku tahu, mungkin nanti malam aku taruh ini di tempat biasanya dia meletaktan surat-surat itu. Sip! ternyata aku pintar juga ya? Hahahaha GR sedikit nggak apa-apa khan?
“mau kemana Tan?” teriak mama bertanya
“mau ke halaman depan ma” sahutku keras
“emangnya ngapain malam-malam gini kamu ke halaman? Mau bersih-bersih? Tumben Tan bersih-bersih?”
“yeee mama, masa malem-malem begini Intan  mau bersih-bersih ya nggak mungkin banget lah ma” bela Intan
“terus kamu mau ngapain jongkok disana?”
 tanya mama sewot pada ku
“lagi nyari surat kaleng ma”
 “hem! Ternyata kamu kangen juga ya Tan kalau nggak ada surat sehari?”
“yeee mama ya nggak lah ngapain Intan kangen sama orang yang nggak jelas kayak gituan?” difikir-fikir iya juga yah ngapain aku masih nyari surat yang nggak penting kayak gitu, hem tapi aku penasaran dengan pengirim yang nggak pernah jelas dan nggak pernah nunjukin wajahnya di depanku, mungkin aja aku bisa tertarik dengan orang itu, bukan berarti aku suka dengan kak Atta terus aku nggak bakalan ada rasa dengan cowok lainnya gitu? Hem mungkin aja suatu hari aku sudah nggak ada rasa lagi, ya kan? betul nggak? Sepertinya untuk malam ini nggak ada coretan lagi deh? “Udah lah lagian ngapain sih Tan kamu masih nyari-nyari hal yang nggak penting itu” gumamku dalam hati.
KRIIINNNGGG… suara bekerku berdering keras pagi ini, mataku mulai terbuka secara perlahan untuk menyambut awal hari minggu ini,
“Good morning weekend” senyuman keceriaan selamat pagi dunia, hemh!!! Melihat embun dan kabut pekat rasanya kaki ingin berjalan menelusuri rumput yang basah. Menghirup udara segar lembab dingin dan basah.
Aku bersiap untuk pagi yang cukup cerah ini tak akan kusia-siakan waktu terindah ini dengan Berjigging di sekitar komplek, beberapa puteran telah ku lewati, tiba-tiba saja ada yang membekapku dari belakang seorang pria yang tidak ku kenal ku di seretnya menuju suatu tempat, tubuhku berontak akan bekapan pria tersebut,
Telah sampailah aku di suatu tempat yang sudah tidak asing lagi bagiku Bukit dromhy ini aneh, ku kira aku ingin di culik, tiba-tiba Pria itu membisikku penuh dengan kelembuttan,
“Intan ini kakak, ?”
Keadaan mengehening aku melihat sipa pria di balik topeng itu Kak Atta,
“ka,,ka,k atta?”
“iya maafin kaka, ya intan, kakak nggak bisa dateng keacara kamu mungkin hadiah inilah yang kakak berikkan untuk kamu sebuah surat Kaleng,.”
Aku memeluk Kak Atta dan menumpahkan Air mataku yang tidak terbendung lagi bajunya mungkin  sudah basah lantaran Air mataku,
Bagiku itu adalah pengalaman terindahku bersama Kak Atta,
Kak Atta terima kasih.

***
Cerita ini kupetik dari Liburan semester kemarin aku sangan terinspirasi lantaran Pagi Itu cerah, udara yang sejuk di daerah sekitar danau toba. Saat itu ku langkahkan kaki ku setapak demi setapak menuju ke balkon vila yang ku tempati untuk beberapa hari ini. Ku pandangi alam yang indah ini. Tak puas melihat dari atas balkon aku pun bergegas turun dan berkeliling di sekitar daerah danau toba. Aku sangat menikmati pemandangannya sampai-sampai aku tak melihat sosok pria yang jalan di depanku, dia membawa kamera digital. Karena menyenggol bahu ku, kamera ia pun terjatuh dan akhirnya bagian-bagiannya sudah berserak di tanah.
“hey kau! Kenapa jalan gak lihat-lihat? Kau lihat itu apa yang telah kau buat! Kalau punya mata dipake! Jangan dipajang aja di muka kau itu!” cerocos pria tersebut dengan muka marah.
Dengan muka yang terkesan malu, aku pun hanya bisa berkata “maaf aku gak sengaja menyenggolmu”
“gak sengaja? Dasar ceroboh! Ta..p..i tung..gu, sepertinya aku kenal dengan kau! Apa mungkin kauuu
Intan Fitriani? Sahabatku sewaktu SMP?” tanya pria tersebut dengan muka penasaran.
“ha? Gimana bisa kau tau namaku? Apa mungkin ka…
Fa Fa..iz Atta..qi?” tanyak balik lia ke pria yang bernama Atta itu.
“tunggu! Sepertinya kita perlu banyak cerita, apa kau mau sarapan pagi dengan ku?” ajak
Atta
“Maaf aku gak bisa, aku harus pergi” jawab
ku dengan terbata-bata dan bergegas pergi meninggalkan Atta.
Ditemani dengan cuaca yang sejuk di sini, aku pun berjalan menuju balik ke villa dan mulai merasa kepikiran dengan orang yang ku tabrak tadi. “gimana bisa aku jumpa dengan dia lagi? Ada rasa Rindu yang mendalam tapi aku tak mau air mataku menetes lagi akan kenangan kita bersama, dan niatku berlibur hanya untuk merefres setelah 1 bulan ujian.
Setelah berjalan beberapa menit aku akhirnya tiba di vila dan bergegas masuk ke kamar, di kamar aku terpikir dia lagi, iya dia si Atta itu! Tapi kalau ku ingat kembali itu tabrakan yang terindah setelah bertahun-tahun aku tak jumpa denganya lagi.
Tiba-tiba saja aku merasa kecipratan air, ternyata itu adalah temanku yang menyiram air ke muka ku agar aku bangun :D ternyata tabrakan terindah itu tidak ada dan hanya sebuah mimpi. Tapi aku berharap agar bisa jumpa dengan Atta  ataupun sekedar mengetahui kabarnya saja. Tetapi hanya sebagai Sahabat. Sahabat sejati yang menghiasi hatiku ini
***
Hari itu aku sangan malas setelah mimpiku tadi pagi aku hanya mengahbiskan waktu di kamar hingga bayangan tepat dibawah kaki tersentakka akupun terridur lantaran hawa yang cukup panas diluar
Poooss…!
Teriakan tukang pos membangunkanku dari tidur siangku, aku yakin sekali surat kali ini untukku.
Ini pasti dari sahabatku,
Atta. Aku dengan Atta sudah hampir setahun saling bertukar surat , pada awalnya aku mendapat surat tidak dikenal, saat aku cek ke kantor pos, ternyata surat itu memang nyasar.
Surat itu dari
Atta yang bermaksud mengirimnya kerumah neneknya, kebetulan alamatnya hampir sama dengan alamat rumahku.
Semenjak saat itu kami menjadi teman pena,
Atta dan aku mempunyai hobi yang sama yaitu menulis. Bedanya aku menulis tulisan satra dan Atta cendrung membuat tulisan Bergambar.
Yup, ternyata benar surat itu dari Atta, segera saja aku membuka amplop yang berwarna biru. Aku dan Atta sepakat jika memakai amlop yang berwarna biru jika saling berkirim surat.
23 November 2009
Intan, tak terasa hampir setahun kita saling berkirim surat. Aku sangat senang sekali kejadian yang kebetulan setahun yang lalu, menjadi kebetulan yang sangat indah bagiku
Oh ya, bulan depan aku berencana mengunjungi kotamu,aku ingin menghabiskan liburan di rumah neneku, dan aku juga berencana mengunjungimu, aku sangat ingin beremu kamu secara langsung
Sekian dulu yaa, aku menunggu balasanmu
Salam hangat,
Faiz Attaqi..
Waaah, aku senang sekali membacanya, ternyata
Atta akan mengunjungi bulan depan.
Segera saja aku bilang kepada Mama tentang rencana
Atta yang akan berkunjung kesini, setelah itu aku langsung menulis surat balasan kepada Atta
27 November 2009
Kak Faiz Attaqi, wah aku senang sekali kamu mau mengunjungiku, tentu aku bersedia, aku juga telah bilang kepada Mama, Mama juga senang, aku harap nanti kamu akan menginap dirumahku selama beberapa hari, aku mempunya segudang rencana menarik untuk kita lakukan bersama.
Kamu akan kesini bulan depan kan? Itu berarti beberapa hari lagi.
Hati hati di jalan ya Dini. Salam hangat
Intan Fitriani.
Tidak terasa hari ini hari terakhir sekolah sebelum liburan, berarti
Atta akan kerumahku beberapa hari lagi, aku segera mandi dan berpakaian untuk pergi ke sekolah, sebelum itu aku sarapan sebentar lalu berpamitan ke orangtuaku untuk pergi kesekolah.
Kebetulan jemputanku juga sudah datang.
Akhirnya pengumuman dari sekolah yang aku tunggu tunggu datang juga, sekolah akan libur akhir tahun, teman-teman disekolahku sangat ramai, tidak salah lagi, mereka bercerita rencana mereka saat liburan nanti.
Tak terasa bel tanda akhir sekolah sudah dibunyikan, keadaan kelas makin ramai saja. Setelah mengucapkan selamat liburan, kamipun naik mobil jemputan masing masing.
Di tengah perjalanan aku teringat mimpiku tadi malam, di mimpiku aku melihat
Atta memakai Jas putih yang indah dan tersenyum padaku, tapi makin lama sosok Atta makin jauh, aku mencoba mengejarnya tetapi tidak bisa .
Mengapa ya, aku bermimpi seperti itu tadi malam.
“ah, mungkin aku terlalu senang
Atta akan mengunjungiku” pikirku.
“aku pulaaang…” teriaku.
terlihat Atta sedang duduk di sofa rumahku kami berpelukkan melepas rindu yang ada, tanpa basa-basi aku dan Atta menghabiskan liburan kami di kebun teh dekat rumah, semua terasa indah persahabatan kami semakin erat masalahku selama satu semester ini lenyap sudah akan ke hadiran Kak Faiz attaqi,
Kak maksih
****
Malam itu cukup Sunyi Imam Spupuku datang kerumahku dan berniat mengisi masa liburannya , tak lupa ia pasti menginap jika Imam menginap di rumahku kesunyian yang melanda Rumahku menjadi terpecahkan lantaran ritual kita semalam suntuk, diantaranya, perang bantal Nonton fillm Hollywood dan bermain game, ketika ritual itu telah usai aku lekas tidur baru saja aku mengejamkan mataku imam memanggilku,
“intan?”
“iya Ada Apa Mam?”
“mau denger Cerita nggak?”
“boleh”
“jadi gini waktu masih SD, gue paling takut sama yang namanya hantu. Di fikiran gue hantu itu suka ngejutin alias surprise. wah berarti hantu romantis dong, bukan bukan! Hantu bukan ngasi surprise terus bawa mobil-mobilan, terus ngasiin dengan muka lugu. bukan bukan! Tapi yang ada, hantu ngejutin dengan cara memandang lo. lo bayangin aja beragam-ragam wajah hantu yang super duper unik dan menyeramkan. Ada yang mukanya gepeng kelindes truk, ada yang bawa gayung. Berarti kemungkinan kematiannya ada dua, di kamar mandi pas lagi mandi, atau di perempatan jalan sewaktu lagi ngemis malah dilindes odong-odong hiii tragis sereemmm. Ada yang perut belakangnya bolong. kalau ini kematiannya mungkin korban malpraktek, soalnya habis ngelahirin. Dokternya kena serangan jantung terus mati, jadi tidak sempat dijahit. Tapi kenapa dia enggak ke tukang jahit aja ya? hmmm 0_0”.
Dari segitu banyaknya hantu, ada hantu yang paling membuat gue penasaran yaitu pocong!!, Menurut gue pocong itu yang paling unyu, pakaiannya itu seperti guling di kasur, bawaanyaa pengen meluk aja 0_0, dan pakaiannya juga seperti lontong bawaannya pengen nyiram dia dengan kuah sayur gori, campur udang sambel, telur dan itu pastinya lezattt sekali #ngilerrrr
Tapi ini pocong broo bukan makanan!!!
Oh iya iya lupa
Apalagi nih ya jalannya, menurut gue pocong ini dulu cita-citanya adalah atlet engklek tapi enggak kesampaian dan keburu mati. Lo lihat aja jalannya gimana.
Bawaannya gue pengen bilang, cong!! Ada nyali lo buat main engklek sama gue. #alis naik
Aktifitas gue sewaktu SD selain belajar di SD negeri 010086 Kisaran, gue juga belajar ngaji. Jauh banget tempat ngaji gue, seperti lo melakukan perjalanan melewati dua benua, 200 pulau, 180 gunung, dan berjuta juta kebohongan padahal kepeleset taik lincong juga nyampek ‘alias tetangga.
Habis sholat magrib, dengan ganteng pakai lobe, baju koko sambil nenteng iqro.
Nunggu temen–temen di depan rumah biar bareng-bareng ke tempat guru ngaji, padahal gue penakut walapun ngajinya di tempat tetangga.
Sewaktu gue nunggu temen-temen, tetangga gue yang letak rumahnya di samping rumah gue dan di samping rumah guru ngaji gue. Dia bernama Tika! Dia hampirin gue, seperti biasa dia orang yang selalu nakut-nakutin. Bertemu dengan dia itu “Azab” lah buat gue seperti itu gambarannya.
Begitu krusialnya peran dia di hidup gue, bayangin aja.
Ggik!
Pasti lo nungguin temen ya buat sama-sama pergi ngaji. Karena lo takut pergi sendirikn?
Iya, tapi gue enggak takut tuh. Gue Cuma suka perginya rame-rame #sok cool (padahal alesan karena gue penakut).
Berapa detik kemudian temen gue sudah pada datang, leganya terhindar dari “Azab” ngelus dada.
Jalan riang bareng temen-temen ke tempat guru ngaji.
Karena masih kecil. Sambil nunggu giliran ngaji main smackdown dulu sama temen gue si epri, main suit suitan tapi enggak main cewek karena pada saat itu gue belum jadi playboy. Belum di lantik karena belum cukup umur alias masih bocah.
Aneka ragam peralatan ngaji yang di bawa temen-temen gue. Diantaranya telunjuk iqro dan qur’an. Ada yang manual alias pakai tangan, ada yang seperti tusuk gigi. Mungkin punya bapaknya kaliya habis makan terus dipungut #kreatif. ada antena mobil control #ingat awas salah cakap apalagi yang rawan ngucap rrrr jadi *sensorrr. Ada yang pakai lidi, dan untung saja tidak ada yang nelunjuk pakai sapu. Lo bayangin aja kalau ngaji nelunjuk pakai batang sapu, kirai OB mau bersih-bersih, SARAPPP! Tapi untung saja tidak ada, memang si untung lagi libur ngaji, karena gosipnya dia sakit karena keselek durian hmmmm #ngaco
Gue sih telunjuknya manual, dengan tangan gue. Menurut gue lebih safety dan akurat.
Tapi tangan kanan, dan bukan tangan kiri. Karena tangan kiri gue tugasnya banyak, selain untuk ngupil juga sambilan garuk pantat #keceplosan 0_0
Setelah temen satu persatu siap ngaji, mereka langsung pulang.
Satu.. satu.. satu.. satu eh lama-lama tinggal berdua sama si Epri, hancurrr Karena si epri juga penakut.
Beberapa menit kemudian siaplah kami mengaji, disinilah petualangan baru dimulai. Bak seperti batman dan superman yang sedang mengemban tugas menolong orang dengan secepat kilat, kami berpandangan dengan muka yang berkaca-kaca terus berpelukan. Bukan bukan!! Gue bukan HOM*
Mengingat berjuta-juta hantu bersiap mengepung kami.
1…
2…
3… cusss
Secepat kilat, kami mencar epri belok kiri, gue belok kanan tanpa memandang pohon-pohon besar yang terlewati. Karena pohon-pohon menurut gue waktu kecil adalah rumahnya hantu.
Rintangan pertama telah terlewati, sampailah gue di depan pintu gerbang rumah gue.
Haaa huuu haaa desah nafas gue. Sebelum membuka pagar,
Lagi-lagi “AZAB” menghampiri kali ini berkolaborasi dengan abangnya. Tika dan faisal,
Matilah gue #mirisss
Ggik!
Pasti lo lari-lari ya karena ketakutan? Hahahaha
Iya, tapi gue bukan karena takut. Gue hanya latihan lari, karena di sekolah gue ada lomba lari besok #ngeles (padahal penakut).
Tapi karena tika dan abangnya sudah tau kalau gue penakut, mereka mulai melancarkan usahanya untuk menakut-nakutin gue.
Ggik. Itu di rumah lo, di pohon itu #sambil nunjuk, ‘itu ada kuntilanak kikikikikik seperti itu tertawanya’.
Ucap tika.
Dan itu ggik! ‘Di gerasi rumah lo, ada gundoruwo’ sambut abangnya.
Badannya tinggi, besar, rambutnya gondrong, betanduk dan bergigi merah.
Terlintas di benak gue betapa menyeramkan mereka, ketakutan gue mulai medak-ledak. Gue bayangin seandainya gue berjalan pulang ke rumah, terus di kejutin sama gundoruwo berbadan besar, berambut gondrong, bertanduk dan begigi merah.
Apa reaksi gue?
Mungkin gue uda keciprit-ciprit sampai terkencing di celana, berlari-lari seperti kucing yang sedang kesurupan. Matilah gue. Ngerang-ngerang sambil gigitin besi pagar rumah #miriss
Terbayang-bayang, terngiang-ngiang apa yang diucapkan oleh tika dan abangnya,
Sangkingkan gue takutnya, satu-satunya suara yang gue dengar dengan jelas adalah perkataan mereka tadi, hantu. hantu. hantu
Terbawa dengan suasana, sambil menutup kuping. Berteriak “MAMAAAAK… MAAAK MAAAKKK”
Seolah berhasil menakut-nakutin gue, tika dan abangnya pun kabur.
Dan datanglah Wonder Women yaitu emak gue. Alhamdulillah ya onglo, akhirnya doa orang teraniaya dan tertindas ini di jabah. Terjawablah semua ketakutan gue. Emak segera menjemput gue yang lagi mati kedinginan karena ketakutan.
Kenapa ogi?
Takut ma banyak hantu,
Ngapain takut sama hantu. Hantu juga dulu makannya nasi, emang ogi makannya apa?
Nasi juga lah ma, masak beling emang kuda lumping.. Ucap gue sambil nyengirrrr :D
Sambil rangkul tangan mama, berjalan berdua
Owh, ternyata hantu makannya nasi ya. #catet
Inilah namanya kedamaian. Sejak ini gue sudah berani pergi dan pulang ke rumah sendiri.
Legaaanya, mama memang wonder women
“hahaha, aku tertawa kecil, “ dan tak terasa aku telah tertidur Lelap
***
Ketika Aku berangkat sekolah Terlintas di benak pikiranku setelah melihat sebuah sekolah ternama di jakarta. Pagi itu para murid kelihatan mulai dengan aktivitas sehari-harinya, ada yang berangkat secara sendiri-sendiri atau rombongan. Tiba-tiba Frank beserta gengnya, datang dengan mobil yang sound systemnya digeber keras-keras seolah-olah dia mau memamerkan apa yang dia punya. Selain Frank ada Joni yang play boy, Bocel si tukang pukul, dan juga Robi si anak gombal tetapi dia memiliki wajah yang ganteng. Robi adalah putra dari anak pengusaha kapal terkenal di dunia. Ekspresi bermacam-macam dari penghuni sekolah terhadap Robi, ada yang cuek, sinis bahkan simpati. Termasuk kelompok remaja putri yang dikomandani Tari Ogut (nama beken dari Tari Wulandari karena ada nama murid yang hampir sama dengannya yakni Tari Sukmaningsih). Geng Tari terdiri dari Tari, angel “Oneng”, dan Resa “Si pesek”. (Ada potensi komedi).
Bel berbunyi. Saatnya murid masuk ke kelas masing-masing. Kelas XII C nampak ramai karena guru belum datang. Penghuni kelas saling bergosip ria. Bu Rukmi (45 tahun, ibu 2 anak, guru BP) masuk ke kelas dan murid murid berhamburan ke meja masing masing. Semua siswa terpesona melihat sosok perempuan yang berdiri di samping Bu Rukmi. Maklum cowok mana yang tidak terpesona melihat cewek cantik.
“Anak anak di depan kalian ada siswi baru” kata bu Rukmi.
(suara bu Rukmi membuat hilang hayalan para siswa)
“hore.. hore.. hore kita kedatangan siswi baru, apalagi siswinya cantik seperti Emma Watson” kata Robi
“ah robi, bisanya modusin cewek mulu kerjaannya” sahut Frank sambil bermain handphone.
“sudah anak anak jangan bertengkar” kata bu Rukmi dan sambil mempersilakan siswi baru itu memperkenalkan diri.
“syahda my name, my girls moved from sma kartika” singkat Syahda meperkenalkan dirinya.
Ada bangku kosong di belakang. Sebelum bu rukmi menata duduk Syahda, maka secepat kilat Robi yang duduk di tengah mengusir Joni yang duduk di sebelahnya untuk pindah ke belakang. Hati Robi pun berbunga-bunga saat itu karena Syahda duduk berdampingan dengannya. PDKT dan rayuan maut mulai ditebar oleh si Robi.
Saat menonton basket, Syahda bertanya tanya tentang Robi ke Tari Ogut. Disini diceritakan tentang nama robi. Namanya sebetulnya Roby Darwis. Namanya sama seperti mantan pemain sepakbola yang pernah main di persib. Ada yang manggil Robi dan ada juga yang manggil si gombal, karena dia selalu menggombali cewek yang ada di sekolah ini. Di sekolah, murid murid memanggilnya Robi. Robi merupakan anak yang pinter ngegombal di sekolahnya.
Frank yang tengah berkumpul bersama robi, dia memberitahukan ke robi bahwa si syahdah sedikit tertarik kepada dia. Robi langsung loncat kegirangan. Robi yang mengejar Syahda menemuinya di kios majalah. Saat itu robi beralasan mau membeli majalah yang membahas mobil dan tek tek bengeknya maklum ia lagi gandrung untuk mempercantik mobilnya. Dalam obrolan itu Robi baru mengetahui bahwa Syahda ternyata penikmat puisi. Syahda merupakan cewek tipe Melankolis, di scene ini ada informasi bahwa salah satu dari beberapa penulis puisi pujaannya adalah Pulungsari.
Setelah Robi mengetahui bahwa syahda menyukai puisi, sesampainya di rumah dia langsung membuat puisi cinta. Lagi asyik asyiknya mebuat puisi, bel pintu rumahnya berbunyi. Robi berlari menuju pintu dan saat dia membuka pintu dia terkejut dan tertegun karena tidak di sangka syahda cewek yang dia suka mengunjungi rumahnya.
Dia menepuk badan robi jelas tingkah syahda sambil berkata “apakah aku boleh masuk?”
“ya. ya.. ya.. ya silakan masuk” kata Robi sambil terbata bata.
Mereka berjalan menuju ruang tamu dan sambil membicarakan tentang pesta di rumah Frank. Sesampainya di ruang tamu mereka duduk di sofa sambil menyalakan TV yang ada di ruang tamu.
“Sebentar ya, aku ambilin soda susu dulu di dapur” kata robi.
Dia terkejut bahwa robi mengetahui minuman kesukaannya.
Robi berjalan ke dapur untuk membuatkan soda susu untuk syahda dan mengantarkannya ke ruang tamu. Tiba tiba dia ingat bahwa dia tadi menulis sebuah puisi. Robi langsung ke kamar untuk menyembunyikan puisinya karena dia takut kalau ketauan sama syahda. Sesudah menyembunyikan, robi mengantarkan soda susu yang tadi dia buat ke ruang tamu.
“Ini soda susunya” kata robi.
“ya terimakasih robi” kata syahda sambil asik menonton acara di tv.
“mmm…. serius banget nontonnya!! Emang seru acaranya?” kata robi.
“Yaa inikan acara kesukaan gua” kata syahda
Tiba tiba dia teringat bahwa kedatangan dia ke rumah robi untuk mengajak berangkat bersama ke pestanya Frank.
“oiya robi, besok lu mau berangkat bersama gua nggak, ke pestanya Frank?” kata syahda.
Pucuk dicinta ulampun tiba.. robi yang menaruh hati kepada syahda tidak menolak ajakan syahda.
“Ya gua mau berangkat bersama lu” kata robi menerima ajakan syahda.
syahda berkata “ok, kita berangkat jam 6 malam ya”.
Sambil mereka berjalan menuju pintu rumah dan syahda pun pulang ke rumahnya.
Raut wajah robi kelihatan gembira. dan dia berjalan ke ruang tamu kembali untuk membersihkan gelas minuman yang kotor. Setelah membersihkan dia meneruskan membuat puisi yang tadi tertunda. Setelah membuat puisi, dia merasa lelah karena telah berjam jam untuk membuat puisi dan dia memutuskan untuk tidur. Dia bermimpi bahwa dia diberi syahda sebuah gitar dan gitar itu pembawa petaka untuknya.
Kebiasaan Robi di hari libur ialah bangun kesiangan, dia bangun jam 12 siang. Bangun tidur dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Selama robi mandi, dia masih kebayang dengan mimpi dia semalam. Setelah mandi biasalah manusia kalau sebelum fitnes perut harus diisi, tapi beda dengan robi dia langsung pergi ke tempat fitnes tanpa sarapan terlebih dahulu.
Sesampainya di tempat fitnes, dia melakukan permanasan terlebih dahulu. Setelah melakukan pemanasan dia mengangkat barbel, Stair-climbers, elliptical machines, sebanyak 20 kali. Lagi asik asiknya fitnes, handphonenya berdering. Dia langsung mengangkat handphonenya.
“Maaf, ini siapa ya?” ujar robi.
“ini gua syahda masa lupa?” kata syahda menjelaskan kepada Robi.
“ooh… syahda. Masa gua bisa lupa sama cewek imut” gombal Robi kepada syahda.
“mmm… bisa aja lu ngegombalnya” kata syahda.
“haha… haha.. haha aku lagi tidak ngegombal looo” kata robi sambil ketawa.
“serem banget ketawanya Rob, jadi takut ni gua sama lu, oiya entar malem jadi kan lu bareng gua ke pestanya frank?” kata syahda.
(tau nggak ketawanya kaya mak Lampir? Kalau tau ketawanya robi seremnya seperti mak Lampir).
“Jangan takut donk. Ya jadi, entar gua jemput lu” kata robi memastikan.
“ok dah.. gua tunggu di rumah ya mak lampir” kata syahda sambil mengejek Robi.
Tiba tiba teleponnya mati, dia tidak sempat membalas ejekan dari syahda. Dia menengok jam, ternyata jam sudah menunjukan pukul 16.00 WIB. Dia memutuskan untuk pulang ke rumah. Anehnya dia tidak merasakan letih, tetapi dia tambah bersemangat seperti semangatnya para pejuang, tetapi kalau robi pejuang cinta yang sedang memperjuangkan cintanya terhadap syahda.
Sesampainya di rumah dia bergegas mandi, tapi dia sempat mencium bau badannya yang tidak sedap itu. Tau kan bau badan kalau habis fitnes, baunya kaya gimana?. Itulah kebiasan buruknya robi.
Sesudah mandi, robi memakai pakaian yang rapi. Dia pergi ke rumah syahda pukul 17.00 WIB dengan menggunakan mobil Ferarinya, tetapi uniknya selama perjalanan dia selalu memutarkan lagu Iwan fals. Ya Robi sangat menyukai lagu lagu yang dinyanyikan oleh Iwan Fals, beda sekali bukan! dengan anak zaman sekarang yang menyukai lagu barat, seperti Maroon 5, katy perry, suju.
Sesampainya di rumah syahda dia terkejut melihat syahda telah menunggunya di depan rumah.
“Maaf ya syahda gua terlambat 2 jam, maklum tadi di jalan macet” kata Robi menjelaskan ke pada syahda.
“Ya tidak apa apa kok rob, yuk kita berangkat. Kita udah telat satu jam nih” kata Syahda dengan sedikit rasa kecewa.
Selama perjalanan Syahda sering dirayu dan digombalin oleh Robi. Maklum Robi kan orangnya suka gombal, tapi rayuan dan keunikan dari robi itulah yang menumbuhkan rasa cinta di diri syahda terhadap Robi.
Sesampainya di sana, mereka dikejutkan oleh gank tari dengan kejahilannya, tetapi mereka tidak marah melainkan mereka tertawa. Maklum mereka tidak dianggap dengan serius.
Tiba tiba Frank berteriak dan bilang “Hello, apa kabar Syahda dan Robi?”
“Baik kok” jawab Syahda dan Robi.
“syukur deh kalau kalian baik baik saja” kata Frank.
Pesta semakin malam semakin meriah ditambah pada malam itu syahda memberikan gitar kepada Robi. Robi sangat senang ketika Syahda memberinya gitar, Tetapi disinilah awal mulanya petaka yang akan dialami oleh robi.
Tidak terasa jam menunujukkan tepat pukul 12 malam, menandakan pesta berakhir. Syahda dan Robi memutuskan untuk pulang ke rumah, tetapi sialnya saat di perjalanan ban mobil mereka bocor.
Tidak disangka mobilnya Tari lewat dan berhenti di depan Syahda dan bertanya “kenapa dengan mobilnya Syahda?”
“biasa ban mobilnya pecah” jawab Syahda.
“kalau ban mobil Robi pecah, Syahda bareng dengan Tari aja, itu kalau Syahda mau?” ajakan Tari kepada Syahda.
“Ya, tentu saya mau” jawab Syahda.
Mereka pergi dan meninggalkan Robi. Tari yang waktu itu mengendarai mobil RX-8 dengan kecepatan tinggi dan Syahda pun tiba di rumah dengan cepat. Sesampainya di rumah Syahda kebayang wajahnya Robi dan menyesal telah meninggalkanya. Dia memutuskan untuk menelpon Robi untuk meminta maaf.
“Hallo Robi, maaf ya tadi aku pulangnya bareng Tari” kata Syahda mengawali percakapan.
“Ya, tidak apa apa kok” ujar Robi.
“Kamu suka kan dengan gitar yang tadi aku kasih?” kata Syada menanyakan kepada Robi.
“Suka dong, kan aku hobi bermain musik” ujar Robi.
Tiba tiba Robi mendengar suara tangisan perempuan. Ia berjalan untuk mencari asal sumber suara tersebut dan mematikan telponnya. Ternyata suara itu berasal dari kamar mandi. Ternyata saat pintu kamar mandi dibuka, tidak ada seseorang yang berada di kamar mandi dan suara itu pun hilang. Ia berpikir itu Cuma khayalan saja, dan dia memutuskan untuk bermain gitar, saat ia bermain gitar dia kembali mendengar suara tangisan perempuan, tetapi suaranya lebih keras dari pada yang tadi. Ia menghiraukan suara tangisan itu, tetapi suaranya semakin keras, dan ia memutuskan untuk mencari asal suara tersebut.
Saat mencari suara itu, ia melihat sosok seorang perempuan melintas ke arah dapur. Saat Robi berjalan menuju dapur, tiba tiba lampu di rumahnya padam dan tidak lama lampu di rumahnya menyala lagi. Anehnya suara tangisan itu menghilang bersamaan dengan lampu menyala. Akhirnya dia memutuskan untuk tidur, dalam tidurnya mimpi itu kembali menghantui Robi, mimpi tentang diberi gitar oleh Syahda yang dahulu sudah pernah terlintas dalam mimpi dan kini mimpi itu terulang lagi. Saat dia bangun tidur, dia masih belum mengetahui arti dari mimpinya. Ia menelpon Syahda untuk mengajak makan malam.
“Hallo Syahda, Kamu malam ini ada acara tidak?” kata Robi.
“oh kebetulan malam ini saya tidak ada acara” jawab Syahda.
“Kamu mau tidak entar malem makan bersama aku?” ujar Robi.
Dengan ragu ragu Syahda menjawab “mmm… iya dah, aku mau, makan dimana?”
“Di restaurant Turkuaz, mau tidak?” jawab Robi.
“Ya aku mau. Jam 7 malam ya Rob.” ujar Syahda.
“Ok, cantik” jawab Robi sambil merayu Syahda.
Sesudah menelpon Syahda, Ia membooking tempat di restaurant Turkuaz untuk berkencan dengan Syahda dan meminta desain yang romantis kepada mananger Restaurantnya.
Waktu tidak terasa telah menunjukkan pukul 6 malam, Ia langsung berpakain rapi dan menjemput Syahda di rumahnya. Tiba tiba di perjalanan dia melihat sosok seorang perempuan dan Ia menabrak sosok perempuan itu. Robi sangat terkejut dan keluar dari mobil. Saat dia keluar mobil sosok perempuan itu menghilang. Robi sangat merasa ketakutan, dan merasa aneh dengan kejadian yang akhir akhir ini ia alami.
Ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah Syahda. Sesampainya di rumah Syahda, ia dibuat terpesona oleh kecantikan Syahda.
“Hallo Syahda, sudah siap untuk jalan?” tanya Robi kepada Syahda.
“udah siap kok, mari kita jalan” jawab Syahda.
Selama di perjalanan mereka asik mengobrol, tiba tiba Robi melihat sosok perempuan sedang duduk di jok belakang. Perempuan itu melihat ke arah Robi dengan wajah yang penuh dengan darah. Robi sangat ketakutan saat melihat wajah wanita itu. Ia tidak sengaja menginjak rem, sehingga kepalanya Syahda tidak sengaja membentur kaca mobil.
“Aduh sakit” teriak Syahda.
“maaf Syahda, tadi aku meliat sosok perempuan dengan wajah yang penuh darah di jok belakang” ujar Robi.
“kita kan Cuma berdua, mana mungkin ada perempuan di belakang!” kata Syahda sambil melihat ke jok belakang.
“Bener deh Syahda tadi aku meliat sosok perempuan dari kaca spion dalam” ujar robi menjelaskan kembali kepada Syahda.
“udah paling itu Cuma khayalan kamu aja” kata Syada sambil menenangkan Robi.
Setelah Robi sudah tenang, Dia melanjutkan perjalanannya menuju ke restaurant Turkuaz.
Sesampainya disana Robi berkata Tutup mata kamu, ada kejutan untukmu Syahda.
“kejutan apa robi?” ujar Syahda dengan rasa penasaran.
“kalau aku kasih tau berarti bukan kejutan jadinya” Robi menjelaskan ke pada Syahda.
Syahda masuk ke Restaurant dengan mata tertutup.
“Sekarang kamu boleh membuka matanya” ujar Robi.
Syahda sangat terkejut dengan desainnya dan berkata
“indah sekali dan sangat romantis deh kamu”
“ya dong. Ini kan spesial untuk kamu” kata Robi.
Mereka malam itu menikmati makan malamnya dan mereka resmi jadian. Bersamaan dengan itu dia mendapat kabar ternyata Tari sahabatnya Syahda terbunuh dengan lidah menjulur keluar dan di sampingnya kabarnya ada sebuah gitar. Keesokan harinya Syahda melayat ke rumah Tari bersama kekasihnya (Robi), dengan sangat terkejut ternyata gitar itu milik Robi, tetapi anehnya kenapa gitar Robi ada di atas tubuhnya Tari dengan bercak darah?. Padahal waktu kejadian sampai sekarang pun gitar itu ada di rumah. Robi sangat aneh dengan kejadian yang akhir akhir ini terjadi. Robi sangat terkejut ketika melihat jenazahnya Tari. Saat ia melayat ia melihat sosok perempuan itu kembali dan ia berteriak “siapa kamu? Kenapa selalu menghantui aku?”. Suaranya membuat Frank dan Syahda khawatir terhadap Robi. Mereka lari untuk menemui Robi.
“Ada apa Rob kok teriak?” Tanya Syahda dan frank kepada Robi.
“Tadi aku melihat sosok perempuan itu lagi” jawab robi.
“wajah perempuannya penuh luka nggak Rob?” tanya Frank dengan rasa penasaran.
“ya, kok kamu bisa tau?” ujar Robi.
“ya, aku juga pernah lihat bayangan itu waktu di rumah Tari”. ujar Frank.
Mereka semua merasa ketakutan, tiba tiba atap rumah Tari roboh dan menimpa Frank dan ia pun mati seketika. Robi sangat terpukul dan sedih ketika mengetahui sahabatnya sudah tidak bernyawa.
Syahda yang selamat dari kejadian itu menelpon ambulan untuk mengantarkan Frank ke rumah sakit. Akhirnya ambulan yang ditunggu tungu tiba juga dan jenazah Frank di bawa ke rumah sakit untuk di otopsi. Mereka berdua pulang ke rumah masing masing untuk menenangkan diri karena sama sama kehilangan sahabat.
Syahda sesampainya di rumah terkejut ketika melihat gitar Robi berada di rumahnya. Ia berteriak di dalam hati dan sambil mematahkan gitarnya. Karena pendapatnya gitar ini pembawa sial yang mengakibatkan sahabatnya meninggal. Seharusnya Syahda tidak boleh mematahkan gitar itu, karena akan merugikan diri Syahda sendiri. Ternyata perkiraan itu benar, Syahda mendapatkan mala petaka karena telah mematahkan gitar itu. Mala petaka itu berupa mimpi yang menjadi kenyataan, yaitu setiap malam Syahda selalu melihat bayangan sosok perempuan yang pernah di lihat kekasihnya (Robi). Ia selalu dikejar oleh sosok perempuan itu dan ingin membunuh Syahda. Ia merasa takut dan terus berlari. Ia berlari dengan mobilnya, tetapi tidak di sangka perempuan itu duduk di belakang jok mobilnya dan mencekik Syahda sampai ia tewas.
Robi yang sangat mencintai Syahda mengetahui bahwa penyebab semua kejadian itu dari gitarnya, sehingga Robi pun akhirnya mengalami gangguan kejiwaan, karena tidak bisa menerima atas meninggal kekasihnya itu. Sekarang Robi dirawat di Rumah sakit jiwa grogol, Jakarta barat.
***
Masuk sekolah di pertengahan semester ganjil, kami kedatangan murid baru pindahan dari Sulawesi selatan, venisa namanya. Gadis manis itu satu kelas denganku kelas 7.4 entah mengapa aku bisa menaruh kecurigaan terhadapnya…! Kecurigaan dimulai saat gadis itu selalu memeluk erat dua boneka aneh. Seakan-akan boneka itu sesuatu yang sangat berharga baginya. Saat itu pikiranku mulai ke arah berbau mistis. Waktu aku melihat kejahilan temanku yang berbuat iseng ke barang-barang venisa di kelas, terlintas dalam pikiran jahatku keluar! aku mengikuti keisengan mereka untuk memajang semua benda yang ada di dalam tasnya. Beberapa macam dan bentuk boneka seukuran genggaman tangan. Mungkin, aku akan bersikap biasa saja kalau memang boneka itu unik. Namun, itu sebaliknya bagiku aku merasakan kengerian bahkan sempat bulu kudukku berdiri.
Apa yang akan terjadi setelah boneka ini dalam kemalangan? aku dan indri mengambil tali tambang, ku ikat semua boneka angker itu di bagian kepalanya, ku ikat di bagian ujung jendela di setiap kelasku. Kami memandang setiap wajah boneka itu ‘apa perasaan gue aja, tapi… terlihat murung’. Aku melamun menatap wajah angker itu seakan-akan memohon kepada kami untuk membebaskan mereka.
“cuy… busyet dah bengong yah lo…” “eng…gga… lo ngerasa gak sih boneka-boneka itu keliatannya sedih banget” kataku gugup. “enggak ah boneka itu emang dah serem dari tadi jadi gak kehilatan mimik muka yang lain selain mengerikan, udah ah lo jangan ngomong kaya gitu lagi, gue merinding nih… udah yuk kita lanjutin tinggal jendela sebelah sana…” ujar indri… tidak mengubris perkataanku.
“be..ner… dri… serem.. lihat aja bentuk bonekanya ada yang tangannya satu.. di mulutnya ada darah… ada yang melotot. udah ah gue takut serem… gue mau jajan aja..” ucap aku terbata-bata. “awas loe kalau loe pergi gue bakal bawa nama loe…” ujar indri. Aku hanya menelan ludah takut akan ancaman indri kepadaku.
Saat kami akan melanjutkan aksi kami tiba-tiba suasana menjadi aneh. Angin bersiur-siur mendatangkan suhu dingin menambahkan suasana mengerikan. ‘ah… gue gak perduli tinggal satu pekerjaan lagi selesai..’ yakin indri. “AAAKKH…” aku teriak kencang, kaget semua boneka itu menyeringai menakutkan. Entah karena aku merasa gugup boneka itu terlihat senyum seperti menikmati apa yang kami lakukan dengan boneka-boneka itu. “BRAAAKK…”. pintu kelas tiba-tiba di dobrak kencang. “AAAKH… apa yang kalian lakukan dengan boneka-bonekaku mereka tidak boleh diganggu, mereka akan balas dendam sama kalian… turunkan… boneka.. boneka.. itu sekarang..!” bentak venisa tapi bentakkan itu semakin membuat indri marah.
“eh orang aneh kalau mau boneka itu kembali, ambil sendiri…! loe punya tangan dan kaki yang bisa loe gerakin sendiri” geram indri. “KELUAR…” Matanya berubah menjadi merah seakan-akan kemarahan boneka itu menjadi satu bergabung dalam kemarahan hati venisa. Indri heboh mengolok-olok venisa dengan sebutan (peri biru). indri hanya ingin tahu apa dia berani marah sama dirinya. Aku juga menahan rasa kengerian ini jangan sampai dia melihat kalau aku benar-benar takut. Bola mata itu semakin merah melotot ke arah kami.
Kami sempat berteriak, ketika itu dia berlari ke kamar mandi sambil membawa dua boneka anjingnya dengan kepala yang sengaja dibentuk bergoyang jika disentuh. Per besi yang digulung melingkar sebagai alat geraknya sengaja dibuat oleh desainernya. Venisa masih menangis berlari kencang ke kamar mandi dengan dipeluk erat dua boneka aneh itu…
“cuy dia nangis… loe sih gue bilang jangan terlalu buat ngerjain ntu orang… gue ngerasa bersalah kejar yuk” ajakku.
“enak aja lo, kok gue sih, ini semua tuh kesalahan kita berdua… ya udah kita kejar dia…” indri menarik tanganku kencang. Berlari di koridor kelas mengejar peri biru itu dan meminta maaf. “Kalau bukan indri teman gue dah gue jitakin ntu orang” pikirku. Dilihat-lihat boneka itu sekilas unik tapi, seperti ingin mengancam kami berdua. jadi ingat omongan peri biru tadi.
“venisa… tunggu-tunggu woy busyet dah pura-pura gak denger…” teriakanku tidak berhasil menghentikan langkah venisa. Kami lelah tidak kuat mengejar gadis aneh itu. Terlalu cepat dia berlari. Lalu, kami berhenti tenang ketika dia menghentikan langkahnya.
Dia hanya menengok ke arah kami, kami yang berhenti mulai menghampirinya sekilas dia tersenyum lebar seperti senyum iblis yang siap menerkam kami…! Dia masuk, yang tidak sengaja kami berhenti di depan toilet perempuan. Indri menyuruhku diam jangan ada suara sekecil pun yang bisa terdengar. Dia ingin mendengar ocehan yang keluar dari mulutnya.
“hiks… hiks… mereka semua jahat padaku, saya gak betah di sekolah ini..” suara tangisnya lumayan kencang membuat guru yang lewat terheran-heran melihat kami, kami yang was was harus bersiap-siap mengeluarkan jurus pamungkas biar tidak terjadi kecurigaan. “sudahlah… kami selalu menjaga tuan putri.. kami tak tega bila sang putri menangis, kelakuan mereka hari ini akan mendapatkan balasannya…” suara aneh menyerupai bapak-bapak dan ibu-ibu. Membuat kami kaget, kami melihat jelas bahwa dia masuk sendiri dan tidak ada seorang pun ke kamar mandi..! “venisa… loe gak sendirian kan di dalam loe sama siapa..? venisa keluar donk.” Ku panggil dia untuk mengetahui bahwa tidak ada apa-apa di dalam. “EEENGGGRRMMM…” suara geraman binatang buas mengagetkan kami. Membuat kami meninggalkan tempat itu. Sempat bulu romaku merinding rasanya baru kali ini aku merasakan ketakutan mungkin juga sama yang dirasakan oleh indri. Aku yakin, kalau aku tidak salah dengar suara itu. kami menambah volume berlari kami seperti beberapa gerombolan gajah yang dikejar oleh pemburu yang lewat di koridor kelas, sangat mengganggu konsentrasi murid yang sedang belajar! dengan diiringi suara teriakan ketakutan kami.
“AAAKKH… SETAAAN.. SETAAN…” kecepatan kami berlari, melebihi ruang kelas tempat kami belajar, tarikan mengerem pun siap ditancapkan begitu kerasnya “jreeettt…”.
“cuy kelebihan tuh..” sahutku saat berbelok ke arah indri. “iya dis… lebih… belok cuy..” kami berhenti merapikan penampilan kami sebelum masuk ke kelas. Menghilangkan rasa ketegangan dan kegelisahan yang ada pada diri kami, bersikap seperti biasa dengan gaya masuk tetap stay cool… abis.
Namun, indri tidak kuat menahan perasaannya. Tibanya di ambang pintu kelas indri berubah kacau dia menceritakan semua kejadian yang mungkin orang gak akan percaya. “sudah gue sangka pasti akhirnya begini.” Menggelengkan kepala menahan rasa untuk ikut-ikutan dalam ketegangan. Masyarakat kelas 7,4 yang tidak percaya dengan cerita indri ingin membuktikan sendiri dengan mendatangkan venisa ke toilet putri. Kami berdua diam… melemparkan pandangan bingung. Apa yang harus kami lakukan? bagus bila suara itu masih terdengar kalau suara itu sudah berhenti berbicara. Anak-anak akan marah dan menganggap bahwa kami seorang pembohong besar.
Kalau itu benar-benar terjadi itu mencakup nama baik kami di sekolah ini bisa-bisa ketenaran kami bisa dihapus di sekolahan ini.
“oh my goodness… indri.. kita harus ngikutin mereka memastikan apa yang akan terjadi disana.” Indri mengangguk dengan muka sudah kaya orang mau boker. Kami berjalan agak cepat. Ku hantam orang-orang yang ada di depanku agar kami bisa berjalan lebih cepat ke toilet tempat peri biru itu dan dimana nyawa kami akan terancam.
“misi… misi… gue mau lewat.” Kulihat dwi berusaha masuk dan menenangkan venisa.
“dew kita ikut dong, gue sama indri yang bikin dia nangis”.
“gak kalian gak boleh masuk mereka gak mau menerima kalian, mereka hanya mengizinkan dwi masuk.” Sahut venisa setengah meledak dari dalam kamar mandi. Melarang kami masuk.
“udah gue aja yang masuk entar kalau ada apa-apa gue teriak kok.” Kami setuju mempersilahkan dwi masuk, biarkanlah dwi yang menenangkan venisa lagian aku sudah memperingatkan untuk berhati-hati dengan boneka itu.
Kejadian hari ini begitu cepat. Masalah dengan venisa akhirnya bisa terselesaikan juga boneka-boneka itu telah di bakar habis. Saat beberapa siswi melaporkannya ke guru bagian agama islam. Ternyata venisa sudah lama seperti ini saat dia berumur tujuh tahun. Sedangkan venisa masih dalam pengobatan untuk mengusir jin-jin berada di dalam tubuhnya. Lalu, siswa-siswi di persilahkan pulang lebih cepat. Kejadian ini sungguh melelahkan. Merasakan sesuatu yang berbeda yang pernah ku rasakan selama ini. Akhirnya aku dan indri bisa pulang ke rumah dengan tenang.
walaupun hati ini masih berdebar ngeri mengingat kejadian hari ini.
Malam ini begitu sejuk dengan diiringi semilir air hujan ingin rasanya membuka jendela kamar lebar-lebar supaya kesejukan itu berbagi ke dalam ruanganku berharap di langit ada bintang yang bisa ku lihat tapi, langit begitu gelap membuatku sangat takut apa mungkin awan sangat mendung…
“eeehey…” rasanya sedikit kecewa tidak bisa melihat bintang malam hari kali ini.
lalu, “BYUUURRR… DREEESS…” hujan turun sangat deras sepertinya aku harus cepat-cepat menutup jendelanya takut air masuk ke dalam kamar. Kini dingin menusuk ujung kulitku. Kedinginan yang luar biasa membuat bulu kuduku berdiri hebat, ku ambil sweter dengan warna merah kekuning-kuningan dan abu-abu sebagai warna dasarnya, yah lumayan sedikit hangat kurasa…
Tiba-tiba aku mencium bau benda habis terbakar mataku waspada sambil mencari dan mengedus-ngedus benda apa yang ku bakar di dalam kamar ini.
“perasaan gak ada yang gue bakar.” ujarku. Penciumanku tertuju di dalam lemari pakaian. Bau itu sangat menyengat bau gosong!. sempat aku menelan ludah lalu pikiranku mengingat akan kejadian tadi pagi di sekolah. dalam hitungan satu, dua, tiga sambil mata kututup dengan tangan kanan membuka lemari itu, tapi, yang ku temukan hanyalah pakaian-pakaian rapi.
“cuh leganya gue kirain apa.” Belum lama ku merasa lega. Dari arah belakangku terdengar suara hentakan kaki. Tanganku gemetar, keringat dingin bercucuran bersiap untuk lari!! ketika aku menengok ke belakang “aakkkhhh… gak mungkin.. gak mungkin… kenapa boneka-boneka ini bisa kesini padahal kan tadi pagi sudah dibakar habis aaakhhh… aaakkhh… jangan ganggu saya.” Boneka venisa datang ke rumahku. Muka itu lebih buruk bekas kebakar.
Apa yang membuat boneka-boneka itu datang kemari. Aku berlari ke luar kamar mencoba menghindar dari kejaran boneka itu.
“bruuuk…” aku terjatuh dari tangga karena telah menabrak sebuah boneka kayu – duduk di depan tangga dan aku tidak bisa melihatnya. Aku terjatuh, bergelinding dengan hebatnya kepalaku terbentur tembok sehingga darah segar keluar dari pelipisku. Aku mencoba untuk bangun tapi, kakiku tidak bisa digerakkan.
“hihihi…” mereka menertawaiku. Mereka menganggap itu sangat lucu lalu, mereka mencoba untuk mendekatiku.
“pergi… keluar dari rumah ku.” Aku teriak sehingga terdengar suara lengkingan ku di setiap sudut dalam rumah. Mencoba membuat mereka takut, aku berusaha untuk berdiri walau harus dengan kaki kanan yang diseret.
“AAAGH…” aku teriak sambil menuruni anak tangga. Berusaha untuk menggenggam telepon rumah untuk menelpon indri. “gue mesti telfon indri… gue harus tahu apa dia juga didatangi oleh boneka setan venisa.” Pikirku. Aku berjalan dengan kaki kanan yang pincang. Kutekan nomor indri dengan hati berdebar ngeri, merinding, tak karuan.
“iiits… lama bener.” Ujarku kesal.
“ha..llo..” indri menjawab telponku dengan gugup.
“ha..llo… dri… tolongin gue, loe kesini donk, boneka setan itu datang ke rumah gue.” ujarku gak kalah paniknya ingin rasanya aku menangis sungguh aku merasa takut sekali.
“hallo sama gue juga… kok kita jadi didatengin gini sih, udah muka mereka gosong semua… hiy…”
“terus kita mesti gimana donk, loe kesini sih, gue takut sendirian.” Sahutku berharap boneka itu tak menemukanku.
“gimana caranya! gue ke rumah loe? rumah gue dikunci sama boneka itu, gue berharap boneka itu gak nemuin gue, gue lagi di dalam lemari.” Indri berbicara pelan di telingaku.
“praa…ngggg.” Suara gelas pecah berasal dari belakangku.
“hihihi… maaf.” Aku menoleh ke arah belakang, melihat 2 boneka kayu berukuran besar memecahkan gelas kesayanganku dengan senyuman yang sumringah sambil meminta maaf ke arahku. Membuat aku merinding ngeri.
“AAAGH..” indri teriak. Lalu, suara telpon kami terputus. Aku putus asa apa yang mesti aku lakukan..?
3 hari berlalu…
Sejak kejadian itu, boneka-boneka itu menghilang entah kemana! Yang pasti aku hanya bisa bersyukur atas perginya boneka-boneka setan itu. Siang ini matahari begitu semangatnya menyebarkan cahaya panasnya, ayah dan ibuku pergi keluar untuk membeli keperluan kami, aku sempat di ajak oleh mereka tapi, aku menolaknya lantaran tugas sekolahku belum diselesaikan.
“teng ne… ne.. ne… ne… teng… ne… ne…” suara lagu dari kotak musik mainanku yang kusimpan, berbunyi, aku sempat kaget. Aku mencoba melihat apa yang ada di gudangku sehingga kotak musikku berbunyi. Ku buka pintu gudang itu dan apa yang kau tahu di dalam sana?
“hiy.. hiy.. hiy…” boneka itu menertawaiku. Aku berlari keluar tapi, usahaku sia-sia dan ‘bruuuk’ pintu gudang terkunci aku tekunci di dalam gudang dan kalian tahu apa yang mereka lakukan kepadaku ialah sesuatu yang mengerikan telah terjadi denganku dan indri. dan semua boneka itu tidak akan menghilang sampai mereka benar-benar puas untuk menakuti, menjaili, membuat aku dan indri tidak nyaman berada di rumah dan di sekolah mereka akan selalu terus mengintai dan mengikuti kami berdua. Hingga semua orang yang berada di sekitar aku dan indri menganggap kami gila dengan ocehan bodoh yang terlontar dari mulut kami.
***
Ketika aku melihat poster berisikan No druks imajinasiku kembali meneggelamkanku Di tahun 2013 ini, ternyata masih ada saja, pengedar nark*ba, pecandu nark*ba, dan sebagainya. Sebenarnya apa sih yang dipikirkan oleh pelaku tersebut, apa mereka tidak takut dosa? bahkan apa mereka tidak takut TUHAN? waduh, gawat nih bila mereka tidak takut TUHAN, itu namanya tidak menghargai TUHAN. itulah yang dilakukan oleh fahrel syahputra, sampai akhirnya dia masuk jeruji besi alias penjara, dan di situlah fahrel syahputra tobat.
Sebenarnya sih asal muasal fahrel menjadi pecandu, akibat kelalaian orangtua dan kurang mendapat perhatian dari orangtua. Orangtua fahrel sangat sibuk dengan masalah bisnisnya masing-masing, akibatnya, ya begitulah fahrel kesal dengan orangtuanya dan akhirnya dia memutuskan untuk memakai obat-obatan alias nark*ba. Awalnya sih fahrel dan teman-temannya hanya coba-coba saja, setelah beberapa kali memakai nark*ba, akhirnya mereka bergantung pada barang haram tersebut.
Mau tau kelanjutan ceritanya, yuk.. disimak…
“fahrel… fahrel…” panggil mama dari luar rumah.
“iya.. ma” sahut farel menuju luar rumah dengan malas
“mama sama papa pergi dulu ke munchen, jerman ya, fahrel mau oleh-oleh apa?” Tanya mama.
“GAK ADA!!!” bentak fahrel
“fahrel maunya mama di rumah saja” pinta fahrel dengan nada marah
“jangan gitu dong sayang, mama dengan papa kan kerja untuk masa depan fahrel juga” bujuk mama
“ya, gak perlu juga kan mama kerja, bila papa aja yang kerja, kan rezeki kita sudah lebih dari cukup ma” ucap fahrel, sambil ngelirik papa yang dari tadi hanya nginyem.
“ya udah lah, kapan-kapan saja kita lanjutin omongan ini, mama sama papa udah telat nih” ujar mama. Segera mama dan papa langsung masuk mobil avanza berwarna hitam metalik milik keluarga fahrel, tidak lama kemudian, avanza itu pun langsung meninggalkan rumah fahrel dan meluncur ke bandara HANG NADIM – BATAM.
“sebenernya aku males banget nih punya orangtua gini, gak ngerti sama anak, mereka pikir dengan mereka kasih aku uang lebih dari cukup, tanggung jawab mereka udah selesai gitu, aku coba make put*uw ah… siapa tau itu bikin aku tenang” ujar fahrel di kos-kosan teman-nya.
“ya udah mari kita memakai put*uw” sahut salah satu teman fahrel.
“tapi, aku gak ado pitty lah” sahut teman fahrel yang satu
“tenang aja, aku ada uang kok.” ucap farel
Akhirnya Fahrel dan teman-teman nya pun menjadi pecandu put*uw. semenjak fahrel memakai barang haram tersebut, dia mulai berhalusinasi memiliki istana yang megah, dan mempunyai banyak prajurit yang gagah perkasa, serta memiliki permaisuri yang sangat cantik jelita. dan pada suatu hari, di kos-kosan teman fahrel, terjadilah penggerebekan di tempat kejadian, dan sangat pas sekali saat itu fahrel beserta teman-temannya sedang melakukan pesta nark*ba dan minuman keras. Polisi mendapat informasi kasus fahrel, dari tetangga sekitar kos-kosan.
Setelah mempunyai bukti-bukti yang kuat, akhirnya fahrel dan teman-teman nya pun mendapat hukuman 7 tahun penjara, sebelum mereka di penjara, mereka di tempatkan di RSKO. Setelah keluar penjara, dan menhirup udara luar penjara, akhirnya fahrel pun menyadari akan kesalahannya selama ini alias tobat.
Nasihat: berdasarkan cerita di atas, kita bisa menyadari bagaimana bahaya nya nark*ba itu. dan bila di pikirkan, apa sih untungnya menggunakan barang nark*ba tersebut. dan bagi orangtua pun juga bisa menyadari jangan sampai anak kita kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari kita.
***
Pahit benar kalau dirasa baik-baik. Tidak ada rasa yang sebaik ini jika kita hanya berdiam diri. Renung-renung malam sepi dalam untaian nada tak bersuara hanya merintih, menangis, sedih, luka bagai terkulai lemas. Aku dan jiwaku terpaku dalam nada-nada yang tak bisa di ungkapkan kata demi kata, bait demi bait, dan alur demi alur. Cerita panjang yang akhirnya kandas dalam perjuangan sesaat.
Melawan taqdir adalah hal yang paling tidak mungkin dilakukan oleh seorang manusia tidak berdaya seperti kita, mengubah arang menjadi api, mengubah debu menjadi asap, mengubah angin menjadi hujan, mengubah air mata menjadi tawa. Semua itu adalah hal-hal tersulit yang tak dapat di tembus akal manusia seperti kita, berjuang untuk hidup atau berjuang untuk berkuasa.
Hari yang satu dengan hari yang lain telah berlalu dalam mutiara pujangga harahab, melantunkan berkat demi keindahan sesaat, membawa pahit duka nestapa yang begitu mendalam. Merubah alur menjadi jalan panjang yang tak berketentuan arah. Berontaklah, anestesia! Berontaklah! dalam dawai yang tersendak dari dulu mati. Bergumam dalam nyanyian arwah yang tak pernah terdengar dan terasa dari hati setiap manusia yang mati. Aku dan perjalanan hidupku kini mulai melarikana diri dalam hutan-hutan cemoohan, huta-hutan hinaan, hutan-hutan makian dan perulangan yang tak dapat dipungkiri baik atau buruknya.
Aku dalam aku kian makin marak bertanya dalam dengki dan dendam. Mengubah kata maaf menjadi bencana panjang. Aku tak sanggup membawa semua beban yang terkulai lebar sendiri, membawa lari darah yang membawaku dalam ajal kematian.
Tapi, kini kesadaranku mulai nyata adanya, bahwa aku dalam hidup ini harus yakin akan merpati putih yang baik dan penuh tanya, memaafkan semua, membuatnya menjadi indah pada waktunya.
Berlarilah dengan mulia dalam hidup yang penuh dusta nestapa, berlarilah dengan membawa kehancuran yang tak kunjung datang. Yakinilah semua berubah dengan indah dan nikmat, penuh rasa, penuh suka cita, baik cepat atau lambat, kelak dunia akan membuktikan kebenaran mutlak yang tak terelakan.
***
Setelah aku menonton film Holliwood tadi malam aku jadi melamun dan membayangkan suatu Cerita ada 6 sahabat yang bernama Ayu, Irma, Nisa, Aldo, Rama dan Yuda sedang liburan di perancis, mereka tinggal di rumah kakak Ayu yang bekerja disana. Mereka pun berjalan-jalan di kota yang penuh cahaya dan romantis itu. Akan tetapi, mereka harus pergi ke jepang dikarenakan saudara Ayu ada yang meninggal disana. Singkat cerita, mereka pun tiba di jepang dan pergi ke pemakaman.
2 hari pun telah berlalu tetapi mereka disana merasa bosan dan akhirnya mereka berencana untuk camping di hutan.
Aldo: “kita enaknya camping dimana ya”.
Iim: “ke gunung aokigahara aja disitu hutanya bagus”.
Rowi: “iya hutan itu bagus banget kita kan udah 5 tahun tinggal disini jadi kita tau tempat yang bagus”.
Yuda: “ya udah deh tapi disitu nggak ada hantunya kan”.
Rowi: “Emm, anu anu ya nggak ada lah” sambil sedikit gugup
Keesokan harinya akhirnya pun mereka berangkat menuju hutan aokigahara, setelah sampai, mereka sedikit bingung dikarenakan hutan itu kelihatan angker, ketika mereka berjalan di tengah hutan mereka terpisah menjadi 2 kelompok, kelompok 1 ayu, nisa, rama, yuda kelompok 2 irma, iim, rowi, aldo.
Di kelompok 1.
Ayu: “loh yang lainya kemana?”.
Nisa: “aku juga nggak tau”.
Yuda: “kok mereka bisa nggak ada wah hebat berarti mereka bisa main sulap”.
Rama: “sulap apaan mereka hilang beneran tau”.
Ayu: “aku yakin ini ada sangkut pautnya tentang hutan ini, dari awal aku sudah curiga sama tempat ini”.
Nisa: “kurang ajar berarti iim dan rowi membohongi kita semua dong”.
Ayu: “aku rasa begitu”.
Yuda: “kurang ajar pokoknya kalau ketemu gue, bakal gue jadiin rendang mereka berdua”.
Aldo: “emang bisa”.
Yuda: “mungkin”.
Di tengah perjalanan tiba-tiba kaki nisa masuk di dalam lumpur mereka pun berusaha menolong nisa akan tetapi nisa sudah tenggelam di dalam lumpur tersebut, mereka pun sedih dan menyesal.
Di sisi lain kelompok 2 menemukan sebuah perkampungan seperti gubuk tapi anehnya tidak berpenghuni dan banyak sekali tengkorak yang digantung di atas pohon. Tiba-tiba aldo merasa gatal-gatal dan menggaruk tubuhnya hingga terlihat tulang dan dagingnya hingga ia meninggal dengan mengenaskan.
Irma: “al, kenapa loe harus mati mengenaskan seperti ini”.
Rowi: “udah-udah jangan sedih lagi lagian udah terlanjur mati aja nggak bakalan bisa hidup lagi”.
Irma: “enak banget loe ngomong mati loe pikir ini masalah yang enteng aldo tuh sahabat gue tau, iya loe baru kenal sama dia jadi loe nggak merasa kehilangan”.
Iim: “udah-udah nggak usah debat”.
Irma: “tempatnya kok serem banget ya? Banyak tengkorak lagi, tempat apaan sih ini”.
Iim: “aku juga nggak tau sebaiknya kita istirahat di salah satu rumah yuk”.
Irma: “iya ayo iiihhh tempat yang tragis”. sambil berjalan
Dikelompok 1 mereka bertiga terus berjalan dan akhirnya sampai di perkampungan gubug yang penuh dengan tengkorak.
Ayu: “tempat apaan nih kok banyak tengkoraknya”.
Yuda: “iya kayak tempat pembunuhan aja, eh gue punya ide gimana tengkorak ini kita bawa pulang lalu kita jual aja”.
Rama: “yuda mana ada orang yang mau beli tengkorak, emang loe mau mungutin tengkorak-tengkorak itu semua”.
Yuda: “nggak sih tapi kan ada elo yang mau mungutin”.
Rama: “yee siapa juga yang mau mungutin”.
Ayu: “udah-udah nggak usah debat lagi, eh itu kayaknya irma deh”.
Rama: “iya kita kesana yuk”.
Akhirnya mereka bertemu kembali mereka pun senang.
Irma: “akhirnya kita dapat bertemu lagi”.
Ayu: “iya gue senang banget, eh row, im rahasia apa yang loe sembunyiin dari kita semua”.
Rowi: “nggak ada kok”.
Yeheskiel: “nggak usah bohong deh loe, gue jadiin rendang baru tau rasa loe”.
Rama: “iya nggak usah bohong deh jujur aja kali”.
Iim: “oke sebenarnya hutan aokigahara Dikenal dengan sebutan “Lautan Pohon”, hutan lebat seluas 32 kilometer di barat laut kaki Gunung Fuji, Namanya, Aokigahara. Rumor menyebut, ia memiliki cadangan besi di bawah tanahnya, yang mengganggu kerja kompas, menyesatkan para pejalan kaki yang menembus belantara. Yang paling menyedihkan, hutan ini menjadi lokasi bunuh diri, lebih dari 500 kasus yang dilaporkan sejak tahun 1950an. Penduduk setempat mengklaim kerap mendengar jeritan arwah di tengah malam. Tingginya angka bunuh diri memicu pemerintah memasang papan himbauan larangan bunuh diri. Sejak tahun 1970, dibentuk tim yang terdiri dari polisi, relawan, dan jurnalis yang bertugas menyusur hutan mencari mayat-mayat. Namun, kerja tim tersebut kalah berat ketimbang pekerja hutan. Merekalah yang bertugas membawa mayat dari hutan ke pos penjagaan hutan. Tubuh mayat, yang kadang sudah membusuk, diletakkan di kamar khusus untuk para korban bunuh diri. Para pekerja itu lalu hom-pim-pah, siapa yang kalah akan diberi tugas khusus – tidur di ruangan bersama jenazah. Sebab, diyakini akan berakibat buruk jika jenazah ditinggalkan sendirian. Arwah penasaran jenazah itu, ‘yurei’ akan menjerit-jerit sepanjang malam. Tak hanya itu, jenazah itu konon akan berpindah dengan sendirinya.
Ayu: “apa jadi ini hutan setan lantas kenapa kalian membawa kami ke tempat ini”.
Rowi: “karena kita yakin kalian lah yang bisa menghilangkan hantu-hantu di hutan ini karena penduduk sudah resah akan jeritan setan dan hilangnya orang yang pergi kesini”.
Irma: “caranya?”.
Iim: “dengan mencari kristal merah dan menghancurkannya maka setan yang ada disini semuanya akan hilang”.
Yuda: “oh gitu, tapi dari tadi gue kayaknya nggak lihat aldo deh”.
Irma: “aldo udah meninggal”.
Rama: “apa, pasti loe bohong kan”.
Irma: “gue nggak bohong terus nisa juga kemana?”.
Ayu: “nisa juga udah meninggal”.
Irma: “apa” mulai menangis
Ayu: “nggak usah drama deh disini kita harus membasmi hantu”.
Tiba-tiba angin berhembus sangat kencang sampai mereka hampir terbawa oleh angin itu, iim dan rowi menghimbau untuk jangan sampai terbawa oleh angin itu, mereka pun bertahan dengan sekuat tenaga namun angin semakin bertambah kencang hingga akhirnya vina terbawa oleh angin itu, angin pun berhenti akan tetapi mereka kehilangan satu teman lagi, di sisi lain rowi yang terbawa oleh angin ia berada di goa yang sangat gelap dan tiba-tiba semua hantu yang bunuh diri di hutan tersebut mendekati rowi dan mencakar rowi sampai ia tewas.
Akhirnya pun mereka melanjutkan perjalanan mencari kristal merah yang konon berada di bawah pohon persik yang tak lain pohon itu hanya ada satu dari ribuan pohon di hutan aokigahara. Ketika mereka sedang berjalan di jalan yang diapit oleh dua jurang tiba-tiba iim terpereset dan masuk ke dalam jurang, telah hilang satu teman lagi kini tinggal mereka berempat mereka yang harus mencari pohon persik, ketika mereka sedang beristirahat untuk minum tiba-tiba ada sesosok kuntilanak yang mendekati mereka, mereka semua pun lari akan tetapi kaki yuda terjebak di akar pohon dan ia pun dicekik hingga tewas.
Tinggal 3 orang yang masih hidup, kini mereka lebih bersungguh-sungguh untuk mencari batu kristal tersebut, ketika mereka berjalan ternyata mereka kembali lagi ke perkampungan rumah gubug dan mereka melihat jasad teman-teman mereka digantung di atas pohon mereka pun menjadi histeris dan menangis.
Rama: “seharusnya gue nggak pernah ikut acara camping ini kalau ternyata gue harus berhadapan dengan hantu-hantu dan melihat sahabat gue mati secara tragis mending gue pulang aja sekarang”.
Ayu: “loe jangan pulang ka, kita harus mencari batu kristal itu bersama-sama”.
Raka: “kita nggak bakalan tau kapan kita mati mungkin kita juga akan mati di tempat ini”.
Ayu: “loe jangan gitu deh kita harus bisa melawan hantu-hantu itu optimis dong”.
Rama: “gak gue mau pulang”.
Ayu: “kalau loe mau pulang silahkan, loe bilang mungkin kita akan mati di tempat ini seenggaknya kalau kita mati disini kita udah barbuat kebaikan untuk orang banyak”.
Rama: “loe bener kemungkinan besar kita akan mati tapi kalau kita mati untuk kebaikan kita akan bisa mati dengan tenang”.
Ayu: “gitu dong”.
Irma: “kalian ngomongin apa sih?”.
Ayu: “ngomongin hantu”.
Irma: “owh”.
Mereka terus menelusuri hutan dan mencari batu kristal hingga akhirnya mereka menemukan pohon persik tepat di tepi sungai yang dalamnya hingga 500 meter dan ternyata batu itu berada di dalam sebuah peti irma mencoba mengambil peti itu namun sayang ia terpereset dan masuk ke sungai.
Ayu: “irma, bertahan ma gue pasti bakal nyelametin elo”.
Irma: “nggak usah mungkin takdir gue harus mati disini loe cepat ambil kristal itu dan cepat hancurkan dan setelah menghancurkanya loe cepat pergi dari sini karena tepat setelah loe menghancurkan kristal itu maka orang yang berada di tempat ini akan mati juga”.
Ayu: “loh loe kok tahu”.
Irma: “gue pernah baca tentang artikel hutan aokigahara sebelumnya gue anggap mitos ternyata itu nyata, gue udah nggak kuat selamat tinggal teman-teman”.
Ayu: “irmaaa”.
Irma pun masuk ke sungai ayu pun sangat sedih dan kecewa karena tak bisa menyelamatkan irma.
Ayu: “irma ram ia sudah nggak ada”.
Rama: “udah-udah loe yang tabah ya irma udah tenang di atas sana loe jangan nangis lagi dong semangat”.
Ayu: “iya gue semangat kok cepat ambil tuh peti”.
Rama: “iya-iya”.
Akhirnya mereka berhasil mendapatkan kotak peti itu dan benar batu kristal merah itu memang ada di dalam peti itu mereka pun membawa kristal itu menuju ke perbatasan hutan dan perkampungan penduduk (singkat cerita) mereka sudah hampir sampai ke perbatasan dengan mengendarai mobil akan tetapi hantu itu malah menabrakan mobil ayu dan rama di pohon mereka pun langsung keluar dari dalam mobil, dan lari dengan secepat mungkin akan tetapi rama mengecoh perhatian hantu-hantu itu.
Ayu: “rama loe mau ngapain”.
Rama: “gue mau mengecoh perhatian musuh loe lari aja lalu cepat hancurkan kristal itu”.
Ayu: “tapi ram, loe bagaimana?”.
Rama: “nggak usah peduliin gue loe cepat lari aja”.
Ayu: “baiklah”.
Sampai di perbatasan ayu menghancurkan batu kristal itu, setelah hancur hantu-hantu yang ada disitu menjerit-jerit sangat kencang hingga tidak terdengar suara lagi, ayu pun segera menghampiri rama dan untunglah rama tak tewas karena ia sudah keluar dari hutan aokigahara dan ia hanya terluka parah dan sekarang hutan itu sudah tidak angker lagi dan tidak akan ada orang-orang yang mendengar suara hantu di tempat itu.
Ayu dan rama telah mendapat penghargaan dari pemerintah jepang karena telah membasmi hantu-hantu di hutan aokigahara dan kembali mensejahterakan penduduk jepang akan tetapi tak hanya ayu dan rama ke-6 temanya juga mendapat penghargaan.
Polisi, relawan dan pekerja hutan mencari mayat-mayat di hutan aokigahara dan ayu beserta rama melihat jasad-jasad teman mereka yang dibawa oleh pekerja hutan (singkat cerita) jasad-jasad kelima temanya diterbangkan ke jakarta untuk dimakamkan tetapi jasad nisa tidak ditemukan karena disebabkan jasadnya tenggelam di dalam lumpur yang sangat dalam. Ayu dan rama pun juga menghadiri resepsi pemakaman teman-temannya.
***
Waktu itu aku sedang berlibur di sebuah desa kecil. Desa itu sangat menarik karena sepi dan jauh dari kota. Ketika aku sedang berjalan-jalan dengan adikku, aku melihat sebuah rumah dengan desain kuno. Aku dan adikku mencoba masuk ke rumah berdesain kuno itu. Ketika berjalan di lorongnya aku melihat banyak sekali hantu. Ada hantu kepala buntung, suster ngesot, kuntilanak ,pocong dan masih banyak lagi. Aku dan adikku ketakutan sekali. Aku segera menyuruh adikku keluar.
Esoknya aku menemukan sebuah surat di depan tempat yang kutinggali. Isi surat itu adalah “KALAU BERANI, DATANGLAH KE RUMAH ITU LAGI” aku merasa tertantang. Lalu aku mengajak kakakku untuk ke rumah itu lagi. Adikku juga ingin ikut karena dia takut sendirian di rumah (orangtua kami tidak ikut).
Akhirnya malam itu kami berangkat. Sesampainya di tempat itu, kakakku langsung ciut nyalinya. Tapi aku meyakinkan bahwa tidak ada apa-apa di rumah ini. Ketika memasuki lorong, seperti kemarin banyak hantu yang berkeliaran. Hawa dingin yang menyebar sangat membuat kakak dan adikku ketakutan. Aku segera menenangkan mereka agar mereka mau ikut menyelidiki rumah ini.
Kami pun tiba di sebuah ruangan cukup kuno. Di sana duduk hantu yang sangat cantik. Hantu itu mengatakan kami agar jangan takut. Kami disuruh duduk di sebuah kursi ukir-ukiran dari besi. Kami pun duduk. Tiba-tiba hantu itu berkata bahwa kami adalah bagian dari mereka. Aku dan kakakku diam saja. Sementara adikku menangis. Tiba tiba hantu itu menyuruh kami berdiri. Kami pun berdiri dan melihat ke arah kursi. Kami tergeletak tak bernyawa. Rupanya kursi yang kami duduki adalah kursi listrik. Pengalaman yang cukup menyeramkan yang pernah aku alami
***
Beberapa hari aku mengalami pengalaman yang aneh sekarang ini yang lebih Aneh
Aku berdiri di depan cermin besar. Tubuhku tidak tampak disana. Hanya seorang wanita cantik yang selalu membuatku iri. Aku menatap sinis wanita di balik cermin itu.
Ketika lenganku bergerak, ia selalu mengikuti apa yang kulakukan. Seperti saat ini, ketika aku tersenyum, ia membalas senyumanku. Kugenggamkan jari-jari tanganku dengan kuat. Aku mengepal ke arah cermin.
Wanita itu mengikuti apa yang kulakukan. Hanya tangannya lebih halus dan putih dari tanganku. Bahkan kuku-kuku indahnya berbanding terbalik dengan punyaku yang tajam dan hitam.
Rambutku yang terburai tidak teratur, berbeda sekali dengannya yang tertata rapi bahkan hitam tergerai indah. Aku tidak berani membandingkan tubuh dan wajahnya. Semua seperti langit dan bumi.
Aku yang keriput dengan cekungan mata besar dan hitam. Ditambah bola mata kemerahan dan hidung pesek. Berbeda sekali dengan kulit wajahnya yang halus. Mata sayu dengan bulu mata lentik, serta hidung mancungnya yang menggemaskan. Bibirnya yang tipis dan barisan gigi rapi nan menawan. Seakan menertawakanku yang bermulut sumbing dengan gigi tak beraturan serta sepasang taring di sudutnya.
“Sialan!” aku mengutuk diri sendiri.
Apa yang kulihat bukanlah diriku lagi. Aku kini jelek, dengan bentuk tubuh tak beraturan. Tidak yakin dimana jantungku hinggap. Bahkan sobekan di punggung membuat tulang rusukku menyeruak.
Kakiku bengkok dan pincang. Sebagian masih lengkap dengan tulang dan daging, sebagian lagi hanya tersisa tulangnya saja. Telapak kaki kananku hilang, kini kuganti dengan tongkat kayu yang mulai lapuk. Jangan berpikir tentang keindahan tubuhku saat ini. Sangat kontras dengan wanita yang berdiri tegak di balik cermin.
“Tidak lama lagi aku akan kembali.” Aku mendengus kencang.
Kusentuh cermin itu. Kedua tangan kami saling bertautan. Aku bisa melihat pundaknya yang halus. Ia memakai pakaian yang sudah pasti membuat laki-laki terjerat oleh tubuhnya. Bahkan hanya dengan kerlingan mata, tidak ada yang bisa menolak ajakan nakalnya.
Itulah yang tampak pada dirinya. Wanita idaman dan pujaan kaum laki-laki. Semua yang tampak padanya sangat sempurna untuk sekedar menjadi seorang wanita di bumi.
Ia adalah jelmaan bidadari dari langit. Itulah yang sering kudengar dari mulut-mulut kotor di tepi jalan. Aku tahu dia bukan wanita murahan seperti apa yang mereka pikirkan. Hanya saja, aku juga tidak bisa menampik, kalau dia telah berpredikat kotor. Bukan karena tingkah lakunya, namun sebuah jerat yang menimpa dirinya puluhan tahun silam.
Kini aku yang jelek dan tidak dianggap oleh siapapun, tetapi aku akan menjadi dirinya. Aku akan membalaskan setiap kebencian yang terpancar dari matanya. Aku juga dipenuhi dendam, sama seperti dirinya.
Aku kembali menyeringai. Kupandangi jemari hitam yang kini berdampingan dengan telapak halus miliknya di balik cermin. Aku ingin merasakan jemari lembut itu itu mengusap tubuhku. Sudah lama sekali sejak kejadian yang membuatku harus hidup di antara dua dunia.
“Aku ingin kembali cantik!”
Dia mengangguk untuk menunjukkan persetujuan terhadap apa yang akan kulakukan.
“Lakukan apa yang kamu inginkan! Kamu akan menjadi diriku. Menjadi Jehan, sang bidadari. Membuat iri para wanita karena laki-laki lebih memilihmu. Balaskan kebencian dan dendamku! Aku dan kamu adalah satu,” kata wanita itu dengan mata tajam.
Kami saling beradu. Aku bisa melihat garis yang menghubungkan tatapanku dengan bola mata indahnya.
Aku mengangguk dengan mantap. Sebuah persetujuan telah terjadi di antara kami.
“Kamu akan menjadi cantik kembali!”
Aku tidak peduli. Apapun yang terjadi, aku harus menjadi cantik dan akan kubuat semua laki-laki merasakan dendamku.
Aku menjulurkan lidah panjang yang basah dengan air liur. Kujilat tubuhnya dari balik cermin. Aku kembali mendengus. Tatapan mata penuh kebencian menyerangku. Aku tidak peduli dengan tingkahnya yang juga ikut bergerak seiring alur jilatan yang kubuat.
Dis tertawa terbahak. Sebuah gelas pecah akibat tawa kerasnya. Kuambil pecahan gelas itu. Kugoreskan tepat di pergelangan tangan secara perlahan. Tidak ada darah yang muncul disana. Hanya kulit terbuka penuh nanah yang terburai.
Aku tersenyum getir. Kulempar kembali pecahan itu dan kali ini menimpa cermin besar itu. Kuambil tongkat hitam di belakangku, lalu diayunkan ke arah cermin.
‘Prang,’ Suara pecah yang keras timbul akibat hantamanku.
Cermin itu pecah berkeping-keping. Jatuh ke lantai tanah. Kuambil serpihan paling besar. Kutatap wajah cantik itu yang diraut oleh goresan retak akibat hantamanku. Aku tersenyum, begitu juga dirinya.
Beberapa saat kemudian, tidak ada lagi wajah cantik di balik pecahan cermin. Hanya bayangan mengerikan yang penuh luka. Semua terselimut oleh darah yang menetes. Bahkan di balik matanya, aliran darah mengalir lembut seolah seperti ar mata. Namun lebih kental dan tidak bening.
“Akan kulakukan semuanya untukmu!”
Jo, kucing kesayanganku, terkejut dengan kehadiranku. Ia segera melompat kembali ke meja. Dengan kepala tegak, ia melihat aku yang duduk di samping Adi. Kubiarkan mata itu tak terpejam.
Aku mengusap lembut leher Adi. Tidak ada penolakan darinya, lebih tepat lagi ia telah pasrah oleh tingkahku. Kubuka jaket yang menutupi tubuhnya.
Aku mulai meraba dadanya yang masih berdetak.
“Kamu baik sekali! Bersedia menjadi milikku selamanya. Jangan khawatir, semuanya akan berjalan cepat. Tidak ada rasa sakit. Hanya ketenangan dan kenikmatan. Kamu pasti suka!” kataku lembut tepat di samping telinganya.
Tangan kananku segera bergerak dan meloncat lepas dari pergelangannya. Ia merayap di sekujur tubuh Adi dari kepala hingga kaki. Aku merasakan apa yang ada di dalam tubuh laki-laki ini.
Sesuai dengan keinginanku, semua berjalan lancar. Sejenak kupandangi wajah polos itu. Inikah wajah yang setiap saat bisa berubah. Dari polos tak berdosa menjadi siap memangsa.
“Aku tahu yang kamu inginkan. Namun keberuntungan tidak bersamamu. Saatnya aku menjadikan dirimu korban n*fsuku,”
Mendadak tubuh Adi bergetar. Tangan kiriku sudah ada di lehernya. Ibu jari menusuk dan darah segar mengalir di sela-sela kulit. Kubiarkan darah itu mengalir hingga membasahi dadanya. Terlihat segar.
Aku tahu malam akan segera usai, jadi semua kulakukan dengan cepat. Kudekatkan wajahku kelehernya. Tubuh Adi semakin bergetar hebat. Ia tidak berteriak ketika darah di tubuhnya semakin berkurang. Hingga ia terkulai lemas.
Matanya menutup perlahan. Dengan nikmat kuhirup wangi bekas gigitanku di lehernya. Semua berlangsung cepat. Kubersihkan sisa-sisa darah yang masih menempel di mulutku.
“Sekarang giliran kamu!” kataku kepada Jo.
Kucing itu melompat sigap dan melakukan apa yang baru saja dilihatnya dan melakukan persis seperti diriku.
Ada jemari yang menggelitik tengkukku. Aku segera menangkap jemari itu dan menyatukan lagi di tangan kanan. Sesuatu berada di genggaman tangan kananku. Aku mengerutkan dahi. Sangat berbeda. Mungkin Adi ini masih polos sehingga tidak seperti laki-laki lain.
“Sepertinya lebih lezat!” Aku berdecak dan menelan ludah.
“Biar kusimpan buat besok malam. Sekarang lebih baik tidur. Cukup untuk hari ini! Ayo Jo! Besok diteruskan lagi,” aku berseru kepada Jo yang masih asyik dengan Adi.
Jo melompat ke pangkuanku. Aku segera menggendongnya.
“Jadi siapa tadi namamu, aku lupa?” tanya Gio. Ia merasa pernah mengenalnya tapi kapan dan dimana. Ia tidak ingat apakah benar mengenalnya atau hanya sekedar khayalan saja.
“Namaku Jehan Saraswati. Panggil saja Jehan!” kata wanita itu.
Gio tidak menampik kecantikan Jehan. Sungguh sempurna. Bahkan lebih dari sekadar bidadari. Perlahan ia mendekatkan duduknya agar bisa mencium aroma parfum khas yang keluar dari tubuh Jehan.
“Kamu berlibur disini? Yang jelas kamu bukan rombongan dari kampus kami. Karena aku baru pertama kali melihatmu,” ucap Gio dengan nada meyakinkan.
Jehan tersenyum. Ia terbiasa oleh tingkah laki-laki ketika berhadapan dengannya.
“Aku menginap disana, itu milik pamanku,” kata Jehan sambil menunjuk sebuah bangunan di atas bukit kecil.
Gio terperajat ketika mengalihkan pandangan ke arah yang ditunjuk Jehan. Ia tidak melihat apapun sedari kemarin di bukit sana. Dan kini tiba-tiba sebuah vila megah berdiri di atas bukit itu.
“Aneh kenapa aku gak liat, ada vila disana. Kemarin sempat jalan-jalan lewat bukit itu,” desah Gio.
Namun pikiran itu segera disingkirkannya. Ia merasa mungkin penglihatannya terganggu atau ia kurang teliti memperhatikan sekitar.
“Kamu sendiri disana?” tanyanya lagi kepada Jehan.
Udara dingin pegunungan menambah sesuatu yang lain dipikiran Gio. Ia sadar wanita secantik Jehan akan menjadi rebutan laki-laki dimanapun dia berada. Tetapi tidak untuk sekarang, hanya ada Gio seorang. Jadi sebuah kesempatan terpampang di depan mata.
“Ya, aku sendiri! Ayahku pulang pagi ini karena urusan kantor. Sedangkan liburanku masih panjang, jadi aku menikmati kesendirian disana,” jawab Jehan sambil tersenyum lebar.
“Oh begitu!” Gio menanggapi ucapan itu dengan penuh maksud.
“Eh udah dulu ya! Aku harus kembali! Gak enak ditinggal lama-lama!” sergah Jehan membuyarkan lamunan sejenak Gio yang belum tuntas.
“Silahkan, senang bisa berkenalan denganmu!” sahut Gio dengan senyuman lebar.
Jehan segera meninggalkan Gio yang masih terpaku oleh langkah kaki wanita itu. Pandangan matanya mengekor setiap tubuh Jehan yang semakin menjauh. Ia terus melihatnya hingga di ujung jalan tepat di samping vilanya.
Tidak ada yang aneh disana, hingga sebuah angin tiba-tiba mendesak tubuh Gio untuk berlindung. Gio segera berdiri di balik pohon besar. Angin itu terus berhembus dan semakin besar. Dahan dan daun-daun pohon itu beterbangan.
Gio membungkukkan badan. Ia berpindah di sisi lain pohon agar tidak terkena secara langsung terpaan angin itu.
“Auw,” teriaknya ketika sebuah ranting besar menimpa punggungnya.
Angin itu telah berlalu. Gio melihat sekeliling. Matanya terperajat dan seolah tidak percaya pada apa yang baru saja terjadi.
Tidak ada bekas ranting maupun daun yang jatuh tertimpa angin. Bahkan pohon tempat dirinya berlindung, ternyata lebih kecil dari perkiraannya. Pohon itu tidak mampu menutupi tubuhnya jika terjadi angin kencang.
Gio mengedarkan pandangan matanya. Ia masih mengenal jalan tempat vila dimana rombongannya menginap. Namun ada yang aneh. Dimana vila megah di bukit itu? Ia tidak melihatnya lagi. Tidak ada vila yang baru saja ditunjuk oleh wanita bernama Jehan.
Gio menatap kosong bukit itu. Matanya tidak salah. Masih seperti ketika ia pertama kali tiba kemarin. Tidak ada bangunan apapun disana.
“Jehan,” mulutnya tergerak menyebut nama itu.
Aku tersenyum melihat laki-laki yang bernama Gio. Di atas sebuah pohon aku bisa melihat dia dengan jelas. Aku tertarik olehnya. Namun Adi yang baru saja menjadi korbanku sudah sangat berlebih.
“Lebih baik aku tidak mengganggunya dulu!”
Kuhembuskan sebuah angin besar yang keluar menerpa tubuh Gio. Terpaannya cukup untuk menggoyahkan tubuh laki-laki itu. Aku melihat dia berlindung di bawahku.
Dia tidak menyadari kehadiranku. Aku hanya tersenyum. Sungguh lucu memandang tingkahnya yang sedang membungkuk seolah angin itu ingin menghamburkan tubuhnya.
Kuambil sebatang dahan yang lumayan besar lalu kujatuhkan tepat di punggungnya. Dia terkejut dan menatap ke atas pohon. Aku tersenyum dan membalas tatapannya. Mungkin dia tidak melihatku di atas sini.
Kutinggalkan Gio yang masih penasaran oleh kejadian angin yang baru saja menimpanya. Aku menatap ke vila di bukit itu. Sudah lama tidak berkunjung kesana. Berbeda dengan vilaku yang lusuh dan kotor. Vila itu sangat rapi dan bersih. Pamanku memang merawat vila itu dengan baik.
“Terimakasih Gio!” Aku berkata lembut di telinganya sebelum pergi menjauh.
Kujatuhkan sepucuk kertas untuk memberitahu keberadaan temannya, Adi.
Semua panik dan cemas oleh penemuan mayat Adi di sebuah gubuk tua. Gio hanya tertegun, tangannya meremas gemetar kertas yang telah mempertemukan sahabatnya dalam kondisi tak bernyawa.
Polisi yang menyusuri tepat itu tidak melihat sesuatu yang mencurigakan. Namun kematian Adi serasa aneh. Tubuhnya masih utuh padahal telah seminggu dia menghilang dan tidak ada bekas luka apapun.
Semua tampak wajar dari luar, namun tidak dengan bagian organ dalam tubuhnya. Jantung Adi tidak berada di tempatnya. Seolah ia hanya robot berbentuk manusia. Tidak ada darah yang membeku. Semua kosong.
Gio semakin takut oleh peristiwa ini. Dua hari yang lalu tanpa sengaja dia melihat wanita yang mirip Jehan. Tepat di dalam rombongannya sebelum beranjak meninggalkan daerah ini.
Ia membaca isi kertas itu untuk ketiga kalinya.
“Lima puluh meter sebelum tikungan dari vilamu, ada sebuah gubuk tua. Sahabatmu ada disana. Aku tidak janji, dia masih bisa tersenyum. Sebaiknya kamu segera kesana, sebelum terlambat.
Dan jangan lupa, kalau aku selalu melihatmu. Tersenyumlah ketika aku menemuimu. Aku kesepian, mungkin aku akan membawamu ke vila megah yang pernah kutunjukkan padamu. Tentu saja, tidak sekarang. Karena aku masih menikmati darah dan jantung segar dari sahabatmu.”
Tangan Gio bergetar hebat. Kertas itu jatuh terinjak oleh kerumunan orang yang mengerubuti penemuan mayat sahabatnya. Ia sadar mengapa jantung Adi tidak berada di tempat semestinya.
***

Masuk sekolah di pertengahan semester ganjil, kami kedatangan murid baru pindahan dari Sulawesi selatan, venisa namanya. Gadis manis itu satu kelas denganku kelas 7.4 entah mengapa aku bisa menaruh kecurigaan terhadapnya…! Kecurigaan dimulai saat gadis itu selalu memeluk erat dua boneka aneh. Seakan-akan boneka itu sesuatu yang sangat berharga baginya. Saat itu pikiranku mulai ke arah berbau mistis. Waktu aku melihat kejahilan temanku yang berbuat iseng ke barang-barang venisa di kelas, terlintas dalam pikiran jahatku keluar! aku mengikuti keisengan mereka untuk memajang semua benda yang ada di dalam tasnya. Beberapa macam dan bentuk boneka seukuran genggaman tangan. Mungkin, aku akan bersikap biasa saja kalau memang boneka itu unik. Namun, itu sebaliknya bagiku aku merasakan kengerian bahkan sempat bulu kudukku berdiri.
Apa yang akan terjadi setelah boneka ini dalam kemalangan? aku dan indri mengambil tali tambang, ku ikat semua boneka angker itu di bagian kepalanya, ku ikat di bagian ujung jendela di setiap kelasku. Kami memandang setiap wajah boneka itu ‘apa perasaan gue aja, tapi… terlihat murung’. Aku melamun menatap wajah angker itu seakan-akan memohon kepada kami untuk membebaskan mereka.
“cuy… busyet dah bengong yah lo…” “eng…gga… lo ngerasa gak sih boneka-boneka itu keliatannya sedih banget” kataku gugup. “enggak ah boneka itu emang dah serem dari tadi jadi gak kehilatan mimik muka yang lain selain mengerikan, udah ah lo jangan ngomong kaya gitu lagi, gue merinding nih… udah yuk kita lanjutin tinggal jendela sebelah sana…” ujar indri… tidak mengubris perkataanku.
“be..ner… dri… serem.. lihat aja bentuk bonekanya ada yang tangannya satu.. di mulutnya ada darah… ada yang melotot. udah ah gue takut serem… gue mau jajan aja..” ucap aku terbata-bata. “awas loe kalau loe pergi gue bakal bawa nama loe…” ujar indri. Aku hanya menelan ludah takut akan ancaman indri kepadaku.
Saat kami akan melanjutkan aksi kami tiba-tiba suasana menjadi aneh. Angin bersiur-siur mendatangkan suhu dingin menambahkan suasana mengerikan. ‘ah… gue gak perduli tinggal satu pekerjaan lagi selesai..’ yakin indri. “AAAKKH…” aku teriak kencang, kaget semua boneka itu menyeringai menakutkan. Entah karena aku merasa gugup boneka itu terlihat senyum seperti menikmati apa yang kami lakukan dengan boneka-boneka itu. “BRAAAKK…”. pintu kelas tiba-tiba di dobrak kencang. “AAAKH… apa yang kalian lakukan dengan boneka-bonekaku mereka tidak boleh diganggu, mereka akan balas dendam sama kalian… turunkan… boneka.. boneka.. itu sekarang..!” bentak venisa tapi bentakkan itu semakin membuat indri marah.
“eh orang aneh kalau mau boneka itu kembali, ambil sendiri…! loe punya tangan dan kaki yang bisa loe gerakin sendiri” geram indri. “KELUAR…” Matanya berubah menjadi merah seakan-akan kemarahan boneka itu menjadi satu bergabung dalam kemarahan hati venisa. Indri heboh mengolok-olok venisa dengan sebutan (peri biru). indri hanya ingin tahu apa dia berani marah sama dirinya. Aku juga menahan rasa kengerian ini jangan sampai dia melihat kalau aku benar-benar takut. Bola mata itu semakin merah melotot ke arah kami.
Kami sempat berteriak, ketika itu dia berlari ke kamar mandi sambil membawa dua boneka anjingnya dengan kepala yang sengaja dibentuk bergoyang jika disentuh. Per besi yang digulung melingkar sebagai alat geraknya sengaja dibuat oleh desainernya. Venisa masih menangis berlari kencang ke kamar mandi dengan dipeluk erat dua boneka aneh itu…
“cuy dia nangis… loe sih gue bilang jangan terlalu buat ngerjain ntu orang… gue ngerasa bersalah kejar yuk” ajakku.
“enak aja lo, kok gue sih, ini semua tuh kesalahan kita berdua… ya udah kita kejar dia…” indri menarik tanganku kencang. Berlari di koridor kelas mengejar peri biru itu dan meminta maaf. “Kalau bukan indri teman gue dah gue jitakin ntu orang” pikirku. Dilihat-lihat boneka itu sekilas unik tapi, seperti ingin mengancam kami berdua. jadi ingat omongan peri biru tadi.
“venisa… tunggu-tunggu woy busyet dah pura-pura gak denger…” teriakanku tidak berhasil menghentikan langkah venisa. Kami lelah tidak kuat mengejar gadis aneh itu. Terlalu cepat dia berlari. Lalu, kami berhenti tenang ketika dia menghentikan langkahnya.
Dia hanya menengok ke arah kami, kami yang berhenti mulai menghampirinya sekilas dia tersenyum lebar seperti senyum iblis yang siap menerkam kami…! Dia masuk, yang tidak sengaja kami berhenti di depan toilet perempuan. Indri menyuruhku diam jangan ada suara sekecil pun yang bisa terdengar. Dia ingin mendengar ocehan yang keluar dari mulutnya.
“hiks… hiks… mereka semua jahat padaku, saya gak betah di sekolah ini..” suara tangisnya lumayan kencang membuat guru yang lewat terheran-heran melihat kami, kami yang was was harus bersiap-siap mengeluarkan jurus pamungkas biar tidak terjadi kecurigaan. “sudahlah… kami selalu menjaga tuan putri.. kami tak tega bila sang putri menangis, kelakuan mereka hari ini akan mendapatkan balasannya…” suara aneh menyerupai bapak-bapak dan ibu-ibu. Membuat kami kaget, kami melihat jelas bahwa dia masuk sendiri dan tidak ada seorang pun ke kamar mandi..! “venisa… loe gak sendirian kan di dalam loe sama siapa..? venisa keluar donk.” Ku panggil dia untuk mengetahui bahwa tidak ada apa-apa di dalam. “EEENGGGRRMMM…” suara geraman binatang buas mengagetkan kami. Membuat kami meninggalkan tempat itu. Sempat bulu romaku merinding rasanya baru kali ini aku merasakan ketakutan mungkin juga sama yang dirasakan oleh indri. Aku yakin, kalau aku tidak salah dengar suara itu. kami menambah volume berlari kami seperti beberapa gerombolan gajah yang dikejar oleh pemburu yang lewat di koridor kelas, sangat mengganggu konsentrasi murid yang sedang belajar! dengan diiringi suara teriakan ketakutan kami.
“AAAKKH… SETAAAN.. SETAAN…” kecepatan kami berlari, melebihi ruang kelas tempat kami belajar, tarikan mengerem pun siap ditancapkan begitu kerasnya “jreeettt…”.
“cuy kelebihan tuh..” sahutku saat berbelok ke arah indri. “iya dis… lebih… belok cuy..” kami berhenti merapikan penampilan kami sebelum masuk ke kelas. Menghilangkan rasa ketegangan dan kegelisahan yang ada pada diri kami, bersikap seperti biasa dengan gaya masuk tetap stay cool… abis.
Namun, indri tidak kuat menahan perasaannya. Tibanya di ambang pintu kelas indri berubah kacau dia menceritakan semua kejadian yang mungkin orang gak akan percaya. “sudah gue sangka pasti akhirnya begini.” Menggelengkan kepala menahan rasa untuk ikut-ikutan dalam ketegangan. Masyarakat kelas 7,4 yang tidak percaya dengan cerita indri ingin membuktikan sendiri dengan mendatangkan venisa ke toilet putri. Kami berdua diam… melemparkan pandangan bingung. Apa yang harus kami lakukan? bagus bila suara itu masih terdengar kalau suara itu sudah berhenti berbicara. Anak-anak akan marah dan menganggap bahwa kami seorang pembohong besar.
Kalau itu benar-benar terjadi itu mencakup nama baik kami di sekolah ini bisa-bisa ketenaran kami bisa dihapus di sekolahan ini.
“oh my goodness… indri.. kita harus ngikutin mereka memastikan apa yang akan terjadi disana.” Indri mengangguk dengan muka sudah kaya orang mau boker. Kami berjalan agak cepat. Ku hantam orang-orang yang ada di depanku agar kami bisa berjalan lebih cepat ke toilet tempat peri biru itu dan dimana nyawa kami akan terancam.
“misi… misi… gue mau lewat.” Kulihat dwi berusaha masuk dan menenangkan venisa.
“dew kita ikut dong, gue sama indri yang bikin dia nangis”.
“gak kalian gak boleh masuk mereka gak mau menerima kalian, mereka hanya mengizinkan dwi masuk.” Sahut venisa setengah meledak dari dalam kamar mandi. Melarang kami masuk.
“udah gue aja yang masuk entar kalau ada apa-apa gue teriak kok.” Kami setuju mempersilahkan dwi masuk, biarkanlah dwi yang menenangkan venisa lagian aku sudah memperingatkan untuk berhati-hati dengan boneka itu.
Kejadian hari ini begitu cepat. Masalah dengan venisa akhirnya bisa terselesaikan juga boneka-boneka itu telah di bakar habis. Saat beberapa siswi melaporkannya ke guru bagian agama islam. Ternyata venisa sudah lama seperti ini saat dia berumur tujuh tahun. Sedangkan venisa masih dalam pengobatan untuk mengusir jin-jin berada di dalam tubuhnya. Lalu, siswa-siswi di persilahkan pulang lebih cepat. Kejadian ini sungguh melelahkan. Merasakan sesuatu yang berbeda yang pernah ku rasakan selama ini. Akhirnya aku dan indri bisa pulang ke rumah dengan tenang.
walaupun hati ini masih berdebar ngeri mengingat kejadian hari ini.
Malam ini begitu sejuk dengan diiringi semilir air hujan ingin rasanya membuka jendela kamar lebar-lebar supaya kesejukan itu berbagi ke dalam ruanganku berharap di langit ada bintang yang bisa ku lihat tapi, langit begitu gelap membuatku sangat takut apa mungkin awan sangat mendung…
“eeehey…” rasanya sedikit kecewa tidak bisa melihat bintang malam hari kali ini.
lalu, “BYUUURRR… DREEESS…” hujan turun sangat deras sepertinya aku harus cepat-cepat menutup jendelanya takut air masuk ke dalam kamar. Kini dingin menusuk ujung kulitku. Kedinginan yang luar biasa membuat bulu kuduku berdiri hebat, ku ambil sweter dengan warna merah kekuning-kuningan dan abu-abu sebagai warna dasarnya, yah lumayan sedikit hangat kurasa…
Tiba-tiba aku mencium bau benda habis terbakar mataku waspada sambil mencari dan mengedus-ngedus benda apa yang ku bakar di dalam kamar ini.
“perasaan gak ada yang gue bakar.” ujarku. Penciumanku tertuju di dalam lemari pakaian. Bau itu sangat menyengat bau gosong!. sempat aku menelan ludah lalu pikiranku mengingat akan kejadian tadi pagi di sekolah. dalam hitungan satu, dua, tiga sambil mata kututup dengan tangan kanan membuka lemari itu, tapi, yang ku temukan hanyalah pakaian-pakaian rapi.
“cuh leganya gue kirain apa.” Belum lama ku merasa lega. Dari arah belakangku terdengar suara hentakan kaki. Tanganku gemetar, keringat dingin bercucuran bersiap untuk lari!! ketika aku menengok ke belakang “aakkkhhh… gak mungkin.. gak mungkin… kenapa boneka-boneka ini bisa kesini padahal kan tadi pagi sudah dibakar habis aaakhhh… aaakkhh… jangan ganggu saya.” Boneka venisa datang ke rumahku. Muka itu lebih buruk bekas kebakar.
Apa yang membuat boneka-boneka itu datang kemari. Aku berlari ke luar kamar mencoba menghindar dari kejaran boneka itu.
“bruuuk…” aku terjatuh dari tangga karena telah menabrak sebuah boneka kayu – duduk di depan tangga dan aku tidak bisa melihatnya. Aku terjatuh, bergelinding dengan hebatnya kepalaku terbentur tembok sehingga darah segar keluar dari pelipisku. Aku mencoba untuk bangun tapi, kakiku tidak bisa digerakkan.
“hihihi…” mereka menertawaiku. Mereka menganggap itu sangat lucu lalu, mereka mencoba untuk mendekatiku.
“pergi… keluar dari rumah ku.” Aku teriak sehingga terdengar suara lengkingan ku di setiap sudut dalam rumah. Mencoba membuat mereka takut, aku berusaha untuk berdiri walau harus dengan kaki kanan yang diseret.
“AAAGH…” aku teriak sambil menuruni anak tangga. Berusaha untuk menggenggam telepon rumah untuk menelpon indri. “gue mesti telfon indri… gue harus tahu apa dia juga didatangi oleh boneka setan venisa.” Pikirku. Aku berjalan dengan kaki kanan yang pincang. Kutekan nomor indri dengan hati berdebar ngeri, merinding, tak karuan.
“iiits… lama bener.” Ujarku kesal.
“ha..llo..” indri menjawab telponku dengan gugup.
“ha..llo… dri… tolongin gue, loe kesini donk, boneka setan itu datang ke rumah gue.” ujarku gak kalah paniknya ingin rasanya aku menangis sungguh aku merasa takut sekali.
“hallo sama gue juga… kok kita jadi didatengin gini sih, udah muka mereka gosong semua… hiy…”
“terus kita mesti gimana donk, loe kesini sih, gue takut sendirian.” Sahutku berharap boneka itu tak menemukanku.
“gimana caranya! gue ke rumah loe? rumah gue dikunci sama boneka itu, gue berharap boneka itu gak nemuin gue, gue lagi di dalam lemari.” Indri berbicara pelan di telingaku.
“praa…ngggg.” Suara gelas pecah berasal dari belakangku.
“hihihi… maaf.” Aku menoleh ke arah belakang, melihat 2 boneka kayu berukuran besar memecahkan gelas kesayanganku dengan senyuman yang sumringah sambil meminta maaf ke arahku. Membuat aku merinding ngeri.
“AAAGH..” indri teriak. Lalu, suara telpon kami terputus. Aku putus asa apa yang mesti aku lakukan..?
3 hari berlalu…
Sejak kejadian itu, boneka-boneka itu menghilang entah kemana! Yang pasti aku hanya bisa bersyukur atas perginya boneka-boneka setan itu. Siang ini matahari begitu semangatnya menyebarkan cahaya panasnya, ayah dan ibuku pergi keluar untuk membeli keperluan kami, aku sempat di ajak oleh mereka tapi, aku menolaknya lantaran tugas sekolahku belum diselesaikan.
“teng ne… ne.. ne… ne… teng… ne… ne…” suara lagu dari kotak musik mainanku yang kusimpan, berbunyi, aku sempat kaget. Aku mencoba melihat apa yang ada di gudangku sehingga kotak musikku berbunyi. Ku buka pintu gudang itu dan apa yang kau tahu di dalam sana?
“hiy.. hiy.. hiy…” boneka itu menertawaiku. Aku berlari keluar tapi, usahaku sia-sia dan ‘bruuuk’ pintu gudang terkunci aku tekunci di dalam gudang dan kalian tahu apa yang mereka lakukan kepadaku ialah sesuatu yang mengerikan telah terjadi denganku dan indri. dan semua boneka itu tidak akan menghilang sampai mereka benar-benar puas untuk menakuti, menjaili, membuat aku dan indri tidak nyaman berada di rumah dan di sekolah mereka akan selalu terus mengintai dan mengikuti kami berdua. Hingga semua orang yang berada di sekitar aku dan indri menganggap kami gila dengan ocehan bodoh yang terlontar dari mulut kami.
***

Cerita ini aku dapet dari tetangga-tetangga yang biasa ngegosip. Gini ceritanya.
Aku punya tetangga, dia itu tukang bakso keliling. Saat itu bulan puasa, jadi dia pergi jualan kelilingnya jam setengah 5 sorean, dan pulang malam. Bisa jam 1 atau 2 lah sampai rumah. Tapi saat itu dia pulang jam 11 malam.
Saat sang tukang bakso mau pulang dan sedikit lagi sampai. Tapi harus melewati rumah kosong yang sudah ditinggal selama 3 tahun oleh penghuninya karena meninggal dunia.
Saat melewati sang tukang bakso mendengar suara orang tertawa. “Hihihihihi”
Suara itu berasal dari rumah kosong itu. Sang tukang bakso pun melihat ke belakang tidak ada siapa siapa. Tukang bakso pun meinding. Karena tukang baksonya ketakutan, dia pun menelepon temannya. Temannya pun datang dan menjempunnya.
Bukan hanya itu, orang orang sekitar rumah kosong itu pun pernah melihat penampakan seorang kakek kakek yang tiba tiba menghilang.

***
Ruangan ini, mengapa harus ruangan ini lagi. ruangan yang membuat hidupku tiba-tiba berubah begini. Jika harus diasingkan mengapa harus di ruangan ini.
Tepat seminggu lalu saat keluargaku sedang asik-asiknya membereskan barang-barang di rumah baru ini, aku malah asik bermain dengan kucing kesayanganku. dia sungguh lasak dan tak mau diam. terus berlari dan menaiki satu per satu anak tangga yang ada di rumahku. anak tangga itulah yang akan membawa siapapun masuk ke dalam ruangan itu, ruangan yang sangat tersisihkan dan kelam itu.
“puss… jangan masuk kesitu” aku sudah melarang kucingku untuk tidak masuk ke dalam sana, tapi dia sungguh nakal dan tak mau diberitahu, dia tak mengindahkan perintahku, sang majikannya.
Kebetulan sekali pintu itu terbuka, dia masuk. aku mengejarnya, tapi… langkahku terhenti saat aku melihat dengan kedua mataku yang masih normal ini sesosok makhluk aneh yang bentuknya sangat absurd tapi yang jelas warna dominan hitam. makhluk itu sedang memegang kucingku yang malang, dia sudah tewas di tangan makhluk itu, lihat saja mulut berbulunya berlumuran darah, tubuh kucingku sudah tercabik-cabik tak karuan. sejenak aku berpikir ini mimpi. tapi tidak, ini nyata. Aku hanya terdiam membelalakkan kedua mataku, rasanya ternggorokanku ini sedang tersumbat sehingga tak ada suara yang berhasil keluar dari mulutku. aku seperti bisu sesaat.
Makhluk itu menghilang entah kemana, saat kami bertatap mata. yah, aku melihat matanya yang merah dan wajahnya yang sangat menjijikkan itu.
Pagi ini, di ruangan yang sangat ini aku hindari ini, lagi-lagi aku diasingkan. entah mengapa semenjak kejadian itu tiba-tiba aku seperti orang sawan, tubuhku menggeletar dan aku pasti akan merusak benda apa saja yang kulihat. maka dari itu, jalan terbaiknya agar barang-barang di rumahku yang masih utuh tak ikut jadi korban atas tindakanku yang tak masuk akal ini, aku diasingkan. di ruangan ini.
Entah apa penyebabnya, dokter profesional pun tak bisa meramalkannya. banyak yang menyarankan keluargaku untuk bertanya panya paranormal, tapi itu tadi, keluargaku tak percaya pada paranormal dan aku juga.
Bukan tak mau menceritakan apa yang aku alami seminggu lalu pada keluargaku, aku sudah capek mengoceh pada mereka tapi tak ada satu pun yang percaya. atas hilangnya kucingku, mereka anggap bahwa kucingku hanya sedang berada di suatu tempat untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. yap, kucingku bukan mati, tapi menghilang. tak ada bangkainya yang tersisa, itulah salah satu alasannya mengapa keluargaku tak percaya. ini gila. benar-benar gila.
Aku semakin bingung dengan diriku, semakin lama semakin tak terarah, seperti ada sesuatu yang mengontrol tubuhku untuk merusak apapun yang kulihat dan sekarang kumatnya bukan pada pagi hari saja, tapi malam juga.
Hari ini aku memutuskan untuk mencari jawabannya pada temanku yang punya indra keenam, aku baru terpikir sakarang untuk menemuinya, aku merasa mungkin saja ada yang merasukiku.
“Schawdanskey… yap aku yakin itu”
“Maksudmu, memang benar ada yang mengikutiku?”
“Yap dia adalah makhluk aneh, makhluk dunia lain yang senang bermain-main di dunia manusia”
“Aku tak mengerti mengapa dia mengikutiku?”
“Dia menginginkamu…” Kata isabel tetangga lamaku, dia terkenal bisa melihat-lihat dan punya indra keenam, juga sangat menekuni dunia mistis.
“Aku…?” tanyaku kebingungan.
“Menurut buku yang pernah kubaca… makhluk ini akan mengikuti siapapun yang menatap matanya, biasanya selama satu bulan jika sudah pas dan dia suka, maka dia akan mengambil tubuh orang itu. membuat sang empunya hilang kesadaran bahkan hidup tapi mati” katanya sambil sedikit menghororkan suaranya.
“Hidup tapi mati?”
“Ya, semua orang melihatmu hidup, tapi sebenarnya kau mati arwahmu entah berada dimana”
“Jadi, yang ada di tubuhku… makhluk itu?”
“Tepat sekali, tapi kau jangan khawatir dia tak akan mengambil tubuhmu. kau tak pernah melihatnya kan?” tanya isabel.
“Makhluk itu? ehm… bagaimana wajahnya?” Tanyaku.
“Ehm… sebentar aku ada fotonya.
Isabel menunjukkan gambar dari makhluh aneh itu dan…
“Astaga… aku pernah melihatnya, waktu itu…” Aku menceritakan panjang lebar tentang yang aku alami.
“Memang, dia makhluk yang jahat dan sangat misterius” kata isabel.
“Aku bagimana?”
“Dua minggu lalu, masih ada dua minggu lagi untukmu sebelum dia mengambil tubuhmu”
“Terus?”
“Ehm… sebentar” isabel mulai memainkan komputernya.
“Lihat…”
Akupun mulai membaca artikel tentang bagaimana cara terbebas dari makhluk itu.
“… jika sudah sampai waktunya, kau harus mempersiapkan diri. jangan tidur. ya, karena di saat itu dia akan masuk ke dalam tubuhmu, di saat semua anggota tubuhmu rileks dia akan bebas keluar masuk. maka dari itu jangan tidur, jika kau tidur maka ketika matamu terbuka, jiwamu sudah tak bersatu dengan tubuhmu lagi. disarankan tiga hari sebelum waktunya tiba. jangan tidur.” Aku dengan serius membaca artikel itu.
“Emily, hanya satu syaratnya jangan tidur. kau bisa?” Tanya isabel.
“Bisa” jawabku lantang.
Hari-hari kujalani seperti biasanya, pagi dan malam aku akan diasingkan ke ruangan ini. aku takut, sebentar lagi genap sebulan. Aku tak memberitahu satu pun anggota keluarku, karena aku tahu mereka pasti tak kan percaya.
Tiga hari sebelum genap sebulan, aku sudah banyak membeli apapun yang bisa membantu untuk tak tertidur. Aku takut, ditambah lagi semalam orangtuaku pergi dan jadilah aku di rumah sendiri. Aku merasa semakin ada yang mendekatiku dan menyesakkan dadaku, ini hari tepat sebulan dan aku terus memelekkan mataku. Belum istirahat semenit pun.
Malam tiba, keadaan malam ini begitu mencekam rasaku. aku memutar lagu rock sekuat mungkin dengan menggunakan earphone.
“Aaaaa… tolong jangan, jangan aku masih ingin hidup jangaaaan… aaaa” makhluk itu semakin dekat, apa yang harus aku lakukan, aku tak bisa bergerak, kakiku terasa sangat berat, dia semakin dan akhirnya berhasil memegang tanganku dan…
Aku membuka mata, putih. Hanya warna putih yang bisa kulihat. Dimana aku ini, jangan-jangan aku sudah berada di… surga?
“Ibu?” Aku terkejut, sekaligus bersyukur karena aku masih hidup dan masih bisa melihat dunia terutama ibuku.
“Apa yang kau lakukan? sehingga tidak tidur selama beberapa hari ini?” Tanya ibu.
“Eee… aku.. aku..”. “Sudahlah jangan kau ulangi lagi” kata ibu, kemudian meninggalkanku sendiri di ruangan ini.
Aku bersyukur, makhluk itu tak mengambil tubuhku dan membiarkan rohku berkeliaran di muka bumi ini, aku tak tahu mengapa. Tapi yang pasti makhluk itu telah meninggalkan bekas yang mungkin agak lama hilangnya di pergelangan tangan kiriku ini.
***
Dompet merah ini kutemukan di jalanan di depan kios sayurku. Aku memperhatikan dompet merah ini lekat-lekat. Dompet ini warnanya benar-benar merah seperti… Darah!
Hii… aku bergidik. Apakah warna merah ini di cat dengan warna merah darah? Aku pun penasaran. Aku cium dompet itu. Kalau memang bau anyir pasti darah. Setelah kucium, ternyata benar! Baunya anyir. Tidak salah lagi ini adalah darah!
Aku menunggu kios ku sambil bengong. Dari pagi, tidak ada pembeli. Aku terus kepikiran tentang dompet merah itu.
“Lin, dari tadi ibu tuh heran, itu dompet siapa sih?” tanya ibu sambil mengusir lalat yang menempel di sayuran.
“Aku temukan di jalan, bu.” ucapku.
Ibu memperhatikan dompet itu. Alis matanya saling bertaut. “Mendingan kamu buang aja deh dompet itu. Warna merahnya seram.” ucap ibu. Hii… aku kembali bergidik.
Tapi, biarpun penakut aku ini orangnya penasaran. Aku tidak membuang dompet itu.
Hari ini, lagi-lagi kios sepi. Aku keluar dari kios dan duduk di bangku kayu sudut pasar. Tempat paling sepi di pasar ini.
Tiba-tiba seorang kakek pucat lewat. Ia tampak kaget melihat dompet itu. “Dik. Ini dompet saya. Adik temukan dimana?” tanya kakek itu.
“Di jalanan kek. Kalau ini punya kakek, ambil saja.” aku menyerahkan dompet itu. Kakek itu duduk di sebelahku. Bau kakek ini anyir, sama seperti dompet itu. Aku sedikit memberi jarak pada kakek itu.
“Adik kebauan ya? Maaf ya, kakek ini tukang ikan. Jadi bau amis.” ucap kakek itu. Aku lega. Mungkin bau dompet itu karena terlalu sering berhubungan dengan ikan.
“Dik, untuk berterima kasih. Ambil saja uang ini.” kakek itu menyerahkan uang 50 ribuan. Aku senang bukan kepalang. Aku menerima uang itu. Kakek itu masuk ke dalam lorong yang gelap dan becek. Ada sebuah palang yang tertulis kata “Kencana” di pinggir lorong sempit itu. Tapi, aku tidak peduli. Aku langsung pergi ke tukang mainan.
“Eh, gila lu! Boneka itu harganya 45.000 tau! Apa-apaan dibayar make kertas kuning lusuh begini. Ngeledek gua lo?” marah si penjual toko. Aku menjatuhkan boneka yang sedang ku peluk. Kuraih kertas itu. Tertulis:
Dompet ini milik Abu Louis, pembunuh ganas pada tahun 1938. Konon, Abu menjadi penjahat karena menyukai darah. Semua barangnya ia cat dengan darah orang yang diburunya. Ia meninggal di umur 70 tahun dan dikuburkan di TPU Kencana.
Aku tersentak. Angin bertiup. Samar-samar tercium bau darah.