Sejauh mata memandang masa lalu yang paling mengenang hanya satu nama.. Faiz Attaqi Bertahun-tahun kujalani masa hidupku bersamanya. Semenjak kami berdua lulus SmP hingga sebuah perpisahan oleh waktu dan pekerjaan. Dengannya, tidak pernah kurasakan sesal, apalagi dendam. Dengannya kulalui masa SMA dengan berbagai warna kehidupan. Bukan sekedar saling cinta, tetapi saling hormat dan saling menghargai masing-masing membuat kami berdua semakin dekat.
Dua
minggu kemarin sebuah surat dari sebrang pulau di sana datang untukku. Sebuah
nama pengirim dan alamatnya sudah sangat aku kenal. Surat itu baru kubaca
menjelang tidur saat malam hari. Sebuah surat yang indah, rapi, harum, tegas
dan jelas.
Sebuah
surat yang berisi undangan Ulang Tahun dari seorang kenangan masa lalu. Tercantum jelas sepasang nama
tersebut Faiz
dan Imam. Dua sahabat
yang aku kenal dari masa kecil. Nama dan wajah yang sangat familiar dan sangat
akrab.
Imam mantan kekasihku, sahabat sepanjang masa dari masa kanak-kanak hingga kini. Faiz Attaqi yang sering kupanggil Atta adalah teman masa kecil kami. Sahabat masa balita kami berdua dan meningjak masa SMP kita berpisah jauh tetapi masih berteman.
Imam mantan kekasihku, sahabat sepanjang masa dari masa kanak-kanak hingga kini. Faiz Attaqi yang sering kupanggil Atta adalah teman masa kecil kami. Sahabat masa balita kami berdua dan meningjak masa SMP kita berpisah jauh tetapi masih berteman.
Atta memang aku
kenal dari dulu Bersahabat dengan Imam,
semenjak SD hingga kami jadian. Orang yang pertama kali aku beri tahu saat kami
jadian adalah Imam. Walau
begitu Atta
sama sekali tidak
mencintainya, tetapi dia lebih mencintaiku yang sama-sama teman masa kecilnya.
Dengan datangnya undangan itu sekarang aku tahu isi hati Atta.
Malam
setelah membaca undangan Ulang Tahun tersebut pikiranku terus melayang ke masa lalu. Masa yang
selalu aku ingat dan aku banggakan. Masa kanak-kanak hingga masa kepergianku
merantau ke luar Negeri walau hanya sesaat.
Aku
mengenal Atta
maupun Imam saat kedua orangtua mereka masuk
ke lingkungan tempat tinggalku. Lebih tepatnya mereka pindah rumah di
lingkunganku. Rumah Imam berada di
samping kanan rumahku dan rumah Atta satu
gang dari rumahku. Masa kecilku aku habiskan dengan kedelapan sahabatku.
Termasuk Atta
dan Imam. Saat perpindahan mereka usia
kami masih balita sekitar umur 3-4 tahun.
Masa
kanak-kanak kami di sekolahkan di tempat yang sama. 3 sahabatku duduk di
tingkat lebih atas, aku dan 3 sahabatku berada di tingkat yang sama di bawah
mereka termasuk Atta dan Imam. Sedangkan 2 sahabatku yang lain
berada di bawah kami. Karena berada di sekolah yang sama menjadikan
persahabatan kami semakin dekat.
Persahabatan
itu terus berlangsung walau masa sekolah dasar kami terpisah menjadi 4 sekolah
yang berbeda. Aku, Atta dan Imam menempati sekolah yang
berbeda-beda juga.
Semenjak
SMP persahabatan kami semua mulai renggang. Selain semua berpisah kedalam 6 SMP
yang berbeda Khususnya aku , aku adalah satu-satunya dari mereka yang menjalani study
ke luar negeri , tepatnya di London Northumberland kami juga telah memiliki kesibukan sebagai sebagai remaja sendiri-sendiri.
Selain itu kebanyakan dari kami berdelapan sudah memiliki Sahabat sendiri-sendiri. Aku bersama Sahabatku di london. Atta
dengan Sahabatnya
di SMP 01 dan Imam dengan sahabatnya
yang baru Di SMP09
Sukur
alhamdulillah walau terpisah jauh tetapi nyatanya aku dan Atta disatukan lagi saat berada di
bangku SMA. Aku lebih dahulu Sekolah di SMA tersebut, Setelah
hampir satu tahun tidak bertemu pastilah karakter dari masing-masing berbeda.
Apalagi sejak SMP hubungan di antara kami sagat renggang, hanya saling sapa
tanpa ada cerita ataupun gurau. Hingga dipertemukan lagi di jenjang Sekolah Menengah Keatas.
Pertemuan
pertama setelah hampir setahun tidak bertemu terasa berbeda. Cara bicaranya,
pola kata-katanya, nada dan irama saat berucap dan pandangannya. Sungguh luar
biasa, Atta
kanak-kanak yang dulu kukenal sekarang sudah
menjadi sosok yang sangat Tampan,
sopan, santun dan Berwibawa.
Karena
aku lebih dahulu Bersahabt dengannya di
Sekolah
Dasar di sana sehingga
semua keperluan Atta pada saat awal Sekolah aku yang membantu. Mulai mencari Tempat Nongkrong, menujukkan tempat makan, atau
toko buku yang murah, membantunya saat kegiatan Tugas Sekolah berlangsung hingga akhirnya hampir setiap
malam kami makan bersama. Aku tidak tau dari mana kebiasaan makan malam bersama
itu berlangsung, yang jelas tanpa sadar kegiatan itu menjadi rutinitas
kehidupan kami berdua.
Berbagai
tempat kami nikmati setiap malam, mulai angkringan khas kota Bogor, makan malam yang cukup menguras
kantang atau sekedar jalan-jalan dan nonton di Bogor Treed Mall. Pastinya setiap malam kami tidak luput dari
kegiatan itu, walaupun terkadang tugas menumpuk tapi bersamanya selalu menjadi
pilihan utama.
Beberapa
bulan dia tinggal dan menemanku di lingkungan kehidupan itu membuat kami saling
cocok. Dalam masalah angan-angan, cita-cita maupaun harapan-harapan. Semuanya
memang tidak sama tidak serupa tetapi kami merasa sangat memiliki saat itu.
Hingga di suatu malam tidak sengaja dan tidak pernah kurencanakan kubilang aku
suka dengannya. Mulai malam itu kami resmi jadian.
Berpacaran
dengannya bukan seperti menjalin hubungan asmara yang pernah aku lakukan dengan
mantanku, tetapi lebih seperti persahabatan yang diikat oleh rasa saling suka.
Canda, tawa, bahagia hingga sedih, merana, dan duka kami alami. Saling membantu
dan menolong dalam menyelesaikan pekerjaan selalu kami utamakan. Tidak terasa
semua kejadian itu sudah hampir tiga tahun. Sebulan setelah itu kami mulai
terpisah tempat.
Saat
berpisah sangatlah berat. secara damai bukan karena dendam atau karena sebuah
pertengkaran. Janji kami hanya satu “jika memang kita berjodoh kami akan
menikah, sekiranya tidak kami akan mencari pasangan kami masing-masing”.
Walau
rumah kami berjauhan ibuku dan ibunya Atta
adalah sahabat dekat. Saat kami berpacaran keduanya sama sekali tidak
mengetahuinya. Lebih jelasnya saat itu hubungan kami secara sembunyi-sembunyi
di belakang kedua orangtua kami. Orangtuaku dan orangtua Atta sama-sama tahu kalau anaknya
berpacaran tetapi selama juga itu
mereka tidak mengetahui anaknya berpacaran dengan siapa.
Tiga
jam menjelang prosesi Ulang tahun Imam
dan Atta.
Salam sapa menyambut teman-teman masa kecilku. Walau sudah tidak lengkap lagi tetapi masih tersisa rasa kangen itu. Tidak disangka dan tidak diduga aku dan teman-temanku setelah membantu menyiapkan dekorasi acara itu disuruh ke dalam Gedung perusahaan milik ayahnya Imam. Gedung yang sudah dari dulu kukenal sudut-sudut ruangannya dan sangat familiar. Di dalam rumah itu kami mendapat tugas menemani tamu yang sudah datang dari jauh.
Salam sapa menyambut teman-teman masa kecilku. Walau sudah tidak lengkap lagi tetapi masih tersisa rasa kangen itu. Tidak disangka dan tidak diduga aku dan teman-temanku setelah membantu menyiapkan dekorasi acara itu disuruh ke dalam Gedung perusahaan milik ayahnya Imam. Gedung yang sudah dari dulu kukenal sudut-sudut ruangannya dan sangat familiar. Di dalam rumah itu kami mendapat tugas menemani tamu yang sudah datang dari jauh.
Tiba-Tiba sirine Ambulan menyerinai dengan keras, sebuah handphone
berdering dan Wartono ayahnya Atta mengangkatnya,tersentak ia kaget akan
pembicaraannya dengan seseorang dalam telefon tadi,
“ada apa?” tanyaku dengan penuh Hati-Hati
“Imam, kecelakaan ketika ingin menuju ke tempat ini, dan sekarang ia berada
di rumah Sakit, Mungkin acara Anniversarry ini takkan berlangsung!”
“Tidak!”
Tiba-tiba Atta mendekatiku dan wajah Tampannya mendekati daun telingaku
seraya berkata
“Intan, tak apa lagi pula acara ulang tahun tidak terlalu penting koq, yang
terpenting hanyalah sahabt-sahbatku bisa berkumpul kembali”
Aku
yang Mendengarkan
Ucapan Mutiara Atta
di dalam ahirnya tidak tahan akan suasana menyedihkan tersebut. Sahabat yang paling kusayangi tersebut harus menjalani kisah memilukan ini.
Dalam hati aku menangis.
Entah
berapa lama semejak aku keluar dari Gedung
itu hatiku tidak bisa tenang. Sampai sekarang tidak ada keputusan yang pasti
soal Annyversarry ini. Semua gaduh sendiri-sendiri,
dan aku frustasi dengan keadaan ini. Hati teriris pisau belati, belahan jiwa
tidak seharusnya pergi seperti ini. Ingin sekali ku menempati posisi Imam dan beranniversarry bersama Atta
yang masih aku cintai. Kudengarkan lagu Bondan kita tuk selamanya dengan earphoneku. Berusaha mencari ketenangn dalam
jiwa dan raga. Tetapi tetap saja tidak kutemukan.
Kulihat
tenda di depan sana, tepat di depan Gedung Imam. Bendera Merpati lambang Persahabatan kita terbentuk nan Indah. Melambai-lambai tertiup angin
sepoi. Tidak lupa jalur Orange yang dibentuk dan di tata secara
rapih menambah indahnya dekorasi. Tempat duduk Para Tamu Undangan juga sudah dipasang dengan sempurna. Warna
putih mendominasi tata ruang disana, kain-kain putih bersih sedikit bergerak
mengikuti arus angin yang ada. Sangat indah, sayangnya tidak seindah suasana
yang ada di dalamnya.
Dari
sana kulihat temanku berjalan sedikit berlari ke arahku. Menyongsonku dan
sedikit berteriak-teriak. “Tan!,
Semakin parah sekarang keadannya ada di dalam. Di dalam Ruang Kostum, Zaky tidak mau membalas panggilan dari luar,
sedang pintu dan jendela terkunci dari dalam”, teriaknya.
Dengan panik langsung kutarik temanku itu “Ayo kesana.” ucapku padanya.
Dengan panik langsung kutarik temanku itu “Ayo kesana.” ucapku padanya.
Di
depan pintu Ruang Kostum
semuanya terlihat pucat pasi. Ibu, ayah dan kerabat Zaky terlihat bergantian memanggilnya. Tapi ini Aneh Seorang
Atta yang mengimpi-impikan acara seistimewa seperti ini saja terima dengan
lapang dada lantaran acara itu Hancur, mengapa seorang Zay tak terima akan hal
itu. Fikirku dalam hati dan terbuyar oleh teriakkan-terikkan di sekitar Tidak ada suara di dalam
kamarnya, tangisan pun juga tidak ada. Hanya hening dari dalam kamar.
Zaky memang orang yang agak keras kepala. Jika dia mulai marah dia tidak mau mendengarkan perintah maupun tutur kata orang lain. Apalagi jika itu berhubungan dengan sahabt Terbaiknya. Yang ada di kepalanya hanya bagaimana membanting kemarahnnya tersebut. Dulu aku juga merasakan kesulitan akan keras kepanya yang tidak pernah mau mendengar saranku. Tetapi secara bertahap akhirnya aku bisa mengendalikannya.
Zaky memang orang yang agak keras kepala. Jika dia mulai marah dia tidak mau mendengarkan perintah maupun tutur kata orang lain. Apalagi jika itu berhubungan dengan sahabt Terbaiknya. Yang ada di kepalanya hanya bagaimana membanting kemarahnnya tersebut. Dulu aku juga merasakan kesulitan akan keras kepanya yang tidak pernah mau mendengar saranku. Tetapi secara bertahap akhirnya aku bisa mengendalikannya.
Aku
terus berjalam menerobos keramain tersebut. Kulihat ibu dan kakakku juga berada
di sana. Semua takut jika Zaky
melakukan suatu kecerobohan yang besar sehingga bisa melukai dirinya sendiri.
“Biar saya coba Bu.” ucapku minta izin kepada ibunya Zaky. Kuketuk pelan pintu kamarnya 3 kali “Zaky, Zak, Zaky. Kak, Kak Zaky. Ini Intan Kak. Kak Zaky denger Intan tidak?” ucapku pelan dan pasti. Semenjak kita Bersahabat aku lebih sering memanggilnya Kakak dan dia lebih sering memanggilku Dek.
“Kak, Kak Zaky. Ini beneran Intan kak. Jawab!.” Ulangku karena tidak ada balas darinya sambil terus aku ketuk pintunya. Aku berharap pintu kamar dan pintu hatinya bisa terbuka, minimal tidak terkunci dari dalam.
“Aku malu Tan. Aku malu!!! Aku benar-benar malu!” teriaknya histeris dari dalam. Ahirnya dia mau berbicara, walaupun pintu masih dikunci.
“Malu karena apa? Ini bukan salahmu. Mari kita bicara, curhatkan semua isi hatimu dan akan kudengarkan. Kita pecahkan masalah ini bersama-sama. Jangan menangis di dalam, apa bisa memecahkan masalah ini jika kamunya menangis terus?”
“Malu itu ya malu Tan. Yang bisa memecahkan ini adalah waktu, jika waktu dapat diputar kembali rasa maluku ini tidak akan ada lagi.”
“Waktu kan tidak dapat diputar, tanpa memutar waktu masalah ini pasti dapat di pecahkan. Buka dulu pintunya, baru kita pecahkan. Mumpung Intan masih di sini.”
“Biar saya coba Bu.” ucapku minta izin kepada ibunya Zaky. Kuketuk pelan pintu kamarnya 3 kali “Zaky, Zak, Zaky. Kak, Kak Zaky. Ini Intan Kak. Kak Zaky denger Intan tidak?” ucapku pelan dan pasti. Semenjak kita Bersahabat aku lebih sering memanggilnya Kakak dan dia lebih sering memanggilku Dek.
“Kak, Kak Zaky. Ini beneran Intan kak. Jawab!.” Ulangku karena tidak ada balas darinya sambil terus aku ketuk pintunya. Aku berharap pintu kamar dan pintu hatinya bisa terbuka, minimal tidak terkunci dari dalam.
“Aku malu Tan. Aku malu!!! Aku benar-benar malu!” teriaknya histeris dari dalam. Ahirnya dia mau berbicara, walaupun pintu masih dikunci.
“Malu karena apa? Ini bukan salahmu. Mari kita bicara, curhatkan semua isi hatimu dan akan kudengarkan. Kita pecahkan masalah ini bersama-sama. Jangan menangis di dalam, apa bisa memecahkan masalah ini jika kamunya menangis terus?”
“Malu itu ya malu Tan. Yang bisa memecahkan ini adalah waktu, jika waktu dapat diputar kembali rasa maluku ini tidak akan ada lagi.”
“Waktu kan tidak dapat diputar, tanpa memutar waktu masalah ini pasti dapat di pecahkan. Buka dulu pintunya, baru kita pecahkan. Mumpung Intan masih di sini.”
Cukup
lama sekali Zaky tidak mau menjawab. Hingga suara
anak kunci terdengan dan pintu pun terbuka. Aku yang berada tepat berada di
depan pintu pun langsung di sambar peluk oleh Zaky. Tangisan Zaky pun pecah di pelukkanku. Tidak sempat aku
lihat raut mukanya, tiga tahun sudah aku tidak pernah melihat wajahnya secara
langsung, rindu sekali rasanya.
Lama
sekali dia menagis di dadaku. Belum pernah kami berpelukan selama ini,
bergandengan tangan saja sangat jarang. Rasanya dadaku sudah basah oleh air
matanya. Tidak kami hiraukan sekitar, antara rindu dan kesedihan bepeluk
menjadi satu saat itu.
“intan, Besok kakak akan pergi ke Australia, jika ini menjadi kenangan
terburuk bagi persahabatan kita , kesedihan itu pasti menyelimuti kehidupan
kakak selama di sana?”
Aku menatap mata Zaky sangat dalam hingga tatapan itu merasuk kedalam hati
kecilnya dan mengerti akan persoalan ini.
“kak, memang seperti inilah cobaan tuhan terhadap persahabatan kita,
Tinggal kitanya saja yang menyikapi akan cobaan tersebut!”
“iya, mending sekarang kita ke Rumah Sakit menjenguk Imam?” seru Atta
memcahkan suasana haru.
Sentak Kami bertiga berpelukkan amat erat hingga beberapa menit, dan lekas
pergi untuk menjenguk Imam, sesampainya kami di sana Dokter bilang keadaan Imam
tak terlalu parah dan ia telah siuman, dengan dua Kue sederhana kami merayakan
Anniversarry Imam dan Atta di hospital walau sangat sederhana tapi itu begitu
istimewa bagi kami berempat karna mungkin ini adalah pertemuan terakhir Aku
dengan Zaky, terlihat Raut wajah bahagia di depan matakku membuat Air mata Haru
tak bisa terbendung lagi , Kami Berempat berjanji takkan melupakkan kenangan
indah yang telah kami lewati.
***
Setelah Kejadian Itu kami benar-benar terpisah lagi Zaky telah berangkat
kemarin Ke Australi, Imam sibuk dengan Proyek Novelnya dan tinggal Atta yang
tersisa.
Semalam
sudah aku menantikan kehadiran sesosok pangeran yang aku dambakan di malam
spesialku ini, aku berharap dia hadir dalam acara sweet seventeenku, Sebenarnya Aku sudah
mengundang Imam tapi sepertinya Nihil jika ia datang dalam Acaraku ini.
Atta itu nama
yang tak pernah asing di sekolah ini, siapa sih yang nggak suka dengan dia?
Tegas, bijaksana, smart, dengan menguasai english yang cukup mendukung, dia tak
pernah bermain dengan hal yang cukup ilfeel di mata wanita, selalu tetap teguh
pendirian, I mean konsisten guys he! Itulah yang membuat dia menarik perhatin
banyak wanita di sekolahku ini.
Aku
berjalan menusurui koridor sekolah dengan bola mata yang berputar sibuk mencari
sosok lelaki tampan yang ingin aku temukan, tapi itu semua nihil, “kemana kak Atta, apa dia nggak masuk hari ini?
Tumben banget orang serajin dia tak masuk sekolah di hari biasa ini? Apa dia
sakit? Lalu kemana dia? Apa yang sudah terjadi dengannya?” gumamku dalam hati
yang mengkhawaatirkannya. Tapi sepertinya itu kak Beni, aku melihatnya dari
jarak kejauhan, Aby, dia adalah
sahabat kak Atta yang gokil
dan nggak jelas abis, tapi dia jago Dance
lho, nggak rugi juga kalau ngegebet dia hehehe,
“Kak!!!”
teriakku memanggilnya,
“iya Tan?
Kebetulan nih!” jawabnya menyapaku dengan raut wajah yang begitu tegas dan
menyambutku dengan senyuman yang cukup membuat para cewek di sekolah jadi
klepek klepek
“Lho kok kebetulan sih kak?” tanyaku dengan
nada yang sedikit penasaran dengan jawaban kak Aby tadi
“tenang Tan,
aku tahu kamu mau tanya Atta
khan? udah tenang aja dia nggak apa-apa kok, maafin dia yah semalam dia nggak
bisa datang di acaranya kamu, dia harus keluar kota dadakan Tan, dan dia hanya nitipin ini buat
kamu, maafin dia yah!” jelasnya menenangkanku, seolah dia tahu apa yang ingin
aku tanyakan padanya “lalu, kak Atta tak berpesan apa-apa sama kakak?”
“hem, Enggak Tan soalnya dia tadi malem udah keburu banget,
waktunya mepet katanya” “owh! Ya udah kak makasih banyak yah udah buat Intan tenang” “wahhh! Sayang banget nih yah sama Atta?” celetuknya mengejekku, aku
hanya bisa tersenyum dan tersipu malu.
Hari-hari
yang telah aku jalani dalam minggu ini dan kemarin begitu aneh, aku sendiri
entah tak mengerti apa maksud dari semua ini, setiap pagi mama selalu menemukan
surat kaleng yang tak pernah tertera nama dan alamat di amplop itu, kertas
putih itu pun tak pernah penuh dengan tulisan, entah siapa pengirimnya aku juga
bingung dengan itu, sudah satu minggu terakhir ini mama menemukan itu.
For:
Intan kecilku
Ceria mu tak pernah hilang dari pandangan mataku, senyummu menyejukan hatiku seperti embun pagi yang tersebar di bumi ini, dingin, sejuk dan indah, kabut putihmu yang selalu menenangkan hati kusamku
By: harapan senyum mu
Ceria mu tak pernah hilang dari pandangan mataku, senyummu menyejukan hatiku seperti embun pagi yang tersebar di bumi ini, dingin, sejuk dan indah, kabut putihmu yang selalu menenangkan hati kusamku
By: harapan senyum mu
Puitis
sih, tapi kalau lama kelamaan seperti ini, buat aku jadi jengkel aja ni orang
nggak ada kerjaan banget sih gangguin aku mulu, dari tulisannya sih aku nggak
pernah kenal, bahkan nggak pernah lihat. Siapa sih orang ini? Hatiku gelisah
penasaran dengan pengirim kertas putih yang tak penuh itu. Ih mikirin dia
keburu gila sendiri aku, biarlah nanti juga capek sendiri tuh orang!
Kriiinnnggg…
waktu menunjukkan jam 03:00 WIB,
“tumben
Tan bangun pagi-pagi bener, lha wong
biasanya kayak bagong tidur nggak bangun-bangun” cletuk mama padaku
“hehehe emang sengaja ma Intan bangun pagi, penasaran sama orang yang sering ngasih Intan surat kaleng itu, kira-kira
orangnya ganteng nggak yah ma?”
“kamu
itu Tan yang dipikirin cowok melulu,
sekolah masih nggak bener gitu” “hehehe biasa ma kan udah remaja masak mau
datar-datar aja, nggak asyik donk!” Aku lari meninggalkan mama untuk menuju
pintu rumah bagian depan Krrreeekkk… pintu ku buka dengan perlahan-lahan
“ya ampun” kejutku melihat itu “sepagi ini udah ada lagi, siapa sih orang itu? Jadi tambah curiga deh!” ku ambil amplop itu dan ku buka dengan rasa penasaran yang tinggi, seolah seseorang yang mengharapkanku tau ketika aku akan melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengannya, apakah ada orang rumah yang tau tetang ini? Aku juga cukup bingung dengan semua ini, aku sering bertanya pada mama, apakah beliau tahu tentang semua ini? Tapi mama hanya menjawab tidak tahu dan tidaak mengerti, apa yang ia inginkan dariku? Hemh!
“ya ampun” kejutku melihat itu “sepagi ini udah ada lagi, siapa sih orang itu? Jadi tambah curiga deh!” ku ambil amplop itu dan ku buka dengan rasa penasaran yang tinggi, seolah seseorang yang mengharapkanku tau ketika aku akan melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengannya, apakah ada orang rumah yang tau tetang ini? Aku juga cukup bingung dengan semua ini, aku sering bertanya pada mama, apakah beliau tahu tentang semua ini? Tapi mama hanya menjawab tidak tahu dan tidaak mengerti, apa yang ia inginkan dariku? Hemh!
For:Intan kecilku
Bulat matamu mengingatkanku pada peri kecil yang ku temui di dalam mimpiku, kamu yang selalu ku buat resah dengan kehadiranku, maafkan aku peri kecil, jika aku selalu membuatmu gelisah, karena aku sangat menyayangimu
Peri kecilku yang selalu hadir dalam mimpiku
By: harapan senyumu
Bulat matamu mengingatkanku pada peri kecil yang ku temui di dalam mimpiku, kamu yang selalu ku buat resah dengan kehadiranku, maafkan aku peri kecil, jika aku selalu membuatmu gelisah, karena aku sangat menyayangimu
Peri kecilku yang selalu hadir dalam mimpiku
By: harapan senyumu
Ya
tuhan, siapa seseorang ini?
“mama,”
teriakku memanggil mama
“apa sih Tan pagi-pagi
udah teriak-teriak”
“ma,
ini siapa sih ma sepagi ini kok udah ada orang yang nggak jelas kayak gini?”
“fanstermu mungking Tan, udah lah
nggak usah di fikiran nanti juga bakalan ketemu sama orangnya kok” jawab mama
padaku
“lho
emangnya mama tau orangnya?”
“ya
enggak sih, tapi mungkin aja nanti dia bakalan ngaku sendiri”
“ hem ya juga
sih, mama bener juga ngapain aku susah-susah mikirin orang yang nggak jelas
kayak gini, tapi, tunggu dulu tadi mama bilang
“udah
lah nggak usah di fikirin nanti juga bakalan ketemu sama orangnya kok” kok mama
bilang kayak gitu yah? Masa sih mama nggak tau orang itu? Toh mama setiap hari
ada di rumah nggak kemana-mana, kalau mama bener-bener nggak tau orang itu
ngapain mama bilang seperti itu? Aaarrrkkkggg udahlah kok jadi su’udzon sama
mama sih. Terangku menyadarkan lamunan itu
“woy!
Kok nglamun terus sih Tan? memang apa
sih yang di lamunin?” sapa poppy mengagetkan ku
“hem
aku bingung nih pop”
“emangnya
bingung kenapa sih Tan?”
“surat kaleng itu masih ada sampai sekarang
pop”
“HAH!
Yang bener kamu Tan, gila banget
tuh orang sama kamu!”
poppy kaget mendengarnya, siapa yang nggak
kaget sih udah dua minggu ini di timbun terus sama surat kaleng yang nggak
jelas banget, sebel juga kan?
“kenapa
sih pop tuh orang nggak langsung bilang aja sama aku gitu?” tanyaku pada poppy
“hem
mungkin dia nervous Tan, kamu kan
orangnya cuek banget”
hem
bener juga yah kata poppy, emang ada yang menakutkan pada diriku? Ah biarlah
aku harus tetap bersama kak Atta,
by the way sekarang kak Atta kok
nggak pernah nongol yah? Apa dia masih belum pulang dari luar kota? Kok lama
banget sih, emang ngapain ajja disana? Jangan jangan? ih nggak boleh mikir yang
macem-macem Intan, kamu harus
semangat mendapatkannya OK! Spirit Intan!!!
Kriiiggg!!!
Bel berdering kencang, waktunya pulang sekolah!
Hem! Kira-kira mama masak apa hari ini yah? Jadi nggak sabar nih, laper banget udah nggak ketulungan, hehehe
Menempuh perjalan selama 15 menit itu cukup menguras tenaga juga yah, hem tapi nggak apalah yang penting aku sudah sampai di rumah sekarang, KRIIIEEEKKK, ku buka pintu rumahku, lho kok ada surat kaleng ini lagi?
Hem! Kira-kira mama masak apa hari ini yah? Jadi nggak sabar nih, laper banget udah nggak ketulungan, hehehe
Menempuh perjalan selama 15 menit itu cukup menguras tenaga juga yah, hem tapi nggak apalah yang penting aku sudah sampai di rumah sekarang, KRIIIEEEKKK, ku buka pintu rumahku, lho kok ada surat kaleng ini lagi?
For:
Intan kecilku
Duduk
Termenung manis menunggu seorang peri kecil yang hadir dalam hidupku, untuk mencurahkan rasa rinduku pada seorang peri kecil yang lugu.
Duduk
Termenung manis menunggu seorang peri kecil yang hadir dalam hidupku, untuk mencurahkan rasa rinduku pada seorang peri kecil yang lugu.
Lagi-lagi
Intan kecilku, peri kecilku? Siapa sih
ini? aku tak pernah mempunyai inisiatif untuk membalas surat-surat itu semua,
tapi kenapa saat ini aku berkeinginan untuk membalas meskipun itu hanya sekali?
Tak apalah, mungkin dengan aku membalas itu semua aku bisa tau siapa orang itu,
Ok aku akan mencoba!
For:
someone who i don’t know
Berjalan & Berlari
Langkah demi langkah kau berjalan, lebih cepat kau mengejar, begitu dengan perasaan, tak pernah bisa terlihat dengan mata dan rabaan tangan yang memegang, begitu juga dengan mu yang tak pernah kulihat dan tak pernah hadir di dalam hidupku, jika kau ijinkan aku bertanya Siapakah dirimu? Apakah kau bisa hadir untuk menemuiku? Dan apa maksudmu dengan permainan mu ini?
Berjalan & Berlari
Langkah demi langkah kau berjalan, lebih cepat kau mengejar, begitu dengan perasaan, tak pernah bisa terlihat dengan mata dan rabaan tangan yang memegang, begitu juga dengan mu yang tak pernah kulihat dan tak pernah hadir di dalam hidupku, jika kau ijinkan aku bertanya Siapakah dirimu? Apakah kau bisa hadir untuk menemuiku? Dan apa maksudmu dengan permainan mu ini?
Itu
yang aku ingin katakan kepadanya, apakah dia bisa membaca itu? Hem! Terus aku
kasihkan pada siapa? Oh aku tahu, mungkin nanti malam aku taruh ini di tempat
biasanya dia meletaktan surat-surat itu. Sip! ternyata aku pintar juga ya?
Hahahaha GR sedikit nggak apa-apa khan?
“mau
kemana Tan?” teriak mama bertanya
“mau
ke halaman depan ma” sahutku keras
“emangnya
ngapain malam-malam gini kamu ke halaman? Mau bersih-bersih? Tumben Tan bersih-bersih?”
“yeee
mama, masa malem-malem begini Intan mau bersih-bersih ya nggak mungkin banget lah
ma” bela Intan
“terus
kamu mau ngapain jongkok disana?”
tanya mama sewot pada ku
“lagi
nyari surat kaleng ma”
“hem! Ternyata kamu kangen juga ya Tan kalau nggak ada surat sehari?”
“yeee
mama ya nggak lah ngapain Intan
kangen sama orang yang nggak jelas kayak gituan?” difikir-fikir iya juga yah
ngapain aku masih nyari surat yang nggak penting kayak gitu, hem tapi aku
penasaran dengan pengirim yang nggak pernah jelas dan nggak pernah nunjukin
wajahnya di depanku, mungkin aja aku bisa tertarik dengan orang itu, bukan
berarti aku suka dengan kak Atta terus
aku nggak bakalan ada rasa dengan cowok lainnya gitu? Hem mungkin aja suatu
hari aku sudah nggak ada rasa lagi, ya kan? betul nggak? Sepertinya untuk malam
ini nggak ada coretan lagi deh? “Udah lah lagian ngapain sih Tan kamu masih nyari-nyari hal yang
nggak penting itu” gumamku dalam hati.
KRIIINNNGGG…
suara bekerku berdering keras pagi ini, mataku mulai terbuka secara perlahan
untuk menyambut awal hari minggu ini,
“Good
morning weekend” senyuman keceriaan selamat pagi dunia, hemh!!! Melihat embun
dan kabut pekat rasanya kaki ingin berjalan menelusuri rumput yang basah.
Menghirup udara segar lembab dingin dan basah.
Aku bersiap untuk pagi yang cukup cerah ini tak akan kusia-siakan waktu
terindah ini dengan Berjigging di sekitar komplek, beberapa puteran telah ku
lewati, tiba-tiba saja ada yang membekapku dari belakang seorang pria yang
tidak ku kenal ku di seretnya menuju suatu tempat, tubuhku berontak akan
bekapan pria tersebut,
Telah sampailah aku di suatu tempat yang sudah tidak asing lagi bagiku
Bukit dromhy ini aneh, ku kira aku ingin di culik, tiba-tiba Pria itu
membisikku penuh dengan kelembuttan,
“Intan ini kakak, ?”
Keadaan mengehening aku melihat sipa pria di balik topeng itu Kak Atta,
“ka,,ka,k atta?”
“iya maafin kaka, ya intan, kakak nggak bisa dateng keacara kamu mungkin
hadiah inilah yang kakak berikkan untuk kamu sebuah surat Kaleng,.”
Aku memeluk Kak Atta dan menumpahkan Air mataku yang tidak terbendung lagi
bajunya mungkin sudah basah lantaran Air
mataku,
Bagiku itu adalah pengalaman terindahku bersama Kak Atta,
Kak Atta terima kasih.
***
Cerita ini kupetik dari Liburan semester kemarin aku sangan terinspirasi
lantaran Pagi Itu cerah, udara yang sejuk di daerah
sekitar danau toba. Saat itu ku langkahkan kaki ku setapak demi setapak menuju
ke balkon vila yang ku tempati untuk beberapa hari ini. Ku pandangi alam yang
indah ini. Tak puas melihat dari atas balkon aku pun bergegas turun dan
berkeliling di sekitar daerah danau toba. Aku sangat menikmati pemandangannya
sampai-sampai aku tak melihat sosok pria yang jalan di depanku, dia membawa kamera
digital. Karena menyenggol bahu ku, kamera ia pun terjatuh dan akhirnya
bagian-bagiannya sudah berserak di tanah.
“hey
kau! Kenapa jalan gak lihat-lihat? Kau lihat itu apa yang telah kau buat! Kalau
punya mata dipake! Jangan dipajang aja di muka kau itu!” cerocos pria tersebut
dengan muka marah.
Dengan muka yang terkesan malu, aku pun hanya bisa berkata “maaf aku gak sengaja menyenggolmu”
“gak sengaja? Dasar ceroboh! Ta..p..i tung..gu, sepertinya aku kenal dengan kau! Apa mungkin kauuu Intan Fitriani? Sahabatku sewaktu SMP?” tanya pria tersebut dengan muka penasaran.
“ha? Gimana bisa kau tau namaku? Apa mungkin ka…Fa Fa..iz Atta..qi?” tanyak balik lia ke pria yang bernama Atta itu.
“tunggu! Sepertinya kita perlu banyak cerita, apa kau mau sarapan pagi dengan ku?” ajak Atta
“Maaf aku gak bisa, aku harus pergi” jawab ku dengan terbata-bata dan bergegas pergi meninggalkan Atta.
Dengan muka yang terkesan malu, aku pun hanya bisa berkata “maaf aku gak sengaja menyenggolmu”
“gak sengaja? Dasar ceroboh! Ta..p..i tung..gu, sepertinya aku kenal dengan kau! Apa mungkin kauuu Intan Fitriani? Sahabatku sewaktu SMP?” tanya pria tersebut dengan muka penasaran.
“ha? Gimana bisa kau tau namaku? Apa mungkin ka…Fa Fa..iz Atta..qi?” tanyak balik lia ke pria yang bernama Atta itu.
“tunggu! Sepertinya kita perlu banyak cerita, apa kau mau sarapan pagi dengan ku?” ajak Atta
“Maaf aku gak bisa, aku harus pergi” jawab ku dengan terbata-bata dan bergegas pergi meninggalkan Atta.
Ditemani
dengan cuaca yang sejuk di sini, aku pun berjalan menuju balik ke villa dan
mulai merasa kepikiran dengan orang yang ku tabrak tadi. “gimana bisa aku jumpa
dengan dia lagi? Ada rasa Rindu yang mendalam tapi aku tak mau air mataku menetes lagi akan
kenangan kita bersama, dan niatku berlibur hanya untuk merefres setelah 1 bulan
ujian.
Setelah
berjalan beberapa menit aku akhirnya tiba di vila dan bergegas masuk ke kamar,
di kamar aku terpikir dia lagi, iya dia si Atta itu! Tapi kalau ku ingat kembali itu
tabrakan yang terindah setelah bertahun-tahun aku tak jumpa denganya lagi.
Tiba-tiba
saja aku merasa kecipratan air, ternyata itu adalah temanku yang menyiram air
ke muka ku agar aku bangun :D ternyata tabrakan terindah itu tidak ada dan
hanya sebuah mimpi. Tapi aku berharap agar bisa jumpa dengan Atta ataupun sekedar mengetahui kabarnya saja.
Tetapi hanya sebagai Sahabat. Sahabat sejati yang menghiasi hatiku ini
***
Hari itu aku sangan malas setelah mimpiku tadi pagi aku
hanya mengahbiskan waktu di kamar hingga bayangan tepat dibawah kaki
tersentakka akupun terridur lantaran hawa yang cukup panas diluar
Poooss…!
Teriakan tukang pos membangunkanku dari tidur siangku, aku yakin sekali surat kali ini untukku.
Ini pasti dari sahabatku, Atta. Aku dengan Atta sudah hampir setahun saling bertukar surat , pada awalnya aku mendapat surat tidak dikenal, saat aku cek ke kantor pos, ternyata surat itu memang nyasar.
Surat itu dari Atta yang bermaksud mengirimnya kerumah neneknya, kebetulan alamatnya hampir sama dengan alamat rumahku.
Semenjak saat itu kami menjadi teman pena, Atta dan aku mempunyai hobi yang sama yaitu menulis. Bedanya aku menulis tulisan satra dan Atta cendrung membuat tulisan Bergambar.
Teriakan tukang pos membangunkanku dari tidur siangku, aku yakin sekali surat kali ini untukku.
Ini pasti dari sahabatku, Atta. Aku dengan Atta sudah hampir setahun saling bertukar surat , pada awalnya aku mendapat surat tidak dikenal, saat aku cek ke kantor pos, ternyata surat itu memang nyasar.
Surat itu dari Atta yang bermaksud mengirimnya kerumah neneknya, kebetulan alamatnya hampir sama dengan alamat rumahku.
Semenjak saat itu kami menjadi teman pena, Atta dan aku mempunyai hobi yang sama yaitu menulis. Bedanya aku menulis tulisan satra dan Atta cendrung membuat tulisan Bergambar.
Yup, ternyata benar surat itu dari Atta, segera saja aku membuka amplop yang
berwarna biru. Aku dan Atta sepakat jika memakai amlop yang berwarna biru jika saling
berkirim surat.
23 November 2009
Intan, tak terasa hampir setahun kita saling berkirim surat. Aku sangat senang sekali kejadian yang kebetulan setahun yang lalu, menjadi kebetulan yang sangat indah bagiku
Intan, tak terasa hampir setahun kita saling berkirim surat. Aku sangat senang sekali kejadian yang kebetulan setahun yang lalu, menjadi kebetulan yang sangat indah bagiku
Oh ya, bulan depan aku berencana mengunjungi kotamu,aku ingin
menghabiskan liburan di rumah neneku, dan aku juga berencana mengunjungimu, aku
sangat ingin beremu kamu secara langsung
Sekian dulu yaa, aku menunggu balasanmu
Salam hangat,
Faiz Attaqi..
Waaah, aku senang sekali membacanya, ternyata Atta akan mengunjungi bulan depan.
Segera saja aku bilang kepada Mama tentang rencana Atta yang akan berkunjung kesini, setelah itu aku langsung menulis surat balasan kepada Atta
Sekian dulu yaa, aku menunggu balasanmu
Salam hangat,
Faiz Attaqi..
Waaah, aku senang sekali membacanya, ternyata Atta akan mengunjungi bulan depan.
Segera saja aku bilang kepada Mama tentang rencana Atta yang akan berkunjung kesini, setelah itu aku langsung menulis surat balasan kepada Atta
27 November 2009
Kak Faiz Attaqi, wah aku senang sekali
kamu mau mengunjungiku, tentu aku bersedia, aku juga telah bilang kepada Mama, Mama juga senang, aku harap nanti kamu akan menginap dirumahku
selama beberapa hari, aku mempunya segudang rencana menarik untuk kita lakukan
bersama.
Kamu akan kesini bulan depan kan? Itu berarti beberapa hari
lagi.
Hati hati di jalan ya Dini. Salam hangat
Intan Fitriani.
Tidak terasa hari ini hari terakhir sekolah sebelum liburan, berarti Atta akan kerumahku beberapa hari lagi, aku segera mandi dan berpakaian untuk pergi ke sekolah, sebelum itu aku sarapan sebentar lalu berpamitan ke orangtuaku untuk pergi kesekolah.
Kebetulan jemputanku juga sudah datang.
Hati hati di jalan ya Dini. Salam hangat
Intan Fitriani.
Tidak terasa hari ini hari terakhir sekolah sebelum liburan, berarti Atta akan kerumahku beberapa hari lagi, aku segera mandi dan berpakaian untuk pergi ke sekolah, sebelum itu aku sarapan sebentar lalu berpamitan ke orangtuaku untuk pergi kesekolah.
Kebetulan jemputanku juga sudah datang.
Akhirnya pengumuman dari sekolah yang aku tunggu tunggu datang
juga, sekolah akan libur akhir tahun, teman-teman disekolahku sangat ramai,
tidak salah lagi, mereka bercerita rencana mereka saat liburan nanti.
Tak terasa bel tanda akhir sekolah sudah dibunyikan, keadaan
kelas makin ramai saja. Setelah mengucapkan selamat liburan, kamipun naik mobil
jemputan masing masing.
Di tengah perjalanan aku teringat mimpiku tadi malam, di mimpiku aku melihat Atta memakai Jas putih yang indah dan tersenyum padaku, tapi makin lama sosok Atta makin jauh, aku mencoba mengejarnya tetapi tidak bisa .
Di tengah perjalanan aku teringat mimpiku tadi malam, di mimpiku aku melihat Atta memakai Jas putih yang indah dan tersenyum padaku, tapi makin lama sosok Atta makin jauh, aku mencoba mengejarnya tetapi tidak bisa .
Mengapa ya, aku bermimpi seperti itu tadi malam.
“ah, mungkin aku terlalu senang Atta akan mengunjungiku” pikirku.
“ah, mungkin aku terlalu senang Atta akan mengunjungiku” pikirku.
“aku pulaaang…” teriaku.
terlihat Atta sedang duduk di sofa rumahku kami berpelukkan melepas rindu yang ada, tanpa basa-basi aku dan Atta menghabiskan liburan kami di kebun teh dekat rumah, semua terasa indah persahabatan kami semakin erat masalahku selama satu semester ini lenyap sudah akan ke hadiran Kak Faiz attaqi,
terlihat Atta sedang duduk di sofa rumahku kami berpelukkan melepas rindu yang ada, tanpa basa-basi aku dan Atta menghabiskan liburan kami di kebun teh dekat rumah, semua terasa indah persahabatan kami semakin erat masalahku selama satu semester ini lenyap sudah akan ke hadiran Kak Faiz attaqi,
Kak maksih
****
Malam itu cukup Sunyi Imam Spupuku datang kerumahku dan berniat mengisi
masa liburannya , tak lupa ia pasti menginap jika Imam menginap di rumahku
kesunyian yang melanda Rumahku menjadi terpecahkan lantaran ritual kita semalam
suntuk, diantaranya, perang bantal Nonton fillm Hollywood dan bermain game,
ketika ritual itu telah usai aku lekas tidur baru saja aku mengejamkan mataku
imam memanggilku,
“intan?”
“iya Ada Apa Mam?”
“mau denger Cerita nggak?”
“boleh”
“jadi gini waktu
masih SD, gue paling takut sama yang namanya hantu. Di fikiran gue hantu itu
suka ngejutin alias surprise. wah berarti hantu romantis dong, bukan bukan!
Hantu bukan ngasi surprise terus bawa mobil-mobilan, terus ngasiin dengan muka
lugu. bukan bukan! Tapi yang ada, hantu ngejutin dengan cara memandang lo. lo
bayangin aja beragam-ragam wajah hantu yang super duper unik dan menyeramkan.
Ada yang mukanya gepeng kelindes truk, ada yang bawa gayung. Berarti
kemungkinan kematiannya ada dua, di kamar mandi pas lagi mandi, atau di
perempatan jalan sewaktu lagi ngemis malah dilindes odong-odong hiii tragis
sereemmm. Ada yang perut belakangnya bolong. kalau ini kematiannya mungkin
korban malpraktek, soalnya habis ngelahirin. Dokternya kena serangan jantung
terus mati, jadi tidak sempat dijahit. Tapi kenapa dia enggak ke tukang jahit
aja ya? hmmm 0_0”.
Dari
segitu banyaknya hantu, ada hantu yang paling membuat gue penasaran yaitu
pocong!!, Menurut gue pocong itu yang paling unyu, pakaiannya itu seperti
guling di kasur, bawaanyaa pengen meluk aja 0_0, dan pakaiannya juga seperti
lontong bawaannya pengen nyiram dia dengan kuah sayur gori, campur udang
sambel, telur dan itu pastinya lezattt sekali #ngilerrrr
Tapi ini pocong broo bukan makanan!!!
Oh iya iya lupa
Apalagi nih ya jalannya, menurut gue pocong ini dulu cita-citanya adalah atlet engklek tapi enggak kesampaian dan keburu mati. Lo lihat aja jalannya gimana.
Bawaannya gue pengen bilang, cong!! Ada nyali lo buat main engklek sama gue. #alis naik
Tapi ini pocong broo bukan makanan!!!
Oh iya iya lupa
Apalagi nih ya jalannya, menurut gue pocong ini dulu cita-citanya adalah atlet engklek tapi enggak kesampaian dan keburu mati. Lo lihat aja jalannya gimana.
Bawaannya gue pengen bilang, cong!! Ada nyali lo buat main engklek sama gue. #alis naik
Aktifitas
gue sewaktu SD selain belajar di SD negeri 010086 Kisaran, gue juga belajar
ngaji. Jauh banget tempat ngaji gue, seperti lo melakukan perjalanan melewati
dua benua, 200 pulau, 180 gunung, dan berjuta juta kebohongan padahal kepeleset
taik lincong juga nyampek ‘alias tetangga.
Habis sholat magrib, dengan ganteng pakai lobe, baju koko sambil nenteng iqro.
Nunggu temen–temen di depan rumah biar bareng-bareng ke tempat guru ngaji, padahal gue penakut walapun ngajinya di tempat tetangga.
Sewaktu gue nunggu temen-temen, tetangga gue yang letak rumahnya di samping rumah gue dan di samping rumah guru ngaji gue. Dia bernama Tika! Dia hampirin gue, seperti biasa dia orang yang selalu nakut-nakutin. Bertemu dengan dia itu “Azab” lah buat gue seperti itu gambarannya.
Begitu krusialnya peran dia di hidup gue, bayangin aja.
Ggik!
Pasti lo nungguin temen ya buat sama-sama pergi ngaji. Karena lo takut pergi sendirikn?
Iya, tapi gue enggak takut tuh. Gue Cuma suka perginya rame-rame #sok cool (padahal alesan karena gue penakut).
Berapa detik kemudian temen gue sudah pada datang, leganya terhindar dari “Azab” ngelus dada.
Jalan riang bareng temen-temen ke tempat guru ngaji.
Habis sholat magrib, dengan ganteng pakai lobe, baju koko sambil nenteng iqro.
Nunggu temen–temen di depan rumah biar bareng-bareng ke tempat guru ngaji, padahal gue penakut walapun ngajinya di tempat tetangga.
Sewaktu gue nunggu temen-temen, tetangga gue yang letak rumahnya di samping rumah gue dan di samping rumah guru ngaji gue. Dia bernama Tika! Dia hampirin gue, seperti biasa dia orang yang selalu nakut-nakutin. Bertemu dengan dia itu “Azab” lah buat gue seperti itu gambarannya.
Begitu krusialnya peran dia di hidup gue, bayangin aja.
Ggik!
Pasti lo nungguin temen ya buat sama-sama pergi ngaji. Karena lo takut pergi sendirikn?
Iya, tapi gue enggak takut tuh. Gue Cuma suka perginya rame-rame #sok cool (padahal alesan karena gue penakut).
Berapa detik kemudian temen gue sudah pada datang, leganya terhindar dari “Azab” ngelus dada.
Jalan riang bareng temen-temen ke tempat guru ngaji.
Karena
masih kecil. Sambil nunggu giliran ngaji main smackdown dulu sama temen gue si
epri, main suit suitan tapi enggak main cewek karena pada saat itu gue belum
jadi playboy. Belum di lantik karena belum cukup umur alias masih bocah.
Aneka
ragam peralatan ngaji yang di bawa temen-temen gue. Diantaranya telunjuk iqro
dan qur’an. Ada yang manual alias pakai tangan, ada yang seperti tusuk gigi.
Mungkin punya bapaknya kaliya habis makan terus dipungut #kreatif. ada antena
mobil control #ingat awas salah cakap apalagi yang rawan ngucap rrrr jadi
*sensorrr. Ada yang pakai lidi, dan untung saja tidak ada yang nelunjuk pakai
sapu. Lo bayangin aja kalau ngaji nelunjuk pakai batang sapu, kirai OB mau
bersih-bersih, SARAPPP! Tapi untung saja tidak ada, memang si untung lagi libur
ngaji, karena gosipnya dia sakit karena keselek durian hmmmm #ngaco
Gue
sih telunjuknya manual, dengan tangan gue. Menurut gue lebih safety dan akurat.
Tapi tangan kanan, dan bukan tangan kiri. Karena tangan kiri gue tugasnya banyak, selain untuk ngupil juga sambilan garuk pantat #keceplosan 0_0
Tapi tangan kanan, dan bukan tangan kiri. Karena tangan kiri gue tugasnya banyak, selain untuk ngupil juga sambilan garuk pantat #keceplosan 0_0
Setelah
temen satu persatu siap ngaji, mereka langsung pulang.
Satu.. satu.. satu.. satu eh lama-lama tinggal berdua sama si Epri, hancurrr Karena si epri juga penakut.
Beberapa menit kemudian siaplah kami mengaji, disinilah petualangan baru dimulai. Bak seperti batman dan superman yang sedang mengemban tugas menolong orang dengan secepat kilat, kami berpandangan dengan muka yang berkaca-kaca terus berpelukan. Bukan bukan!! Gue bukan HOM*
Mengingat berjuta-juta hantu bersiap mengepung kami.
1…
2…
3… cusss
Secepat kilat, kami mencar epri belok kiri, gue belok kanan tanpa memandang pohon-pohon besar yang terlewati. Karena pohon-pohon menurut gue waktu kecil adalah rumahnya hantu.
Satu.. satu.. satu.. satu eh lama-lama tinggal berdua sama si Epri, hancurrr Karena si epri juga penakut.
Beberapa menit kemudian siaplah kami mengaji, disinilah petualangan baru dimulai. Bak seperti batman dan superman yang sedang mengemban tugas menolong orang dengan secepat kilat, kami berpandangan dengan muka yang berkaca-kaca terus berpelukan. Bukan bukan!! Gue bukan HOM*
Mengingat berjuta-juta hantu bersiap mengepung kami.
1…
2…
3… cusss
Secepat kilat, kami mencar epri belok kiri, gue belok kanan tanpa memandang pohon-pohon besar yang terlewati. Karena pohon-pohon menurut gue waktu kecil adalah rumahnya hantu.
Rintangan
pertama telah terlewati, sampailah gue di depan pintu gerbang rumah gue.
Haaa huuu haaa desah nafas gue. Sebelum membuka pagar,
Lagi-lagi “AZAB” menghampiri kali ini berkolaborasi dengan abangnya. Tika dan faisal,
Matilah gue #mirisss
Ggik!
Pasti lo lari-lari ya karena ketakutan? Hahahaha
Iya, tapi gue bukan karena takut. Gue hanya latihan lari, karena di sekolah gue ada lomba lari besok #ngeles (padahal penakut).
Tapi karena tika dan abangnya sudah tau kalau gue penakut, mereka mulai melancarkan usahanya untuk menakut-nakutin gue.
Ggik. Itu di rumah lo, di pohon itu #sambil nunjuk, ‘itu ada kuntilanak kikikikikik seperti itu tertawanya’.
Ucap tika.
Dan itu ggik! ‘Di gerasi rumah lo, ada gundoruwo’ sambut abangnya.
Badannya tinggi, besar, rambutnya gondrong, betanduk dan bergigi merah.
Terlintas di benak gue betapa menyeramkan mereka, ketakutan gue mulai medak-ledak. Gue bayangin seandainya gue berjalan pulang ke rumah, terus di kejutin sama gundoruwo berbadan besar, berambut gondrong, bertanduk dan begigi merah.
Apa reaksi gue?
Mungkin gue uda keciprit-ciprit sampai terkencing di celana, berlari-lari seperti kucing yang sedang kesurupan. Matilah gue. Ngerang-ngerang sambil gigitin besi pagar rumah #miriss
Terbayang-bayang, terngiang-ngiang apa yang diucapkan oleh tika dan abangnya,
Sangkingkan gue takutnya, satu-satunya suara yang gue dengar dengan jelas adalah perkataan mereka tadi, hantu. hantu. hantu
Terbawa dengan suasana, sambil menutup kuping. Berteriak “MAMAAAAK… MAAAK MAAAKKK”
Seolah berhasil menakut-nakutin gue, tika dan abangnya pun kabur.
Haaa huuu haaa desah nafas gue. Sebelum membuka pagar,
Lagi-lagi “AZAB” menghampiri kali ini berkolaborasi dengan abangnya. Tika dan faisal,
Matilah gue #mirisss
Ggik!
Pasti lo lari-lari ya karena ketakutan? Hahahaha
Iya, tapi gue bukan karena takut. Gue hanya latihan lari, karena di sekolah gue ada lomba lari besok #ngeles (padahal penakut).
Tapi karena tika dan abangnya sudah tau kalau gue penakut, mereka mulai melancarkan usahanya untuk menakut-nakutin gue.
Ggik. Itu di rumah lo, di pohon itu #sambil nunjuk, ‘itu ada kuntilanak kikikikikik seperti itu tertawanya’.
Ucap tika.
Dan itu ggik! ‘Di gerasi rumah lo, ada gundoruwo’ sambut abangnya.
Badannya tinggi, besar, rambutnya gondrong, betanduk dan bergigi merah.
Terlintas di benak gue betapa menyeramkan mereka, ketakutan gue mulai medak-ledak. Gue bayangin seandainya gue berjalan pulang ke rumah, terus di kejutin sama gundoruwo berbadan besar, berambut gondrong, bertanduk dan begigi merah.
Apa reaksi gue?
Mungkin gue uda keciprit-ciprit sampai terkencing di celana, berlari-lari seperti kucing yang sedang kesurupan. Matilah gue. Ngerang-ngerang sambil gigitin besi pagar rumah #miriss
Terbayang-bayang, terngiang-ngiang apa yang diucapkan oleh tika dan abangnya,
Sangkingkan gue takutnya, satu-satunya suara yang gue dengar dengan jelas adalah perkataan mereka tadi, hantu. hantu. hantu
Terbawa dengan suasana, sambil menutup kuping. Berteriak “MAMAAAAK… MAAAK MAAAKKK”
Seolah berhasil menakut-nakutin gue, tika dan abangnya pun kabur.
Dan
datanglah Wonder Women yaitu emak gue. Alhamdulillah ya onglo, akhirnya doa
orang teraniaya dan tertindas ini di jabah. Terjawablah semua ketakutan gue.
Emak segera menjemput gue yang lagi mati kedinginan karena ketakutan.
Kenapa ogi?
Takut ma banyak hantu,
Ngapain takut sama hantu. Hantu juga dulu makannya nasi, emang ogi makannya apa?
Nasi juga lah ma, masak beling emang kuda lumping.. Ucap gue sambil nyengirrrr :D
Sambil rangkul tangan mama, berjalan berdua
Owh, ternyata hantu makannya nasi ya. #catet
Kenapa ogi?
Takut ma banyak hantu,
Ngapain takut sama hantu. Hantu juga dulu makannya nasi, emang ogi makannya apa?
Nasi juga lah ma, masak beling emang kuda lumping.. Ucap gue sambil nyengirrrr :D
Sambil rangkul tangan mama, berjalan berdua
Owh, ternyata hantu makannya nasi ya. #catet
Inilah
namanya kedamaian. Sejak ini gue sudah berani pergi dan pulang ke rumah
sendiri.
Legaaanya, mama memang wonder women
Legaaanya, mama memang wonder women
“hahaha, aku tertawa kecil, “ dan tak terasa aku telah tertidur Lelap
***
Ketika Aku berangkat sekolah Terlintas di benak pikiranku setelah melihat sebuah sekolah ternama di jakarta.
Pagi itu para murid kelihatan mulai dengan aktivitas sehari-harinya, ada yang
berangkat secara sendiri-sendiri atau rombongan. Tiba-tiba Frank beserta
gengnya, datang dengan mobil yang sound systemnya digeber keras-keras
seolah-olah dia mau memamerkan apa yang dia punya. Selain Frank ada Joni yang
play boy, Bocel si tukang pukul, dan juga Robi si anak gombal tetapi dia
memiliki wajah yang ganteng. Robi adalah putra dari anak pengusaha kapal
terkenal di dunia. Ekspresi bermacam-macam dari penghuni sekolah terhadap Robi,
ada yang cuek, sinis bahkan simpati. Termasuk kelompok remaja putri yang
dikomandani Tari Ogut (nama beken dari Tari Wulandari karena ada nama murid
yang hampir sama dengannya yakni Tari Sukmaningsih). Geng Tari terdiri dari
Tari, angel “Oneng”, dan Resa “Si pesek”. (Ada potensi komedi).
Bel
berbunyi. Saatnya murid masuk ke kelas masing-masing. Kelas XII C nampak ramai
karena guru belum datang. Penghuni kelas saling bergosip ria. Bu Rukmi (45
tahun, ibu 2 anak, guru BP) masuk ke kelas dan murid murid berhamburan ke meja
masing masing. Semua siswa terpesona melihat sosok perempuan yang berdiri di
samping Bu Rukmi. Maklum cowok mana yang tidak terpesona melihat cewek cantik.
“Anak anak di depan kalian ada siswi baru” kata bu Rukmi.
(suara bu Rukmi membuat hilang hayalan para siswa)
“hore.. hore.. hore kita kedatangan siswi baru, apalagi siswinya cantik seperti Emma Watson” kata Robi
“ah robi, bisanya modusin cewek mulu kerjaannya” sahut Frank sambil bermain handphone.
“sudah anak anak jangan bertengkar” kata bu Rukmi dan sambil mempersilakan siswi baru itu memperkenalkan diri.
“syahda my name, my girls moved from sma kartika” singkat Syahda meperkenalkan dirinya.
“Anak anak di depan kalian ada siswi baru” kata bu Rukmi.
(suara bu Rukmi membuat hilang hayalan para siswa)
“hore.. hore.. hore kita kedatangan siswi baru, apalagi siswinya cantik seperti Emma Watson” kata Robi
“ah robi, bisanya modusin cewek mulu kerjaannya” sahut Frank sambil bermain handphone.
“sudah anak anak jangan bertengkar” kata bu Rukmi dan sambil mempersilakan siswi baru itu memperkenalkan diri.
“syahda my name, my girls moved from sma kartika” singkat Syahda meperkenalkan dirinya.
Ada
bangku kosong di belakang. Sebelum bu rukmi menata duduk Syahda, maka secepat
kilat Robi yang duduk di tengah mengusir Joni yang duduk di sebelahnya untuk
pindah ke belakang. Hati Robi pun berbunga-bunga saat itu karena Syahda duduk
berdampingan dengannya. PDKT dan rayuan maut mulai ditebar oleh si Robi.
Saat
menonton basket, Syahda bertanya tanya tentang Robi ke Tari Ogut. Disini
diceritakan tentang nama robi. Namanya sebetulnya Roby Darwis. Namanya sama
seperti mantan pemain sepakbola yang pernah main di persib. Ada yang manggil
Robi dan ada juga yang manggil si gombal, karena dia selalu menggombali cewek
yang ada di sekolah ini. Di sekolah, murid murid memanggilnya Robi. Robi
merupakan anak yang pinter ngegombal di sekolahnya.
Frank
yang tengah berkumpul bersama robi, dia memberitahukan ke robi bahwa si syahdah
sedikit tertarik kepada dia. Robi langsung loncat kegirangan. Robi yang
mengejar Syahda menemuinya di kios majalah. Saat itu robi beralasan mau membeli
majalah yang membahas mobil dan tek tek bengeknya maklum ia lagi gandrung untuk
mempercantik mobilnya. Dalam obrolan itu Robi baru mengetahui bahwa Syahda
ternyata penikmat puisi. Syahda merupakan cewek tipe Melankolis, di scene ini
ada informasi bahwa salah satu dari beberapa penulis puisi pujaannya adalah
Pulungsari.
Setelah
Robi mengetahui bahwa syahda menyukai puisi, sesampainya di rumah dia langsung
membuat puisi cinta. Lagi asyik asyiknya mebuat puisi, bel pintu rumahnya
berbunyi. Robi berlari menuju pintu dan saat dia membuka pintu dia terkejut dan
tertegun karena tidak di sangka syahda cewek yang dia suka mengunjungi
rumahnya.
Dia menepuk badan robi jelas tingkah syahda sambil berkata “apakah aku boleh masuk?”
“ya. ya.. ya.. ya silakan masuk” kata Robi sambil terbata bata.
Dia menepuk badan robi jelas tingkah syahda sambil berkata “apakah aku boleh masuk?”
“ya. ya.. ya.. ya silakan masuk” kata Robi sambil terbata bata.
Mereka
berjalan menuju ruang tamu dan sambil membicarakan tentang pesta di rumah
Frank. Sesampainya di ruang tamu mereka duduk di sofa sambil menyalakan TV yang
ada di ruang tamu.
“Sebentar ya, aku ambilin soda susu dulu di dapur” kata robi.
Dia terkejut bahwa robi mengetahui minuman kesukaannya.
“Sebentar ya, aku ambilin soda susu dulu di dapur” kata robi.
Dia terkejut bahwa robi mengetahui minuman kesukaannya.
Robi
berjalan ke dapur untuk membuatkan soda susu untuk syahda dan mengantarkannya
ke ruang tamu. Tiba tiba dia ingat bahwa dia tadi menulis sebuah puisi. Robi
langsung ke kamar untuk menyembunyikan puisinya karena dia takut kalau ketauan
sama syahda. Sesudah menyembunyikan, robi mengantarkan soda susu yang tadi dia
buat ke ruang tamu.
“Ini soda susunya” kata robi.
“ya terimakasih robi” kata syahda sambil asik menonton acara di tv.
“mmm…. serius banget nontonnya!! Emang seru acaranya?” kata robi.
“Yaa inikan acara kesukaan gua” kata syahda
Tiba tiba dia teringat bahwa kedatangan dia ke rumah robi untuk mengajak berangkat bersama ke pestanya Frank.
“oiya robi, besok lu mau berangkat bersama gua nggak, ke pestanya Frank?” kata syahda.
Pucuk dicinta ulampun tiba.. robi yang menaruh hati kepada syahda tidak menolak ajakan syahda.
“Ya gua mau berangkat bersama lu” kata robi menerima ajakan syahda.
syahda berkata “ok, kita berangkat jam 6 malam ya”.
Sambil mereka berjalan menuju pintu rumah dan syahda pun pulang ke rumahnya.
“Ini soda susunya” kata robi.
“ya terimakasih robi” kata syahda sambil asik menonton acara di tv.
“mmm…. serius banget nontonnya!! Emang seru acaranya?” kata robi.
“Yaa inikan acara kesukaan gua” kata syahda
Tiba tiba dia teringat bahwa kedatangan dia ke rumah robi untuk mengajak berangkat bersama ke pestanya Frank.
“oiya robi, besok lu mau berangkat bersama gua nggak, ke pestanya Frank?” kata syahda.
Pucuk dicinta ulampun tiba.. robi yang menaruh hati kepada syahda tidak menolak ajakan syahda.
“Ya gua mau berangkat bersama lu” kata robi menerima ajakan syahda.
syahda berkata “ok, kita berangkat jam 6 malam ya”.
Sambil mereka berjalan menuju pintu rumah dan syahda pun pulang ke rumahnya.
Raut
wajah robi kelihatan gembira. dan dia berjalan ke ruang tamu kembali untuk
membersihkan gelas minuman yang kotor. Setelah membersihkan dia meneruskan
membuat puisi yang tadi tertunda. Setelah membuat puisi, dia merasa lelah
karena telah berjam jam untuk membuat puisi dan dia memutuskan untuk tidur. Dia
bermimpi bahwa dia diberi syahda sebuah gitar dan gitar itu pembawa petaka
untuknya.
Kebiasaan
Robi di hari libur ialah bangun kesiangan, dia bangun jam 12 siang. Bangun
tidur dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Selama robi
mandi, dia masih kebayang dengan mimpi dia semalam. Setelah mandi biasalah
manusia kalau sebelum fitnes perut harus diisi, tapi beda dengan robi dia langsung
pergi ke tempat fitnes tanpa sarapan terlebih dahulu.
Sesampainya
di tempat fitnes, dia melakukan permanasan terlebih dahulu. Setelah melakukan
pemanasan dia mengangkat barbel, Stair-climbers, elliptical machines, sebanyak
20 kali. Lagi asik asiknya fitnes, handphonenya berdering. Dia langsung
mengangkat handphonenya.
“Maaf, ini siapa ya?” ujar robi.
“ini gua syahda masa lupa?” kata syahda menjelaskan kepada Robi.
“ooh… syahda. Masa gua bisa lupa sama cewek imut” gombal Robi kepada syahda.
“mmm… bisa aja lu ngegombalnya” kata syahda.
“haha… haha.. haha aku lagi tidak ngegombal looo” kata robi sambil ketawa.
“serem banget ketawanya Rob, jadi takut ni gua sama lu, oiya entar malem jadi kan lu bareng gua ke pestanya frank?” kata syahda.
(tau nggak ketawanya kaya mak Lampir? Kalau tau ketawanya robi seremnya seperti mak Lampir).
“Jangan takut donk. Ya jadi, entar gua jemput lu” kata robi memastikan.
“ok dah.. gua tunggu di rumah ya mak lampir” kata syahda sambil mengejek Robi.
Tiba tiba teleponnya mati, dia tidak sempat membalas ejekan dari syahda. Dia menengok jam, ternyata jam sudah menunjukan pukul 16.00 WIB. Dia memutuskan untuk pulang ke rumah. Anehnya dia tidak merasakan letih, tetapi dia tambah bersemangat seperti semangatnya para pejuang, tetapi kalau robi pejuang cinta yang sedang memperjuangkan cintanya terhadap syahda.
“Maaf, ini siapa ya?” ujar robi.
“ini gua syahda masa lupa?” kata syahda menjelaskan kepada Robi.
“ooh… syahda. Masa gua bisa lupa sama cewek imut” gombal Robi kepada syahda.
“mmm… bisa aja lu ngegombalnya” kata syahda.
“haha… haha.. haha aku lagi tidak ngegombal looo” kata robi sambil ketawa.
“serem banget ketawanya Rob, jadi takut ni gua sama lu, oiya entar malem jadi kan lu bareng gua ke pestanya frank?” kata syahda.
(tau nggak ketawanya kaya mak Lampir? Kalau tau ketawanya robi seremnya seperti mak Lampir).
“Jangan takut donk. Ya jadi, entar gua jemput lu” kata robi memastikan.
“ok dah.. gua tunggu di rumah ya mak lampir” kata syahda sambil mengejek Robi.
Tiba tiba teleponnya mati, dia tidak sempat membalas ejekan dari syahda. Dia menengok jam, ternyata jam sudah menunjukan pukul 16.00 WIB. Dia memutuskan untuk pulang ke rumah. Anehnya dia tidak merasakan letih, tetapi dia tambah bersemangat seperti semangatnya para pejuang, tetapi kalau robi pejuang cinta yang sedang memperjuangkan cintanya terhadap syahda.
Sesampainya
di rumah dia bergegas mandi, tapi dia sempat mencium bau badannya yang tidak
sedap itu. Tau kan bau badan kalau habis fitnes, baunya kaya gimana?. Itulah
kebiasan buruknya robi.
Sesudah
mandi, robi memakai pakaian yang rapi. Dia pergi ke rumah syahda pukul 17.00
WIB dengan menggunakan mobil Ferarinya, tetapi uniknya selama perjalanan dia
selalu memutarkan lagu Iwan fals. Ya Robi sangat menyukai lagu lagu yang
dinyanyikan oleh Iwan Fals, beda sekali bukan! dengan anak zaman sekarang yang
menyukai lagu barat, seperti Maroon 5, katy perry, suju.
Sesampainya
di rumah syahda dia terkejut melihat syahda telah menunggunya di depan rumah.
“Maaf ya syahda gua terlambat 2 jam, maklum tadi di jalan macet” kata Robi menjelaskan ke pada syahda.
“Ya tidak apa apa kok rob, yuk kita berangkat. Kita udah telat satu jam nih” kata Syahda dengan sedikit rasa kecewa.
“Maaf ya syahda gua terlambat 2 jam, maklum tadi di jalan macet” kata Robi menjelaskan ke pada syahda.
“Ya tidak apa apa kok rob, yuk kita berangkat. Kita udah telat satu jam nih” kata Syahda dengan sedikit rasa kecewa.
Selama
perjalanan Syahda sering dirayu dan digombalin oleh Robi. Maklum Robi kan orangnya
suka gombal, tapi rayuan dan keunikan dari robi itulah yang menumbuhkan rasa
cinta di diri syahda terhadap Robi.
Sesampainya
di sana, mereka dikejutkan oleh gank tari dengan kejahilannya, tetapi mereka
tidak marah melainkan mereka tertawa. Maklum mereka tidak dianggap dengan
serius.
Tiba
tiba Frank berteriak dan bilang “Hello, apa kabar Syahda dan Robi?”
“Baik kok” jawab Syahda dan Robi.
“syukur deh kalau kalian baik baik saja” kata Frank.
“Baik kok” jawab Syahda dan Robi.
“syukur deh kalau kalian baik baik saja” kata Frank.
Pesta
semakin malam semakin meriah ditambah pada malam itu syahda memberikan gitar
kepada Robi. Robi sangat senang ketika Syahda memberinya gitar, Tetapi
disinilah awal mulanya petaka yang akan dialami oleh robi.
Tidak
terasa jam menunujukkan tepat pukul 12 malam, menandakan pesta berakhir. Syahda
dan Robi memutuskan untuk pulang ke rumah, tetapi sialnya saat di perjalanan
ban mobil mereka bocor.
Tidak
disangka mobilnya Tari lewat dan berhenti di depan Syahda dan bertanya “kenapa
dengan mobilnya Syahda?”
“biasa ban mobilnya pecah” jawab Syahda.
“kalau ban mobil Robi pecah, Syahda bareng dengan Tari aja, itu kalau Syahda mau?” ajakan Tari kepada Syahda.
“Ya, tentu saya mau” jawab Syahda.
“biasa ban mobilnya pecah” jawab Syahda.
“kalau ban mobil Robi pecah, Syahda bareng dengan Tari aja, itu kalau Syahda mau?” ajakan Tari kepada Syahda.
“Ya, tentu saya mau” jawab Syahda.
Mereka
pergi dan meninggalkan Robi. Tari yang waktu itu mengendarai mobil RX-8 dengan
kecepatan tinggi dan Syahda pun tiba di rumah dengan cepat. Sesampainya di
rumah Syahda kebayang wajahnya Robi dan menyesal telah meninggalkanya. Dia
memutuskan untuk menelpon Robi untuk meminta maaf.
“Hallo Robi, maaf ya tadi aku pulangnya bareng Tari” kata Syahda mengawali percakapan.
“Ya, tidak apa apa kok” ujar Robi.
“Kamu suka kan dengan gitar yang tadi aku kasih?” kata Syada menanyakan kepada Robi.
“Suka dong, kan aku hobi bermain musik” ujar Robi.
“Hallo Robi, maaf ya tadi aku pulangnya bareng Tari” kata Syahda mengawali percakapan.
“Ya, tidak apa apa kok” ujar Robi.
“Kamu suka kan dengan gitar yang tadi aku kasih?” kata Syada menanyakan kepada Robi.
“Suka dong, kan aku hobi bermain musik” ujar Robi.
Tiba
tiba Robi mendengar suara tangisan perempuan. Ia berjalan untuk mencari asal
sumber suara tersebut dan mematikan telponnya. Ternyata suara itu berasal dari
kamar mandi. Ternyata saat pintu kamar mandi dibuka, tidak ada seseorang yang
berada di kamar mandi dan suara itu pun hilang. Ia berpikir itu Cuma khayalan
saja, dan dia memutuskan untuk bermain gitar, saat ia bermain gitar dia kembali
mendengar suara tangisan perempuan, tetapi suaranya lebih keras dari pada yang
tadi. Ia menghiraukan suara tangisan itu, tetapi suaranya semakin keras, dan ia
memutuskan untuk mencari asal suara tersebut.
Saat
mencari suara itu, ia melihat sosok seorang perempuan melintas ke arah dapur.
Saat Robi berjalan menuju dapur, tiba tiba lampu di rumahnya padam dan tidak
lama lampu di rumahnya menyala lagi. Anehnya suara tangisan itu menghilang
bersamaan dengan lampu menyala. Akhirnya dia memutuskan untuk tidur, dalam
tidurnya mimpi itu kembali menghantui Robi, mimpi tentang diberi gitar oleh
Syahda yang dahulu sudah pernah terlintas dalam mimpi dan kini mimpi itu
terulang lagi. Saat dia bangun tidur, dia masih belum mengetahui arti dari
mimpinya. Ia menelpon Syahda untuk mengajak makan malam.
“Hallo Syahda, Kamu malam ini ada acara tidak?” kata Robi.
“oh kebetulan malam ini saya tidak ada acara” jawab Syahda.
“Kamu mau tidak entar malem makan bersama aku?” ujar Robi.
Dengan ragu ragu Syahda menjawab “mmm… iya dah, aku mau, makan dimana?”
“Di restaurant Turkuaz, mau tidak?” jawab Robi.
“Ya aku mau. Jam 7 malam ya Rob.” ujar Syahda.
“Ok, cantik” jawab Robi sambil merayu Syahda.
“Hallo Syahda, Kamu malam ini ada acara tidak?” kata Robi.
“oh kebetulan malam ini saya tidak ada acara” jawab Syahda.
“Kamu mau tidak entar malem makan bersama aku?” ujar Robi.
Dengan ragu ragu Syahda menjawab “mmm… iya dah, aku mau, makan dimana?”
“Di restaurant Turkuaz, mau tidak?” jawab Robi.
“Ya aku mau. Jam 7 malam ya Rob.” ujar Syahda.
“Ok, cantik” jawab Robi sambil merayu Syahda.
Sesudah
menelpon Syahda, Ia membooking tempat di restaurant Turkuaz untuk berkencan
dengan Syahda dan meminta desain yang romantis kepada mananger Restaurantnya.
Waktu
tidak terasa telah menunjukkan pukul 6 malam, Ia langsung berpakain rapi dan
menjemput Syahda di rumahnya. Tiba tiba di perjalanan dia melihat sosok seorang
perempuan dan Ia menabrak sosok perempuan itu. Robi sangat terkejut dan keluar
dari mobil. Saat dia keluar mobil sosok perempuan itu menghilang. Robi sangat
merasa ketakutan, dan merasa aneh dengan kejadian yang akhir akhir ini ia alami.
Ia
memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah Syahda. Sesampainya di
rumah Syahda, ia dibuat terpesona oleh kecantikan Syahda.
“Hallo Syahda, sudah siap untuk jalan?” tanya Robi kepada Syahda.
“udah siap kok, mari kita jalan” jawab Syahda.
“Hallo Syahda, sudah siap untuk jalan?” tanya Robi kepada Syahda.
“udah siap kok, mari kita jalan” jawab Syahda.
Selama
di perjalanan mereka asik mengobrol, tiba tiba Robi melihat sosok perempuan
sedang duduk di jok belakang. Perempuan itu melihat ke arah Robi dengan wajah
yang penuh dengan darah. Robi sangat ketakutan saat melihat wajah wanita itu.
Ia tidak sengaja menginjak rem, sehingga kepalanya Syahda tidak sengaja
membentur kaca mobil.
“Aduh sakit” teriak Syahda.
“maaf Syahda, tadi aku meliat sosok perempuan dengan wajah yang penuh darah di jok belakang” ujar Robi.
“kita kan Cuma berdua, mana mungkin ada perempuan di belakang!” kata Syahda sambil melihat ke jok belakang.
“Bener deh Syahda tadi aku meliat sosok perempuan dari kaca spion dalam” ujar robi menjelaskan kembali kepada Syahda.
“udah paling itu Cuma khayalan kamu aja” kata Syada sambil menenangkan Robi.
“Aduh sakit” teriak Syahda.
“maaf Syahda, tadi aku meliat sosok perempuan dengan wajah yang penuh darah di jok belakang” ujar Robi.
“kita kan Cuma berdua, mana mungkin ada perempuan di belakang!” kata Syahda sambil melihat ke jok belakang.
“Bener deh Syahda tadi aku meliat sosok perempuan dari kaca spion dalam” ujar robi menjelaskan kembali kepada Syahda.
“udah paling itu Cuma khayalan kamu aja” kata Syada sambil menenangkan Robi.
Setelah
Robi sudah tenang, Dia melanjutkan perjalanannya menuju ke restaurant Turkuaz.
Sesampainya disana Robi berkata Tutup mata kamu, ada kejutan untukmu Syahda.
“kejutan apa robi?” ujar Syahda dengan rasa penasaran.
“kalau aku kasih tau berarti bukan kejutan jadinya” Robi menjelaskan ke pada Syahda.
Syahda masuk ke Restaurant dengan mata tertutup.
Sesampainya disana Robi berkata Tutup mata kamu, ada kejutan untukmu Syahda.
“kejutan apa robi?” ujar Syahda dengan rasa penasaran.
“kalau aku kasih tau berarti bukan kejutan jadinya” Robi menjelaskan ke pada Syahda.
Syahda masuk ke Restaurant dengan mata tertutup.
“Sekarang
kamu boleh membuka matanya” ujar Robi.
Syahda sangat terkejut dengan desainnya dan berkata
“indah sekali dan sangat romantis deh kamu”
“ya dong. Ini kan spesial untuk kamu” kata Robi.
Syahda sangat terkejut dengan desainnya dan berkata
“indah sekali dan sangat romantis deh kamu”
“ya dong. Ini kan spesial untuk kamu” kata Robi.
Mereka
malam itu menikmati makan malamnya dan mereka resmi jadian. Bersamaan dengan
itu dia mendapat kabar ternyata Tari sahabatnya Syahda terbunuh dengan lidah
menjulur keluar dan di sampingnya kabarnya ada sebuah gitar. Keesokan harinya
Syahda melayat ke rumah Tari bersama kekasihnya (Robi), dengan sangat terkejut
ternyata gitar itu milik Robi, tetapi anehnya kenapa gitar Robi ada di atas
tubuhnya Tari dengan bercak darah?. Padahal waktu kejadian sampai sekarang pun
gitar itu ada di rumah. Robi sangat aneh dengan kejadian yang akhir akhir ini
terjadi. Robi sangat terkejut ketika melihat jenazahnya Tari. Saat ia melayat
ia melihat sosok perempuan itu kembali dan ia berteriak “siapa kamu? Kenapa
selalu menghantui aku?”. Suaranya membuat Frank dan Syahda khawatir terhadap
Robi. Mereka lari untuk menemui Robi.
“Ada apa Rob kok teriak?” Tanya Syahda dan frank kepada Robi.
“Tadi aku melihat sosok perempuan itu lagi” jawab robi.
“wajah perempuannya penuh luka nggak Rob?” tanya Frank dengan rasa penasaran.
“ya, kok kamu bisa tau?” ujar Robi.
“ya, aku juga pernah lihat bayangan itu waktu di rumah Tari”. ujar Frank.
“Ada apa Rob kok teriak?” Tanya Syahda dan frank kepada Robi.
“Tadi aku melihat sosok perempuan itu lagi” jawab robi.
“wajah perempuannya penuh luka nggak Rob?” tanya Frank dengan rasa penasaran.
“ya, kok kamu bisa tau?” ujar Robi.
“ya, aku juga pernah lihat bayangan itu waktu di rumah Tari”. ujar Frank.
Mereka
semua merasa ketakutan, tiba tiba atap rumah Tari roboh dan menimpa Frank dan
ia pun mati seketika. Robi sangat terpukul dan sedih ketika mengetahui
sahabatnya sudah tidak bernyawa.
Syahda
yang selamat dari kejadian itu menelpon ambulan untuk mengantarkan Frank ke
rumah sakit. Akhirnya ambulan yang ditunggu tungu tiba juga dan jenazah Frank
di bawa ke rumah sakit untuk di otopsi. Mereka berdua pulang ke rumah masing
masing untuk menenangkan diri karena sama sama kehilangan sahabat.
Syahda
sesampainya di rumah terkejut ketika melihat gitar Robi berada di rumahnya. Ia
berteriak di dalam hati dan sambil mematahkan gitarnya. Karena pendapatnya
gitar ini pembawa sial yang mengakibatkan sahabatnya meninggal. Seharusnya
Syahda tidak boleh mematahkan gitar itu, karena akan merugikan diri Syahda
sendiri. Ternyata perkiraan itu benar, Syahda mendapatkan mala petaka karena
telah mematahkan gitar itu. Mala petaka itu berupa mimpi yang menjadi
kenyataan, yaitu setiap malam Syahda selalu melihat bayangan sosok perempuan
yang pernah di lihat kekasihnya (Robi). Ia selalu dikejar oleh sosok perempuan
itu dan ingin membunuh Syahda. Ia merasa takut dan terus berlari. Ia berlari
dengan mobilnya, tetapi tidak di sangka perempuan itu duduk di belakang jok
mobilnya dan mencekik Syahda sampai ia tewas.
Robi
yang sangat mencintai Syahda mengetahui bahwa penyebab semua kejadian itu dari
gitarnya, sehingga Robi pun akhirnya mengalami gangguan kejiwaan, karena tidak
bisa menerima atas meninggal kekasihnya itu. Sekarang Robi dirawat di Rumah
sakit jiwa grogol, Jakarta barat.
***
Masuk
sekolah di pertengahan semester ganjil, kami kedatangan murid baru pindahan
dari Sulawesi selatan, venisa namanya. Gadis manis itu satu kelas denganku
kelas 7.4 entah mengapa aku bisa menaruh kecurigaan terhadapnya…! Kecurigaan
dimulai saat gadis itu selalu memeluk erat dua boneka aneh. Seakan-akan boneka
itu sesuatu yang sangat berharga baginya. Saat itu pikiranku mulai ke arah
berbau mistis. Waktu aku melihat kejahilan temanku yang berbuat iseng ke
barang-barang venisa di kelas, terlintas dalam pikiran jahatku keluar! aku
mengikuti keisengan mereka untuk memajang semua benda yang ada di dalam tasnya.
Beberapa macam dan bentuk boneka seukuran genggaman tangan. Mungkin, aku akan
bersikap biasa saja kalau memang boneka itu unik. Namun, itu sebaliknya bagiku
aku merasakan kengerian bahkan sempat bulu kudukku berdiri.
Apa
yang akan terjadi setelah boneka ini dalam kemalangan? aku dan indri mengambil
tali tambang, ku ikat semua boneka angker itu di bagian kepalanya, ku ikat di
bagian ujung jendela di setiap kelasku. Kami memandang setiap wajah boneka itu
‘apa perasaan gue aja, tapi… terlihat murung’. Aku melamun menatap wajah angker
itu seakan-akan memohon kepada kami untuk membebaskan mereka.
“cuy…
busyet dah bengong yah lo…” “eng…gga… lo ngerasa gak sih boneka-boneka itu
keliatannya sedih banget” kataku gugup. “enggak ah boneka itu emang dah serem
dari tadi jadi gak kehilatan mimik muka yang lain selain mengerikan, udah ah lo
jangan ngomong kaya gitu lagi, gue merinding nih… udah yuk kita lanjutin
tinggal jendela sebelah sana…” ujar indri… tidak mengubris perkataanku.
“be..ner… dri… serem.. lihat aja bentuk bonekanya ada yang tangannya satu.. di mulutnya ada darah… ada yang melotot. udah ah gue takut serem… gue mau jajan aja..” ucap aku terbata-bata. “awas loe kalau loe pergi gue bakal bawa nama loe…” ujar indri. Aku hanya menelan ludah takut akan ancaman indri kepadaku.
“be..ner… dri… serem.. lihat aja bentuk bonekanya ada yang tangannya satu.. di mulutnya ada darah… ada yang melotot. udah ah gue takut serem… gue mau jajan aja..” ucap aku terbata-bata. “awas loe kalau loe pergi gue bakal bawa nama loe…” ujar indri. Aku hanya menelan ludah takut akan ancaman indri kepadaku.
Saat
kami akan melanjutkan aksi kami tiba-tiba suasana menjadi aneh. Angin
bersiur-siur mendatangkan suhu dingin menambahkan suasana mengerikan. ‘ah… gue
gak perduli tinggal satu pekerjaan lagi selesai..’ yakin indri. “AAAKKH…” aku
teriak kencang, kaget semua boneka itu menyeringai menakutkan. Entah karena aku
merasa gugup boneka itu terlihat senyum seperti menikmati apa yang kami lakukan
dengan boneka-boneka itu. “BRAAAKK…”. pintu kelas tiba-tiba di dobrak kencang.
“AAAKH… apa yang kalian lakukan dengan boneka-bonekaku mereka tidak boleh
diganggu, mereka akan balas dendam sama kalian… turunkan… boneka.. boneka.. itu
sekarang..!” bentak venisa tapi bentakkan itu semakin membuat indri marah.
“eh orang aneh kalau mau boneka itu kembali, ambil sendiri…! loe punya tangan dan kaki yang bisa loe gerakin sendiri” geram indri. “KELUAR…” Matanya berubah menjadi merah seakan-akan kemarahan boneka itu menjadi satu bergabung dalam kemarahan hati venisa. Indri heboh mengolok-olok venisa dengan sebutan (peri biru). indri hanya ingin tahu apa dia berani marah sama dirinya. Aku juga menahan rasa kengerian ini jangan sampai dia melihat kalau aku benar-benar takut. Bola mata itu semakin merah melotot ke arah kami.
“eh orang aneh kalau mau boneka itu kembali, ambil sendiri…! loe punya tangan dan kaki yang bisa loe gerakin sendiri” geram indri. “KELUAR…” Matanya berubah menjadi merah seakan-akan kemarahan boneka itu menjadi satu bergabung dalam kemarahan hati venisa. Indri heboh mengolok-olok venisa dengan sebutan (peri biru). indri hanya ingin tahu apa dia berani marah sama dirinya. Aku juga menahan rasa kengerian ini jangan sampai dia melihat kalau aku benar-benar takut. Bola mata itu semakin merah melotot ke arah kami.
Kami
sempat berteriak, ketika itu dia berlari ke kamar mandi sambil membawa dua
boneka anjingnya dengan kepala yang sengaja dibentuk bergoyang jika disentuh.
Per besi yang digulung melingkar sebagai alat geraknya sengaja dibuat oleh
desainernya. Venisa masih menangis berlari kencang ke kamar mandi dengan
dipeluk erat dua boneka aneh itu…
“cuy dia nangis… loe sih gue bilang jangan terlalu buat ngerjain ntu orang… gue ngerasa bersalah kejar yuk” ajakku.
“enak aja lo, kok gue sih, ini semua tuh kesalahan kita berdua… ya udah kita kejar dia…” indri menarik tanganku kencang. Berlari di koridor kelas mengejar peri biru itu dan meminta maaf. “Kalau bukan indri teman gue dah gue jitakin ntu orang” pikirku. Dilihat-lihat boneka itu sekilas unik tapi, seperti ingin mengancam kami berdua. jadi ingat omongan peri biru tadi.
“cuy dia nangis… loe sih gue bilang jangan terlalu buat ngerjain ntu orang… gue ngerasa bersalah kejar yuk” ajakku.
“enak aja lo, kok gue sih, ini semua tuh kesalahan kita berdua… ya udah kita kejar dia…” indri menarik tanganku kencang. Berlari di koridor kelas mengejar peri biru itu dan meminta maaf. “Kalau bukan indri teman gue dah gue jitakin ntu orang” pikirku. Dilihat-lihat boneka itu sekilas unik tapi, seperti ingin mengancam kami berdua. jadi ingat omongan peri biru tadi.
“venisa…
tunggu-tunggu woy busyet dah pura-pura gak denger…” teriakanku tidak berhasil
menghentikan langkah venisa. Kami lelah tidak kuat mengejar gadis aneh itu.
Terlalu cepat dia berlari. Lalu, kami berhenti tenang ketika dia menghentikan
langkahnya.
Dia
hanya menengok ke arah kami, kami yang berhenti mulai menghampirinya sekilas
dia tersenyum lebar seperti senyum iblis yang siap menerkam kami…! Dia masuk,
yang tidak sengaja kami berhenti di depan toilet perempuan. Indri menyuruhku
diam jangan ada suara sekecil pun yang bisa terdengar. Dia ingin mendengar
ocehan yang keluar dari mulutnya.
“hiks… hiks… mereka semua jahat padaku, saya gak betah di sekolah ini..” suara tangisnya lumayan kencang membuat guru yang lewat terheran-heran melihat kami, kami yang was was harus bersiap-siap mengeluarkan jurus pamungkas biar tidak terjadi kecurigaan. “sudahlah… kami selalu menjaga tuan putri.. kami tak tega bila sang putri menangis, kelakuan mereka hari ini akan mendapatkan balasannya…” suara aneh menyerupai bapak-bapak dan ibu-ibu. Membuat kami kaget, kami melihat jelas bahwa dia masuk sendiri dan tidak ada seorang pun ke kamar mandi..! “venisa… loe gak sendirian kan di dalam loe sama siapa..? venisa keluar donk.” Ku panggil dia untuk mengetahui bahwa tidak ada apa-apa di dalam. “EEENGGGRRMMM…” suara geraman binatang buas mengagetkan kami. Membuat kami meninggalkan tempat itu. Sempat bulu romaku merinding rasanya baru kali ini aku merasakan ketakutan mungkin juga sama yang dirasakan oleh indri. Aku yakin, kalau aku tidak salah dengar suara itu. kami menambah volume berlari kami seperti beberapa gerombolan gajah yang dikejar oleh pemburu yang lewat di koridor kelas, sangat mengganggu konsentrasi murid yang sedang belajar! dengan diiringi suara teriakan ketakutan kami.
“AAAKKH… SETAAAN.. SETAAN…” kecepatan kami berlari, melebihi ruang kelas tempat kami belajar, tarikan mengerem pun siap ditancapkan begitu kerasnya “jreeettt…”.
“cuy kelebihan tuh..” sahutku saat berbelok ke arah indri. “iya dis… lebih… belok cuy..” kami berhenti merapikan penampilan kami sebelum masuk ke kelas. Menghilangkan rasa ketegangan dan kegelisahan yang ada pada diri kami, bersikap seperti biasa dengan gaya masuk tetap stay cool… abis.
Namun, indri tidak kuat menahan perasaannya. Tibanya di ambang pintu kelas indri berubah kacau dia menceritakan semua kejadian yang mungkin orang gak akan percaya. “sudah gue sangka pasti akhirnya begini.” Menggelengkan kepala menahan rasa untuk ikut-ikutan dalam ketegangan. Masyarakat kelas 7,4 yang tidak percaya dengan cerita indri ingin membuktikan sendiri dengan mendatangkan venisa ke toilet putri. Kami berdua diam… melemparkan pandangan bingung. Apa yang harus kami lakukan? bagus bila suara itu masih terdengar kalau suara itu sudah berhenti berbicara. Anak-anak akan marah dan menganggap bahwa kami seorang pembohong besar.
Kalau itu benar-benar terjadi itu mencakup nama baik kami di sekolah ini bisa-bisa ketenaran kami bisa dihapus di sekolahan ini.
“hiks… hiks… mereka semua jahat padaku, saya gak betah di sekolah ini..” suara tangisnya lumayan kencang membuat guru yang lewat terheran-heran melihat kami, kami yang was was harus bersiap-siap mengeluarkan jurus pamungkas biar tidak terjadi kecurigaan. “sudahlah… kami selalu menjaga tuan putri.. kami tak tega bila sang putri menangis, kelakuan mereka hari ini akan mendapatkan balasannya…” suara aneh menyerupai bapak-bapak dan ibu-ibu. Membuat kami kaget, kami melihat jelas bahwa dia masuk sendiri dan tidak ada seorang pun ke kamar mandi..! “venisa… loe gak sendirian kan di dalam loe sama siapa..? venisa keluar donk.” Ku panggil dia untuk mengetahui bahwa tidak ada apa-apa di dalam. “EEENGGGRRMMM…” suara geraman binatang buas mengagetkan kami. Membuat kami meninggalkan tempat itu. Sempat bulu romaku merinding rasanya baru kali ini aku merasakan ketakutan mungkin juga sama yang dirasakan oleh indri. Aku yakin, kalau aku tidak salah dengar suara itu. kami menambah volume berlari kami seperti beberapa gerombolan gajah yang dikejar oleh pemburu yang lewat di koridor kelas, sangat mengganggu konsentrasi murid yang sedang belajar! dengan diiringi suara teriakan ketakutan kami.
“AAAKKH… SETAAAN.. SETAAN…” kecepatan kami berlari, melebihi ruang kelas tempat kami belajar, tarikan mengerem pun siap ditancapkan begitu kerasnya “jreeettt…”.
“cuy kelebihan tuh..” sahutku saat berbelok ke arah indri. “iya dis… lebih… belok cuy..” kami berhenti merapikan penampilan kami sebelum masuk ke kelas. Menghilangkan rasa ketegangan dan kegelisahan yang ada pada diri kami, bersikap seperti biasa dengan gaya masuk tetap stay cool… abis.
Namun, indri tidak kuat menahan perasaannya. Tibanya di ambang pintu kelas indri berubah kacau dia menceritakan semua kejadian yang mungkin orang gak akan percaya. “sudah gue sangka pasti akhirnya begini.” Menggelengkan kepala menahan rasa untuk ikut-ikutan dalam ketegangan. Masyarakat kelas 7,4 yang tidak percaya dengan cerita indri ingin membuktikan sendiri dengan mendatangkan venisa ke toilet putri. Kami berdua diam… melemparkan pandangan bingung. Apa yang harus kami lakukan? bagus bila suara itu masih terdengar kalau suara itu sudah berhenti berbicara. Anak-anak akan marah dan menganggap bahwa kami seorang pembohong besar.
Kalau itu benar-benar terjadi itu mencakup nama baik kami di sekolah ini bisa-bisa ketenaran kami bisa dihapus di sekolahan ini.
“oh
my goodness… indri.. kita harus ngikutin mereka memastikan apa yang akan
terjadi disana.” Indri mengangguk dengan muka sudah kaya orang mau boker. Kami
berjalan agak cepat. Ku hantam orang-orang yang ada di depanku agar kami bisa
berjalan lebih cepat ke toilet tempat peri biru itu dan dimana nyawa kami akan
terancam.
“misi… misi… gue mau lewat.” Kulihat dwi berusaha masuk dan menenangkan venisa.
“dew kita ikut dong, gue sama indri yang bikin dia nangis”.
“gak kalian gak boleh masuk mereka gak mau menerima kalian, mereka hanya mengizinkan dwi masuk.” Sahut venisa setengah meledak dari dalam kamar mandi. Melarang kami masuk.
“udah gue aja yang masuk entar kalau ada apa-apa gue teriak kok.” Kami setuju mempersilahkan dwi masuk, biarkanlah dwi yang menenangkan venisa lagian aku sudah memperingatkan untuk berhati-hati dengan boneka itu.
Kejadian hari ini begitu cepat. Masalah dengan venisa akhirnya bisa terselesaikan juga boneka-boneka itu telah di bakar habis. Saat beberapa siswi melaporkannya ke guru bagian agama islam. Ternyata venisa sudah lama seperti ini saat dia berumur tujuh tahun. Sedangkan venisa masih dalam pengobatan untuk mengusir jin-jin berada di dalam tubuhnya. Lalu, siswa-siswi di persilahkan pulang lebih cepat. Kejadian ini sungguh melelahkan. Merasakan sesuatu yang berbeda yang pernah ku rasakan selama ini. Akhirnya aku dan indri bisa pulang ke rumah dengan tenang.
walaupun hati ini masih berdebar ngeri mengingat kejadian hari ini.
“misi… misi… gue mau lewat.” Kulihat dwi berusaha masuk dan menenangkan venisa.
“dew kita ikut dong, gue sama indri yang bikin dia nangis”.
“gak kalian gak boleh masuk mereka gak mau menerima kalian, mereka hanya mengizinkan dwi masuk.” Sahut venisa setengah meledak dari dalam kamar mandi. Melarang kami masuk.
“udah gue aja yang masuk entar kalau ada apa-apa gue teriak kok.” Kami setuju mempersilahkan dwi masuk, biarkanlah dwi yang menenangkan venisa lagian aku sudah memperingatkan untuk berhati-hati dengan boneka itu.
Kejadian hari ini begitu cepat. Masalah dengan venisa akhirnya bisa terselesaikan juga boneka-boneka itu telah di bakar habis. Saat beberapa siswi melaporkannya ke guru bagian agama islam. Ternyata venisa sudah lama seperti ini saat dia berumur tujuh tahun. Sedangkan venisa masih dalam pengobatan untuk mengusir jin-jin berada di dalam tubuhnya. Lalu, siswa-siswi di persilahkan pulang lebih cepat. Kejadian ini sungguh melelahkan. Merasakan sesuatu yang berbeda yang pernah ku rasakan selama ini. Akhirnya aku dan indri bisa pulang ke rumah dengan tenang.
walaupun hati ini masih berdebar ngeri mengingat kejadian hari ini.
Malam
ini begitu sejuk dengan diiringi semilir air hujan ingin rasanya membuka
jendela kamar lebar-lebar supaya kesejukan itu berbagi ke dalam ruanganku
berharap di langit ada bintang yang bisa ku lihat tapi, langit begitu gelap
membuatku sangat takut apa mungkin awan sangat mendung…
“eeehey…” rasanya sedikit kecewa tidak bisa melihat bintang malam hari kali ini.
lalu, “BYUUURRR… DREEESS…” hujan turun sangat deras sepertinya aku harus cepat-cepat menutup jendelanya takut air masuk ke dalam kamar. Kini dingin menusuk ujung kulitku. Kedinginan yang luar biasa membuat bulu kuduku berdiri hebat, ku ambil sweter dengan warna merah kekuning-kuningan dan abu-abu sebagai warna dasarnya, yah lumayan sedikit hangat kurasa…
“eeehey…” rasanya sedikit kecewa tidak bisa melihat bintang malam hari kali ini.
lalu, “BYUUURRR… DREEESS…” hujan turun sangat deras sepertinya aku harus cepat-cepat menutup jendelanya takut air masuk ke dalam kamar. Kini dingin menusuk ujung kulitku. Kedinginan yang luar biasa membuat bulu kuduku berdiri hebat, ku ambil sweter dengan warna merah kekuning-kuningan dan abu-abu sebagai warna dasarnya, yah lumayan sedikit hangat kurasa…
Tiba-tiba
aku mencium bau benda habis terbakar mataku waspada sambil mencari dan
mengedus-ngedus benda apa yang ku bakar di dalam kamar ini.
“perasaan gak ada yang gue bakar.” ujarku. Penciumanku tertuju di dalam lemari pakaian. Bau itu sangat menyengat bau gosong!. sempat aku menelan ludah lalu pikiranku mengingat akan kejadian tadi pagi di sekolah. dalam hitungan satu, dua, tiga sambil mata kututup dengan tangan kanan membuka lemari itu, tapi, yang ku temukan hanyalah pakaian-pakaian rapi.
“cuh leganya gue kirain apa.” Belum lama ku merasa lega. Dari arah belakangku terdengar suara hentakan kaki. Tanganku gemetar, keringat dingin bercucuran bersiap untuk lari!! ketika aku menengok ke belakang “aakkkhhh… gak mungkin.. gak mungkin… kenapa boneka-boneka ini bisa kesini padahal kan tadi pagi sudah dibakar habis aaakhhh… aaakkhh… jangan ganggu saya.” Boneka venisa datang ke rumahku. Muka itu lebih buruk bekas kebakar.
“perasaan gak ada yang gue bakar.” ujarku. Penciumanku tertuju di dalam lemari pakaian. Bau itu sangat menyengat bau gosong!. sempat aku menelan ludah lalu pikiranku mengingat akan kejadian tadi pagi di sekolah. dalam hitungan satu, dua, tiga sambil mata kututup dengan tangan kanan membuka lemari itu, tapi, yang ku temukan hanyalah pakaian-pakaian rapi.
“cuh leganya gue kirain apa.” Belum lama ku merasa lega. Dari arah belakangku terdengar suara hentakan kaki. Tanganku gemetar, keringat dingin bercucuran bersiap untuk lari!! ketika aku menengok ke belakang “aakkkhhh… gak mungkin.. gak mungkin… kenapa boneka-boneka ini bisa kesini padahal kan tadi pagi sudah dibakar habis aaakhhh… aaakkhh… jangan ganggu saya.” Boneka venisa datang ke rumahku. Muka itu lebih buruk bekas kebakar.
Apa
yang membuat boneka-boneka itu datang kemari. Aku berlari ke luar kamar mencoba
menghindar dari kejaran boneka itu.
“bruuuk…” aku terjatuh dari tangga karena telah menabrak sebuah boneka kayu – duduk di depan tangga dan aku tidak bisa melihatnya. Aku terjatuh, bergelinding dengan hebatnya kepalaku terbentur tembok sehingga darah segar keluar dari pelipisku. Aku mencoba untuk bangun tapi, kakiku tidak bisa digerakkan.
“hihihi…” mereka menertawaiku. Mereka menganggap itu sangat lucu lalu, mereka mencoba untuk mendekatiku.
“pergi… keluar dari rumah ku.” Aku teriak sehingga terdengar suara lengkingan ku di setiap sudut dalam rumah. Mencoba membuat mereka takut, aku berusaha untuk berdiri walau harus dengan kaki kanan yang diseret.
“AAAGH…” aku teriak sambil menuruni anak tangga. Berusaha untuk menggenggam telepon rumah untuk menelpon indri. “gue mesti telfon indri… gue harus tahu apa dia juga didatangi oleh boneka setan venisa.” Pikirku. Aku berjalan dengan kaki kanan yang pincang. Kutekan nomor indri dengan hati berdebar ngeri, merinding, tak karuan.
“iiits… lama bener.” Ujarku kesal.
“ha..llo..” indri menjawab telponku dengan gugup.
“ha..llo… dri… tolongin gue, loe kesini donk, boneka setan itu datang ke rumah gue.” ujarku gak kalah paniknya ingin rasanya aku menangis sungguh aku merasa takut sekali.
“hallo sama gue juga… kok kita jadi didatengin gini sih, udah muka mereka gosong semua… hiy…”
“terus kita mesti gimana donk, loe kesini sih, gue takut sendirian.” Sahutku berharap boneka itu tak menemukanku.
“gimana caranya! gue ke rumah loe? rumah gue dikunci sama boneka itu, gue berharap boneka itu gak nemuin gue, gue lagi di dalam lemari.” Indri berbicara pelan di telingaku.
“praa…ngggg.” Suara gelas pecah berasal dari belakangku.
“hihihi… maaf.” Aku menoleh ke arah belakang, melihat 2 boneka kayu berukuran besar memecahkan gelas kesayanganku dengan senyuman yang sumringah sambil meminta maaf ke arahku. Membuat aku merinding ngeri.
“AAAGH..” indri teriak. Lalu, suara telpon kami terputus. Aku putus asa apa yang mesti aku lakukan..?
“bruuuk…” aku terjatuh dari tangga karena telah menabrak sebuah boneka kayu – duduk di depan tangga dan aku tidak bisa melihatnya. Aku terjatuh, bergelinding dengan hebatnya kepalaku terbentur tembok sehingga darah segar keluar dari pelipisku. Aku mencoba untuk bangun tapi, kakiku tidak bisa digerakkan.
“hihihi…” mereka menertawaiku. Mereka menganggap itu sangat lucu lalu, mereka mencoba untuk mendekatiku.
“pergi… keluar dari rumah ku.” Aku teriak sehingga terdengar suara lengkingan ku di setiap sudut dalam rumah. Mencoba membuat mereka takut, aku berusaha untuk berdiri walau harus dengan kaki kanan yang diseret.
“AAAGH…” aku teriak sambil menuruni anak tangga. Berusaha untuk menggenggam telepon rumah untuk menelpon indri. “gue mesti telfon indri… gue harus tahu apa dia juga didatangi oleh boneka setan venisa.” Pikirku. Aku berjalan dengan kaki kanan yang pincang. Kutekan nomor indri dengan hati berdebar ngeri, merinding, tak karuan.
“iiits… lama bener.” Ujarku kesal.
“ha..llo..” indri menjawab telponku dengan gugup.
“ha..llo… dri… tolongin gue, loe kesini donk, boneka setan itu datang ke rumah gue.” ujarku gak kalah paniknya ingin rasanya aku menangis sungguh aku merasa takut sekali.
“hallo sama gue juga… kok kita jadi didatengin gini sih, udah muka mereka gosong semua… hiy…”
“terus kita mesti gimana donk, loe kesini sih, gue takut sendirian.” Sahutku berharap boneka itu tak menemukanku.
“gimana caranya! gue ke rumah loe? rumah gue dikunci sama boneka itu, gue berharap boneka itu gak nemuin gue, gue lagi di dalam lemari.” Indri berbicara pelan di telingaku.
“praa…ngggg.” Suara gelas pecah berasal dari belakangku.
“hihihi… maaf.” Aku menoleh ke arah belakang, melihat 2 boneka kayu berukuran besar memecahkan gelas kesayanganku dengan senyuman yang sumringah sambil meminta maaf ke arahku. Membuat aku merinding ngeri.
“AAAGH..” indri teriak. Lalu, suara telpon kami terputus. Aku putus asa apa yang mesti aku lakukan..?
3
hari berlalu…
Sejak kejadian itu, boneka-boneka itu menghilang entah kemana! Yang pasti aku hanya bisa bersyukur atas perginya boneka-boneka setan itu. Siang ini matahari begitu semangatnya menyebarkan cahaya panasnya, ayah dan ibuku pergi keluar untuk membeli keperluan kami, aku sempat di ajak oleh mereka tapi, aku menolaknya lantaran tugas sekolahku belum diselesaikan.
“teng ne… ne.. ne… ne… teng… ne… ne…” suara lagu dari kotak musik mainanku yang kusimpan, berbunyi, aku sempat kaget. Aku mencoba melihat apa yang ada di gudangku sehingga kotak musikku berbunyi. Ku buka pintu gudang itu dan apa yang kau tahu di dalam sana?
“hiy.. hiy.. hiy…” boneka itu menertawaiku. Aku berlari keluar tapi, usahaku sia-sia dan ‘bruuuk’ pintu gudang terkunci aku tekunci di dalam gudang dan kalian tahu apa yang mereka lakukan kepadaku ialah sesuatu yang mengerikan telah terjadi denganku dan indri. dan semua boneka itu tidak akan menghilang sampai mereka benar-benar puas untuk menakuti, menjaili, membuat aku dan indri tidak nyaman berada di rumah dan di sekolah mereka akan selalu terus mengintai dan mengikuti kami berdua. Hingga semua orang yang berada di sekitar aku dan indri menganggap kami gila dengan ocehan bodoh yang terlontar dari mulut kami.
Sejak kejadian itu, boneka-boneka itu menghilang entah kemana! Yang pasti aku hanya bisa bersyukur atas perginya boneka-boneka setan itu. Siang ini matahari begitu semangatnya menyebarkan cahaya panasnya, ayah dan ibuku pergi keluar untuk membeli keperluan kami, aku sempat di ajak oleh mereka tapi, aku menolaknya lantaran tugas sekolahku belum diselesaikan.
“teng ne… ne.. ne… ne… teng… ne… ne…” suara lagu dari kotak musik mainanku yang kusimpan, berbunyi, aku sempat kaget. Aku mencoba melihat apa yang ada di gudangku sehingga kotak musikku berbunyi. Ku buka pintu gudang itu dan apa yang kau tahu di dalam sana?
“hiy.. hiy.. hiy…” boneka itu menertawaiku. Aku berlari keluar tapi, usahaku sia-sia dan ‘bruuuk’ pintu gudang terkunci aku tekunci di dalam gudang dan kalian tahu apa yang mereka lakukan kepadaku ialah sesuatu yang mengerikan telah terjadi denganku dan indri. dan semua boneka itu tidak akan menghilang sampai mereka benar-benar puas untuk menakuti, menjaili, membuat aku dan indri tidak nyaman berada di rumah dan di sekolah mereka akan selalu terus mengintai dan mengikuti kami berdua. Hingga semua orang yang berada di sekitar aku dan indri menganggap kami gila dengan ocehan bodoh yang terlontar dari mulut kami.
***
Ketika aku melihat poster berisikan No druks imajinasiku kembali
meneggelamkanku Di
tahun 2013 ini, ternyata masih ada saja, pengedar nark*ba, pecandu nark*ba, dan
sebagainya. Sebenarnya apa sih yang dipikirkan oleh pelaku tersebut, apa mereka
tidak takut dosa? bahkan apa mereka tidak takut TUHAN? waduh, gawat nih bila
mereka tidak takut TUHAN, itu namanya tidak menghargai TUHAN. itulah yang
dilakukan oleh fahrel syahputra, sampai akhirnya dia masuk jeruji besi alias
penjara, dan di situlah fahrel syahputra tobat.
Sebenarnya
sih asal muasal fahrel menjadi pecandu, akibat kelalaian orangtua dan kurang
mendapat perhatian dari orangtua. Orangtua fahrel sangat sibuk dengan masalah
bisnisnya masing-masing, akibatnya, ya begitulah fahrel kesal dengan
orangtuanya dan akhirnya dia memutuskan untuk memakai obat-obatan alias
nark*ba. Awalnya sih fahrel dan teman-temannya hanya coba-coba saja, setelah
beberapa kali memakai nark*ba, akhirnya mereka bergantung pada barang haram
tersebut.
Mau
tau kelanjutan ceritanya, yuk.. disimak…
“fahrel…
fahrel…” panggil mama dari luar rumah.
“iya.. ma” sahut farel menuju luar rumah dengan malas
“mama sama papa pergi dulu ke munchen, jerman ya, fahrel mau oleh-oleh apa?” Tanya mama.
“GAK ADA!!!” bentak fahrel
“fahrel maunya mama di rumah saja” pinta fahrel dengan nada marah
“jangan gitu dong sayang, mama dengan papa kan kerja untuk masa depan fahrel juga” bujuk mama
“ya, gak perlu juga kan mama kerja, bila papa aja yang kerja, kan rezeki kita sudah lebih dari cukup ma” ucap fahrel, sambil ngelirik papa yang dari tadi hanya nginyem.
“ya udah lah, kapan-kapan saja kita lanjutin omongan ini, mama sama papa udah telat nih” ujar mama. Segera mama dan papa langsung masuk mobil avanza berwarna hitam metalik milik keluarga fahrel, tidak lama kemudian, avanza itu pun langsung meninggalkan rumah fahrel dan meluncur ke bandara HANG NADIM – BATAM.
“iya.. ma” sahut farel menuju luar rumah dengan malas
“mama sama papa pergi dulu ke munchen, jerman ya, fahrel mau oleh-oleh apa?” Tanya mama.
“GAK ADA!!!” bentak fahrel
“fahrel maunya mama di rumah saja” pinta fahrel dengan nada marah
“jangan gitu dong sayang, mama dengan papa kan kerja untuk masa depan fahrel juga” bujuk mama
“ya, gak perlu juga kan mama kerja, bila papa aja yang kerja, kan rezeki kita sudah lebih dari cukup ma” ucap fahrel, sambil ngelirik papa yang dari tadi hanya nginyem.
“ya udah lah, kapan-kapan saja kita lanjutin omongan ini, mama sama papa udah telat nih” ujar mama. Segera mama dan papa langsung masuk mobil avanza berwarna hitam metalik milik keluarga fahrel, tidak lama kemudian, avanza itu pun langsung meninggalkan rumah fahrel dan meluncur ke bandara HANG NADIM – BATAM.
“sebenernya
aku males banget nih punya orangtua gini, gak ngerti sama anak, mereka pikir
dengan mereka kasih aku uang lebih dari cukup, tanggung jawab mereka udah
selesai gitu, aku coba make put*uw ah… siapa tau itu bikin aku tenang” ujar
fahrel di kos-kosan teman-nya.
“ya udah mari kita memakai put*uw” sahut salah satu teman fahrel.
“tapi, aku gak ado pitty lah” sahut teman fahrel yang satu
“tenang aja, aku ada uang kok.” ucap farel
“ya udah mari kita memakai put*uw” sahut salah satu teman fahrel.
“tapi, aku gak ado pitty lah” sahut teman fahrel yang satu
“tenang aja, aku ada uang kok.” ucap farel
Akhirnya
Fahrel dan teman-teman nya pun menjadi pecandu put*uw. semenjak fahrel memakai
barang haram tersebut, dia mulai berhalusinasi memiliki istana yang megah, dan
mempunyai banyak prajurit yang gagah perkasa, serta memiliki permaisuri yang
sangat cantik jelita. dan pada suatu hari, di kos-kosan teman fahrel,
terjadilah penggerebekan di tempat kejadian, dan sangat pas sekali saat itu
fahrel beserta teman-temannya sedang melakukan pesta nark*ba dan minuman keras.
Polisi mendapat informasi kasus fahrel, dari tetangga sekitar kos-kosan.
Setelah
mempunyai bukti-bukti yang kuat, akhirnya fahrel dan teman-teman nya pun
mendapat hukuman 7 tahun penjara, sebelum mereka di penjara, mereka di
tempatkan di RSKO. Setelah keluar penjara, dan menhirup udara luar penjara,
akhirnya fahrel pun menyadari akan kesalahannya selama ini alias tobat.
Nasihat:
berdasarkan cerita di atas, kita bisa menyadari bagaimana bahaya nya nark*ba
itu. dan bila di pikirkan, apa sih untungnya menggunakan barang nark*ba
tersebut. dan bagi orangtua pun juga bisa menyadari jangan sampai anak kita
kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari kita.
***
Pahit
benar kalau dirasa baik-baik. Tidak ada rasa yang sebaik ini jika kita hanya
berdiam diri. Renung-renung malam sepi dalam untaian nada tak bersuara hanya
merintih, menangis, sedih, luka bagai terkulai lemas. Aku dan jiwaku terpaku
dalam nada-nada yang tak bisa di ungkapkan kata demi kata, bait demi bait, dan
alur demi alur. Cerita panjang yang akhirnya kandas dalam perjuangan sesaat.
Melawan
taqdir adalah hal yang paling tidak mungkin dilakukan oleh seorang manusia
tidak berdaya seperti kita, mengubah arang menjadi api, mengubah debu menjadi
asap, mengubah angin menjadi hujan, mengubah air mata menjadi tawa. Semua itu
adalah hal-hal tersulit yang tak dapat di tembus akal manusia seperti kita,
berjuang untuk hidup atau berjuang untuk berkuasa.
Hari
yang satu dengan hari yang lain telah berlalu dalam mutiara pujangga harahab,
melantunkan berkat demi keindahan sesaat, membawa pahit duka nestapa yang
begitu mendalam. Merubah alur menjadi jalan panjang yang tak berketentuan arah.
Berontaklah, anestesia! Berontaklah! dalam dawai yang tersendak dari dulu mati.
Bergumam dalam nyanyian arwah yang tak pernah terdengar dan terasa dari hati
setiap manusia yang mati. Aku dan perjalanan hidupku kini mulai melarikana diri
dalam hutan-hutan cemoohan, huta-hutan hinaan, hutan-hutan makian dan
perulangan yang tak dapat dipungkiri baik atau buruknya.
Aku
dalam aku kian makin marak bertanya dalam dengki dan dendam. Mengubah kata maaf
menjadi bencana panjang. Aku tak sanggup membawa semua beban yang terkulai
lebar sendiri, membawa lari darah yang membawaku dalam ajal kematian.
Tapi,
kini kesadaranku mulai nyata adanya, bahwa aku dalam hidup ini harus yakin akan
merpati putih yang baik dan penuh tanya, memaafkan semua, membuatnya menjadi
indah pada waktunya.
Berlarilah
dengan mulia dalam hidup yang penuh dusta nestapa, berlarilah dengan membawa
kehancuran yang tak kunjung datang. Yakinilah semua berubah dengan indah dan
nikmat, penuh rasa, penuh suka cita, baik cepat atau lambat, kelak dunia akan
membuktikan kebenaran mutlak yang tak terelakan.
***
Setelah aku menonton film Holliwood tadi malam aku jadi melamun dan
membayangkan suatu Cerita ada 6 sahabat yang bernama Ayu, Irma, Nisa,
Aldo, Rama dan Yuda sedang liburan di perancis, mereka tinggal di rumah kakak
Ayu yang bekerja disana. Mereka pun berjalan-jalan di kota yang penuh cahaya
dan romantis itu. Akan tetapi, mereka harus pergi ke jepang dikarenakan saudara
Ayu ada yang meninggal disana. Singkat cerita, mereka pun tiba di jepang dan
pergi ke pemakaman.
2 hari
pun telah berlalu tetapi mereka disana merasa bosan dan akhirnya mereka
berencana untuk camping di hutan.
Aldo: “kita enaknya camping dimana ya”.
Iim: “ke gunung aokigahara aja disitu hutanya bagus”.
Rowi: “iya hutan itu bagus banget kita kan udah 5 tahun tinggal disini jadi kita tau tempat yang bagus”.
Yuda: “ya udah deh tapi disitu nggak ada hantunya kan”.
Rowi: “Emm, anu anu ya nggak ada lah” sambil sedikit gugup
Aldo: “kita enaknya camping dimana ya”.
Iim: “ke gunung aokigahara aja disitu hutanya bagus”.
Rowi: “iya hutan itu bagus banget kita kan udah 5 tahun tinggal disini jadi kita tau tempat yang bagus”.
Yuda: “ya udah deh tapi disitu nggak ada hantunya kan”.
Rowi: “Emm, anu anu ya nggak ada lah” sambil sedikit gugup
Keesokan
harinya akhirnya pun mereka berangkat menuju hutan aokigahara, setelah sampai,
mereka sedikit bingung dikarenakan hutan itu kelihatan angker, ketika mereka
berjalan di tengah hutan mereka terpisah menjadi 2 kelompok, kelompok 1 ayu,
nisa, rama, yuda kelompok 2 irma, iim, rowi, aldo.
Di
kelompok 1.
Ayu: “loh yang lainya kemana?”.
Nisa: “aku juga nggak tau”.
Yuda: “kok mereka bisa nggak ada wah hebat berarti mereka bisa main sulap”.
Rama: “sulap apaan mereka hilang beneran tau”.
Ayu: “aku yakin ini ada sangkut pautnya tentang hutan ini, dari awal aku sudah curiga sama tempat ini”.
Nisa: “kurang ajar berarti iim dan rowi membohongi kita semua dong”.
Ayu: “aku rasa begitu”.
Yuda: “kurang ajar pokoknya kalau ketemu gue, bakal gue jadiin rendang mereka berdua”.
Aldo: “emang bisa”.
Yuda: “mungkin”.
Ayu: “loh yang lainya kemana?”.
Nisa: “aku juga nggak tau”.
Yuda: “kok mereka bisa nggak ada wah hebat berarti mereka bisa main sulap”.
Rama: “sulap apaan mereka hilang beneran tau”.
Ayu: “aku yakin ini ada sangkut pautnya tentang hutan ini, dari awal aku sudah curiga sama tempat ini”.
Nisa: “kurang ajar berarti iim dan rowi membohongi kita semua dong”.
Ayu: “aku rasa begitu”.
Yuda: “kurang ajar pokoknya kalau ketemu gue, bakal gue jadiin rendang mereka berdua”.
Aldo: “emang bisa”.
Yuda: “mungkin”.
Di
tengah perjalanan tiba-tiba kaki nisa masuk di dalam lumpur mereka pun berusaha
menolong nisa akan tetapi nisa sudah tenggelam di dalam lumpur tersebut, mereka
pun sedih dan menyesal.
Di sisi
lain kelompok 2 menemukan sebuah perkampungan seperti gubuk tapi anehnya tidak
berpenghuni dan banyak sekali tengkorak yang digantung di atas pohon. Tiba-tiba
aldo merasa gatal-gatal dan menggaruk tubuhnya hingga terlihat tulang dan
dagingnya hingga ia meninggal dengan mengenaskan.
Irma:
“al, kenapa loe harus mati mengenaskan seperti ini”.
Rowi: “udah-udah jangan sedih lagi lagian udah terlanjur mati aja nggak bakalan bisa hidup lagi”.
Irma: “enak banget loe ngomong mati loe pikir ini masalah yang enteng aldo tuh sahabat gue tau, iya loe baru kenal sama dia jadi loe nggak merasa kehilangan”.
Iim: “udah-udah nggak usah debat”.
Irma: “tempatnya kok serem banget ya? Banyak tengkorak lagi, tempat apaan sih ini”.
Iim: “aku juga nggak tau sebaiknya kita istirahat di salah satu rumah yuk”.
Irma: “iya ayo iiihhh tempat yang tragis”. sambil berjalan
Rowi: “udah-udah jangan sedih lagi lagian udah terlanjur mati aja nggak bakalan bisa hidup lagi”.
Irma: “enak banget loe ngomong mati loe pikir ini masalah yang enteng aldo tuh sahabat gue tau, iya loe baru kenal sama dia jadi loe nggak merasa kehilangan”.
Iim: “udah-udah nggak usah debat”.
Irma: “tempatnya kok serem banget ya? Banyak tengkorak lagi, tempat apaan sih ini”.
Iim: “aku juga nggak tau sebaiknya kita istirahat di salah satu rumah yuk”.
Irma: “iya ayo iiihhh tempat yang tragis”. sambil berjalan
Dikelompok
1 mereka bertiga terus berjalan dan akhirnya sampai di perkampungan gubug yang
penuh dengan tengkorak.
Ayu: “tempat apaan nih kok banyak tengkoraknya”.
Yuda: “iya kayak tempat pembunuhan aja, eh gue punya ide gimana tengkorak ini kita bawa pulang lalu kita jual aja”.
Rama: “yuda mana ada orang yang mau beli tengkorak, emang loe mau mungutin tengkorak-tengkorak itu semua”.
Yuda: “nggak sih tapi kan ada elo yang mau mungutin”.
Rama: “yee siapa juga yang mau mungutin”.
Ayu: “udah-udah nggak usah debat lagi, eh itu kayaknya irma deh”.
Rama: “iya kita kesana yuk”.
Ayu: “tempat apaan nih kok banyak tengkoraknya”.
Yuda: “iya kayak tempat pembunuhan aja, eh gue punya ide gimana tengkorak ini kita bawa pulang lalu kita jual aja”.
Rama: “yuda mana ada orang yang mau beli tengkorak, emang loe mau mungutin tengkorak-tengkorak itu semua”.
Yuda: “nggak sih tapi kan ada elo yang mau mungutin”.
Rama: “yee siapa juga yang mau mungutin”.
Ayu: “udah-udah nggak usah debat lagi, eh itu kayaknya irma deh”.
Rama: “iya kita kesana yuk”.
Akhirnya
mereka bertemu kembali mereka pun senang.
Irma: “akhirnya kita dapat bertemu lagi”.
Ayu: “iya gue senang banget, eh row, im rahasia apa yang loe sembunyiin dari kita semua”.
Rowi: “nggak ada kok”.
Yeheskiel: “nggak usah bohong deh loe, gue jadiin rendang baru tau rasa loe”.
Rama: “iya nggak usah bohong deh jujur aja kali”.
Iim: “oke sebenarnya hutan aokigahara Dikenal dengan sebutan “Lautan Pohon”, hutan lebat seluas 32 kilometer di barat laut kaki Gunung Fuji, Namanya, Aokigahara. Rumor menyebut, ia memiliki cadangan besi di bawah tanahnya, yang mengganggu kerja kompas, menyesatkan para pejalan kaki yang menembus belantara. Yang paling menyedihkan, hutan ini menjadi lokasi bunuh diri, lebih dari 500 kasus yang dilaporkan sejak tahun 1950an. Penduduk setempat mengklaim kerap mendengar jeritan arwah di tengah malam. Tingginya angka bunuh diri memicu pemerintah memasang papan himbauan larangan bunuh diri. Sejak tahun 1970, dibentuk tim yang terdiri dari polisi, relawan, dan jurnalis yang bertugas menyusur hutan mencari mayat-mayat. Namun, kerja tim tersebut kalah berat ketimbang pekerja hutan. Merekalah yang bertugas membawa mayat dari hutan ke pos penjagaan hutan. Tubuh mayat, yang kadang sudah membusuk, diletakkan di kamar khusus untuk para korban bunuh diri. Para pekerja itu lalu hom-pim-pah, siapa yang kalah akan diberi tugas khusus – tidur di ruangan bersama jenazah. Sebab, diyakini akan berakibat buruk jika jenazah ditinggalkan sendirian. Arwah penasaran jenazah itu, ‘yurei’ akan menjerit-jerit sepanjang malam. Tak hanya itu, jenazah itu konon akan berpindah dengan sendirinya.
Irma: “akhirnya kita dapat bertemu lagi”.
Ayu: “iya gue senang banget, eh row, im rahasia apa yang loe sembunyiin dari kita semua”.
Rowi: “nggak ada kok”.
Yeheskiel: “nggak usah bohong deh loe, gue jadiin rendang baru tau rasa loe”.
Rama: “iya nggak usah bohong deh jujur aja kali”.
Iim: “oke sebenarnya hutan aokigahara Dikenal dengan sebutan “Lautan Pohon”, hutan lebat seluas 32 kilometer di barat laut kaki Gunung Fuji, Namanya, Aokigahara. Rumor menyebut, ia memiliki cadangan besi di bawah tanahnya, yang mengganggu kerja kompas, menyesatkan para pejalan kaki yang menembus belantara. Yang paling menyedihkan, hutan ini menjadi lokasi bunuh diri, lebih dari 500 kasus yang dilaporkan sejak tahun 1950an. Penduduk setempat mengklaim kerap mendengar jeritan arwah di tengah malam. Tingginya angka bunuh diri memicu pemerintah memasang papan himbauan larangan bunuh diri. Sejak tahun 1970, dibentuk tim yang terdiri dari polisi, relawan, dan jurnalis yang bertugas menyusur hutan mencari mayat-mayat. Namun, kerja tim tersebut kalah berat ketimbang pekerja hutan. Merekalah yang bertugas membawa mayat dari hutan ke pos penjagaan hutan. Tubuh mayat, yang kadang sudah membusuk, diletakkan di kamar khusus untuk para korban bunuh diri. Para pekerja itu lalu hom-pim-pah, siapa yang kalah akan diberi tugas khusus – tidur di ruangan bersama jenazah. Sebab, diyakini akan berakibat buruk jika jenazah ditinggalkan sendirian. Arwah penasaran jenazah itu, ‘yurei’ akan menjerit-jerit sepanjang malam. Tak hanya itu, jenazah itu konon akan berpindah dengan sendirinya.
Ayu:
“apa jadi ini hutan setan lantas kenapa kalian membawa kami ke tempat ini”.
Rowi: “karena kita yakin kalian lah yang bisa menghilangkan hantu-hantu di hutan ini karena penduduk sudah resah akan jeritan setan dan hilangnya orang yang pergi kesini”.
Irma: “caranya?”.
Iim: “dengan mencari kristal merah dan menghancurkannya maka setan yang ada disini semuanya akan hilang”.
Yuda: “oh gitu, tapi dari tadi gue kayaknya nggak lihat aldo deh”.
Irma: “aldo udah meninggal”.
Rama: “apa, pasti loe bohong kan”.
Irma: “gue nggak bohong terus nisa juga kemana?”.
Ayu: “nisa juga udah meninggal”.
Irma: “apa” mulai menangis
Ayu: “nggak usah drama deh disini kita harus membasmi hantu”.
Rowi: “karena kita yakin kalian lah yang bisa menghilangkan hantu-hantu di hutan ini karena penduduk sudah resah akan jeritan setan dan hilangnya orang yang pergi kesini”.
Irma: “caranya?”.
Iim: “dengan mencari kristal merah dan menghancurkannya maka setan yang ada disini semuanya akan hilang”.
Yuda: “oh gitu, tapi dari tadi gue kayaknya nggak lihat aldo deh”.
Irma: “aldo udah meninggal”.
Rama: “apa, pasti loe bohong kan”.
Irma: “gue nggak bohong terus nisa juga kemana?”.
Ayu: “nisa juga udah meninggal”.
Irma: “apa” mulai menangis
Ayu: “nggak usah drama deh disini kita harus membasmi hantu”.
Tiba-tiba
angin berhembus sangat kencang sampai mereka hampir terbawa oleh angin itu, iim
dan rowi menghimbau untuk jangan sampai terbawa oleh angin itu, mereka pun
bertahan dengan sekuat tenaga namun angin semakin bertambah kencang hingga
akhirnya vina terbawa oleh angin itu, angin pun berhenti akan tetapi mereka
kehilangan satu teman lagi, di sisi lain rowi yang terbawa oleh angin ia berada
di goa yang sangat gelap dan tiba-tiba semua hantu yang bunuh diri di hutan
tersebut mendekati rowi dan mencakar rowi sampai ia tewas.
Akhirnya
pun mereka melanjutkan perjalanan mencari kristal merah yang konon berada di
bawah pohon persik yang tak lain pohon itu hanya ada satu dari ribuan pohon di
hutan aokigahara. Ketika mereka sedang berjalan di jalan yang diapit oleh dua
jurang tiba-tiba iim terpereset dan masuk ke dalam jurang, telah hilang satu
teman lagi kini tinggal mereka berempat mereka yang harus mencari pohon persik,
ketika mereka sedang beristirahat untuk minum tiba-tiba ada sesosok kuntilanak
yang mendekati mereka, mereka semua pun lari akan tetapi kaki yuda terjebak di
akar pohon dan ia pun dicekik hingga tewas.
Tinggal
3 orang yang masih hidup, kini mereka lebih bersungguh-sungguh untuk mencari
batu kristal tersebut, ketika mereka berjalan ternyata mereka kembali lagi ke
perkampungan rumah gubug dan mereka melihat jasad teman-teman mereka digantung
di atas pohon mereka pun menjadi histeris dan menangis.
Rama:
“seharusnya gue nggak pernah ikut acara camping ini kalau ternyata gue harus
berhadapan dengan hantu-hantu dan melihat sahabat gue mati secara tragis
mending gue pulang aja sekarang”.
Ayu: “loe jangan pulang ka, kita harus mencari batu kristal itu bersama-sama”.
Raka: “kita nggak bakalan tau kapan kita mati mungkin kita juga akan mati di tempat ini”.
Ayu: “loe jangan gitu deh kita harus bisa melawan hantu-hantu itu optimis dong”.
Rama: “gak gue mau pulang”.
Ayu: “kalau loe mau pulang silahkan, loe bilang mungkin kita akan mati di tempat ini seenggaknya kalau kita mati disini kita udah barbuat kebaikan untuk orang banyak”.
Rama: “loe bener kemungkinan besar kita akan mati tapi kalau kita mati untuk kebaikan kita akan bisa mati dengan tenang”.
Ayu: “gitu dong”.
Irma: “kalian ngomongin apa sih?”.
Ayu: “ngomongin hantu”.
Irma: “owh”.
Ayu: “loe jangan pulang ka, kita harus mencari batu kristal itu bersama-sama”.
Raka: “kita nggak bakalan tau kapan kita mati mungkin kita juga akan mati di tempat ini”.
Ayu: “loe jangan gitu deh kita harus bisa melawan hantu-hantu itu optimis dong”.
Rama: “gak gue mau pulang”.
Ayu: “kalau loe mau pulang silahkan, loe bilang mungkin kita akan mati di tempat ini seenggaknya kalau kita mati disini kita udah barbuat kebaikan untuk orang banyak”.
Rama: “loe bener kemungkinan besar kita akan mati tapi kalau kita mati untuk kebaikan kita akan bisa mati dengan tenang”.
Ayu: “gitu dong”.
Irma: “kalian ngomongin apa sih?”.
Ayu: “ngomongin hantu”.
Irma: “owh”.
Mereka
terus menelusuri hutan dan mencari batu kristal hingga akhirnya mereka
menemukan pohon persik tepat di tepi sungai yang dalamnya hingga 500 meter dan
ternyata batu itu berada di dalam sebuah peti irma mencoba mengambil peti itu
namun sayang ia terpereset dan masuk ke sungai.
Ayu: “irma, bertahan ma gue pasti bakal nyelametin elo”.
Irma: “nggak usah mungkin takdir gue harus mati disini loe cepat ambil kristal itu dan cepat hancurkan dan setelah menghancurkanya loe cepat pergi dari sini karena tepat setelah loe menghancurkan kristal itu maka orang yang berada di tempat ini akan mati juga”.
Ayu: “loh loe kok tahu”.
Irma: “gue pernah baca tentang artikel hutan aokigahara sebelumnya gue anggap mitos ternyata itu nyata, gue udah nggak kuat selamat tinggal teman-teman”.
Ayu: “irmaaa”.
Irma pun masuk ke sungai ayu pun sangat sedih dan kecewa karena tak bisa menyelamatkan irma.
Ayu: “irma, bertahan ma gue pasti bakal nyelametin elo”.
Irma: “nggak usah mungkin takdir gue harus mati disini loe cepat ambil kristal itu dan cepat hancurkan dan setelah menghancurkanya loe cepat pergi dari sini karena tepat setelah loe menghancurkan kristal itu maka orang yang berada di tempat ini akan mati juga”.
Ayu: “loh loe kok tahu”.
Irma: “gue pernah baca tentang artikel hutan aokigahara sebelumnya gue anggap mitos ternyata itu nyata, gue udah nggak kuat selamat tinggal teman-teman”.
Ayu: “irmaaa”.
Irma pun masuk ke sungai ayu pun sangat sedih dan kecewa karena tak bisa menyelamatkan irma.
Ayu:
“irma ram ia sudah nggak ada”.
Rama: “udah-udah loe yang tabah ya irma udah tenang di atas sana loe jangan nangis lagi dong semangat”.
Ayu: “iya gue semangat kok cepat ambil tuh peti”.
Rama: “iya-iya”.
Rama: “udah-udah loe yang tabah ya irma udah tenang di atas sana loe jangan nangis lagi dong semangat”.
Ayu: “iya gue semangat kok cepat ambil tuh peti”.
Rama: “iya-iya”.
Akhirnya
mereka berhasil mendapatkan kotak peti itu dan benar batu kristal merah itu
memang ada di dalam peti itu mereka pun membawa kristal itu menuju ke
perbatasan hutan dan perkampungan penduduk (singkat cerita) mereka sudah hampir
sampai ke perbatasan dengan mengendarai mobil akan tetapi hantu itu malah
menabrakan mobil ayu dan rama di pohon mereka pun langsung keluar dari dalam
mobil, dan lari dengan secepat mungkin akan tetapi rama mengecoh perhatian
hantu-hantu itu.
Ayu:
“rama loe mau ngapain”.
Rama: “gue mau mengecoh perhatian musuh loe lari aja lalu cepat hancurkan kristal itu”.
Ayu: “tapi ram, loe bagaimana?”.
Rama: “nggak usah peduliin gue loe cepat lari aja”.
Ayu: “baiklah”.
Rama: “gue mau mengecoh perhatian musuh loe lari aja lalu cepat hancurkan kristal itu”.
Ayu: “tapi ram, loe bagaimana?”.
Rama: “nggak usah peduliin gue loe cepat lari aja”.
Ayu: “baiklah”.
Sampai
di perbatasan ayu menghancurkan batu kristal itu, setelah hancur hantu-hantu
yang ada disitu menjerit-jerit sangat kencang hingga tidak terdengar suara
lagi, ayu pun segera menghampiri rama dan untunglah rama tak tewas karena ia
sudah keluar dari hutan aokigahara dan ia hanya terluka parah dan sekarang
hutan itu sudah tidak angker lagi dan tidak akan ada orang-orang yang mendengar
suara hantu di tempat itu.
Ayu dan
rama telah mendapat penghargaan dari pemerintah jepang karena telah membasmi
hantu-hantu di hutan aokigahara dan kembali mensejahterakan penduduk jepang
akan tetapi tak hanya ayu dan rama ke-6 temanya juga mendapat penghargaan.
Polisi,
relawan dan pekerja hutan mencari mayat-mayat di hutan aokigahara dan ayu
beserta rama melihat jasad-jasad teman mereka yang dibawa oleh pekerja hutan
(singkat cerita) jasad-jasad kelima temanya diterbangkan ke jakarta untuk
dimakamkan tetapi jasad nisa tidak ditemukan karena disebabkan jasadnya
tenggelam di dalam lumpur yang sangat dalam. Ayu dan rama pun juga menghadiri
resepsi pemakaman teman-temannya.
***
Waktu
itu aku sedang berlibur di sebuah desa kecil. Desa itu sangat menarik karena
sepi dan jauh dari kota. Ketika aku sedang berjalan-jalan dengan adikku, aku
melihat sebuah rumah dengan desain kuno. Aku dan adikku mencoba masuk ke rumah
berdesain kuno itu. Ketika berjalan di lorongnya aku melihat banyak sekali
hantu. Ada hantu kepala buntung, suster ngesot, kuntilanak ,pocong dan masih
banyak lagi. Aku dan adikku ketakutan sekali. Aku segera menyuruh adikku
keluar.
Esoknya
aku menemukan sebuah surat di depan tempat yang kutinggali. Isi surat itu
adalah “KALAU BERANI, DATANGLAH KE RUMAH ITU LAGI” aku merasa tertantang. Lalu
aku mengajak kakakku untuk ke rumah itu lagi. Adikku juga ingin ikut karena dia
takut sendirian di rumah (orangtua kami tidak ikut).
Akhirnya
malam itu kami berangkat. Sesampainya di tempat itu, kakakku langsung ciut
nyalinya. Tapi aku meyakinkan bahwa tidak ada apa-apa di rumah ini. Ketika
memasuki lorong, seperti kemarin banyak hantu yang berkeliaran. Hawa dingin
yang menyebar sangat membuat kakak dan adikku ketakutan. Aku segera menenangkan
mereka agar mereka mau ikut menyelidiki rumah ini.
Kami
pun tiba di sebuah ruangan cukup kuno. Di sana duduk hantu yang sangat cantik.
Hantu itu mengatakan kami agar jangan takut. Kami disuruh duduk di sebuah kursi
ukir-ukiran dari besi. Kami pun duduk. Tiba-tiba hantu itu berkata bahwa kami
adalah bagian dari mereka. Aku dan kakakku diam saja. Sementara adikku
menangis. Tiba tiba hantu itu menyuruh kami berdiri. Kami pun berdiri dan
melihat ke arah kursi. Kami tergeletak tak bernyawa. Rupanya kursi yang kami
duduki adalah kursi listrik. Pengalaman yang cukup
menyeramkan yang pernah aku alami
***
Beberapa hari
aku mengalami pengalaman yang aneh sekarang ini yang lebih Aneh
Aku
berdiri di depan cermin besar. Tubuhku tidak tampak disana. Hanya seorang wanita
cantik yang selalu membuatku iri. Aku menatap sinis wanita di balik cermin itu.
Ketika
lenganku bergerak, ia selalu mengikuti apa yang kulakukan. Seperti saat ini,
ketika aku tersenyum, ia membalas senyumanku. Kugenggamkan jari-jari tanganku
dengan kuat. Aku mengepal ke arah cermin.
Wanita
itu mengikuti apa yang kulakukan. Hanya tangannya lebih halus dan putih dari
tanganku. Bahkan kuku-kuku indahnya berbanding terbalik dengan punyaku yang
tajam dan hitam.
Rambutku
yang terburai tidak teratur, berbeda sekali dengannya yang tertata rapi bahkan
hitam tergerai indah. Aku tidak berani membandingkan tubuh dan wajahnya. Semua
seperti langit dan bumi.
Aku
yang keriput dengan cekungan mata besar dan hitam. Ditambah bola mata kemerahan
dan hidung pesek. Berbeda sekali dengan kulit wajahnya yang halus. Mata sayu
dengan bulu mata lentik, serta hidung mancungnya yang menggemaskan. Bibirnya
yang tipis dan barisan gigi rapi nan menawan. Seakan menertawakanku yang
bermulut sumbing dengan gigi tak beraturan serta sepasang taring di sudutnya.
“Sialan!”
aku mengutuk diri sendiri.
Apa
yang kulihat bukanlah diriku lagi. Aku kini jelek, dengan bentuk tubuh tak
beraturan. Tidak yakin dimana jantungku hinggap. Bahkan sobekan di punggung
membuat tulang rusukku menyeruak.
Kakiku
bengkok dan pincang. Sebagian masih lengkap dengan tulang dan daging, sebagian
lagi hanya tersisa tulangnya saja. Telapak kaki kananku hilang, kini kuganti
dengan tongkat kayu yang mulai lapuk. Jangan berpikir tentang keindahan tubuhku
saat ini. Sangat kontras dengan wanita yang berdiri tegak di balik cermin.
“Tidak
lama lagi aku akan kembali.” Aku mendengus kencang.
Kusentuh
cermin itu. Kedua tangan kami saling bertautan. Aku bisa melihat pundaknya yang
halus. Ia memakai pakaian yang sudah pasti membuat laki-laki terjerat oleh
tubuhnya. Bahkan hanya dengan kerlingan mata, tidak ada yang bisa menolak
ajakan nakalnya.
Itulah yang tampak pada dirinya. Wanita idaman dan pujaan kaum laki-laki. Semua yang tampak padanya sangat sempurna untuk sekedar menjadi seorang wanita di bumi.
Itulah yang tampak pada dirinya. Wanita idaman dan pujaan kaum laki-laki. Semua yang tampak padanya sangat sempurna untuk sekedar menjadi seorang wanita di bumi.
Ia
adalah jelmaan bidadari dari langit. Itulah yang sering kudengar dari
mulut-mulut kotor di tepi jalan. Aku tahu dia bukan wanita murahan seperti apa
yang mereka pikirkan. Hanya saja, aku juga tidak bisa menampik, kalau dia telah
berpredikat kotor. Bukan karena tingkah lakunya, namun sebuah jerat yang
menimpa dirinya puluhan tahun silam.
Kini
aku yang jelek dan tidak dianggap oleh siapapun, tetapi aku akan menjadi
dirinya. Aku akan membalaskan setiap kebencian yang terpancar dari matanya. Aku
juga dipenuhi dendam, sama seperti dirinya.
Aku kembali menyeringai. Kupandangi jemari hitam yang kini berdampingan dengan telapak halus miliknya di balik cermin. Aku ingin merasakan jemari lembut itu itu mengusap tubuhku. Sudah lama sekali sejak kejadian yang membuatku harus hidup di antara dua dunia.
Aku kembali menyeringai. Kupandangi jemari hitam yang kini berdampingan dengan telapak halus miliknya di balik cermin. Aku ingin merasakan jemari lembut itu itu mengusap tubuhku. Sudah lama sekali sejak kejadian yang membuatku harus hidup di antara dua dunia.
“Aku
ingin kembali cantik!”
Dia
mengangguk untuk menunjukkan persetujuan terhadap apa yang akan kulakukan.
“Lakukan
apa yang kamu inginkan! Kamu akan menjadi diriku. Menjadi Jehan, sang bidadari.
Membuat iri para wanita karena laki-laki lebih memilihmu. Balaskan kebencian
dan dendamku! Aku dan kamu adalah satu,” kata wanita itu dengan mata tajam.
Kami
saling beradu. Aku bisa melihat garis yang menghubungkan tatapanku dengan bola
mata indahnya.
Aku mengangguk
dengan mantap. Sebuah persetujuan telah terjadi di antara kami.
“Kamu
akan menjadi cantik kembali!”
Aku
tidak peduli. Apapun yang terjadi, aku harus menjadi cantik dan akan kubuat
semua laki-laki merasakan dendamku.
Aku
menjulurkan lidah panjang yang basah dengan air liur. Kujilat tubuhnya dari
balik cermin. Aku kembali mendengus. Tatapan mata penuh kebencian menyerangku.
Aku tidak peduli dengan tingkahnya yang juga ikut bergerak seiring alur jilatan
yang kubuat.
Dis
tertawa terbahak. Sebuah gelas pecah akibat tawa kerasnya. Kuambil pecahan
gelas itu. Kugoreskan tepat di pergelangan tangan secara perlahan. Tidak ada
darah yang muncul disana. Hanya kulit terbuka penuh nanah yang terburai.
Aku
tersenyum getir. Kulempar kembali pecahan itu dan kali ini menimpa cermin besar
itu. Kuambil tongkat hitam di belakangku, lalu diayunkan ke arah cermin.
‘Prang,’
Suara pecah yang keras timbul akibat hantamanku.
Cermin
itu pecah berkeping-keping. Jatuh ke lantai tanah. Kuambil serpihan paling
besar. Kutatap wajah cantik itu yang diraut oleh goresan retak akibat
hantamanku. Aku tersenyum, begitu juga dirinya.
Beberapa
saat kemudian, tidak ada lagi wajah cantik di balik pecahan cermin. Hanya
bayangan mengerikan yang penuh luka. Semua terselimut oleh darah yang menetes.
Bahkan di balik matanya, aliran darah mengalir lembut seolah seperti ar mata.
Namun lebih kental dan tidak bening.
“Akan
kulakukan semuanya untukmu!”
—
Jo,
kucing kesayanganku, terkejut dengan kehadiranku. Ia segera melompat kembali ke
meja. Dengan kepala tegak, ia melihat aku yang duduk di samping Adi. Kubiarkan
mata itu tak terpejam.
Aku
mengusap lembut leher Adi. Tidak ada penolakan darinya, lebih tepat lagi ia
telah pasrah oleh tingkahku. Kubuka jaket yang menutupi tubuhnya.
Aku
mulai meraba dadanya yang masih berdetak.
“Kamu
baik sekali! Bersedia menjadi milikku selamanya. Jangan khawatir, semuanya akan
berjalan cepat. Tidak ada rasa sakit. Hanya ketenangan dan kenikmatan. Kamu
pasti suka!” kataku lembut tepat di samping telinganya.
Tangan
kananku segera bergerak dan meloncat lepas dari pergelangannya. Ia merayap di
sekujur tubuh Adi dari kepala hingga kaki. Aku merasakan apa yang ada di dalam
tubuh laki-laki ini.
Sesuai
dengan keinginanku, semua berjalan lancar. Sejenak kupandangi wajah polos itu.
Inikah wajah yang setiap saat bisa berubah. Dari polos tak berdosa menjadi siap
memangsa.
“Aku
tahu yang kamu inginkan. Namun keberuntungan tidak bersamamu. Saatnya aku
menjadikan dirimu korban n*fsuku,”
Mendadak
tubuh Adi bergetar. Tangan kiriku sudah ada di lehernya. Ibu jari menusuk dan
darah segar mengalir di sela-sela kulit. Kubiarkan darah itu mengalir hingga
membasahi dadanya. Terlihat segar.
Aku
tahu malam akan segera usai, jadi semua kulakukan dengan cepat. Kudekatkan
wajahku kelehernya. Tubuh Adi semakin bergetar hebat. Ia tidak berteriak ketika
darah di tubuhnya semakin berkurang. Hingga ia terkulai lemas.
Matanya
menutup perlahan. Dengan nikmat kuhirup wangi bekas gigitanku di lehernya.
Semua berlangsung cepat. Kubersihkan sisa-sisa darah yang masih menempel di
mulutku.
“Sekarang giliran kamu!” kataku kepada Jo.
“Sekarang giliran kamu!” kataku kepada Jo.
Kucing
itu melompat sigap dan melakukan apa yang baru saja dilihatnya dan melakukan
persis seperti diriku.
Ada
jemari yang menggelitik tengkukku. Aku segera menangkap jemari itu dan menyatukan
lagi di tangan kanan. Sesuatu berada di genggaman tangan kananku. Aku
mengerutkan dahi. Sangat berbeda. Mungkin Adi ini masih polos sehingga tidak
seperti laki-laki lain.
“Sepertinya
lebih lezat!” Aku berdecak dan menelan ludah.
“Biar kusimpan buat besok malam. Sekarang lebih baik tidur. Cukup untuk hari ini! Ayo Jo! Besok diteruskan lagi,” aku berseru kepada Jo yang masih asyik dengan Adi.
Jo melompat ke pangkuanku. Aku segera menggendongnya.
“Biar kusimpan buat besok malam. Sekarang lebih baik tidur. Cukup untuk hari ini! Ayo Jo! Besok diteruskan lagi,” aku berseru kepada Jo yang masih asyik dengan Adi.
Jo melompat ke pangkuanku. Aku segera menggendongnya.
—
“Jadi
siapa tadi namamu, aku lupa?” tanya Gio. Ia merasa pernah mengenalnya tapi
kapan dan dimana. Ia tidak ingat apakah benar mengenalnya atau hanya sekedar
khayalan saja.
“Namaku
Jehan Saraswati. Panggil saja Jehan!” kata wanita itu.
Gio
tidak menampik kecantikan Jehan. Sungguh sempurna. Bahkan lebih dari sekadar
bidadari. Perlahan ia mendekatkan duduknya agar bisa mencium aroma parfum khas
yang keluar dari tubuh Jehan.
“Kamu
berlibur disini? Yang jelas kamu bukan rombongan dari kampus kami. Karena aku
baru pertama kali melihatmu,” ucap Gio dengan nada meyakinkan.
Jehan
tersenyum. Ia terbiasa oleh tingkah laki-laki ketika berhadapan dengannya.
“Aku
menginap disana, itu milik pamanku,” kata Jehan sambil menunjuk sebuah bangunan
di atas bukit kecil.
Gio
terperajat ketika mengalihkan pandangan ke arah yang ditunjuk Jehan. Ia tidak
melihat apapun sedari kemarin di bukit sana. Dan kini tiba-tiba sebuah vila
megah berdiri di atas bukit itu.
“Aneh
kenapa aku gak liat, ada vila disana. Kemarin sempat jalan-jalan lewat bukit
itu,” desah Gio.
Namun
pikiran itu segera disingkirkannya. Ia merasa mungkin penglihatannya terganggu
atau ia kurang teliti memperhatikan sekitar.
“Kamu
sendiri disana?” tanyanya lagi kepada Jehan.
Udara
dingin pegunungan menambah sesuatu yang lain dipikiran Gio. Ia sadar wanita
secantik Jehan akan menjadi rebutan laki-laki dimanapun dia berada. Tetapi
tidak untuk sekarang, hanya ada Gio seorang. Jadi sebuah kesempatan terpampang
di depan mata.
“Ya,
aku sendiri! Ayahku pulang pagi ini karena urusan kantor. Sedangkan liburanku
masih panjang, jadi aku menikmati kesendirian disana,” jawab Jehan sambil
tersenyum lebar.
“Oh
begitu!” Gio menanggapi ucapan itu dengan penuh maksud.
“Eh
udah dulu ya! Aku harus kembali! Gak enak ditinggal lama-lama!” sergah Jehan
membuyarkan lamunan sejenak Gio yang belum tuntas.
“Silahkan,
senang bisa berkenalan denganmu!” sahut Gio dengan senyuman lebar.
Jehan
segera meninggalkan Gio yang masih terpaku oleh langkah kaki wanita itu.
Pandangan matanya mengekor setiap tubuh Jehan yang semakin menjauh. Ia terus
melihatnya hingga di ujung jalan tepat di samping vilanya.
Tidak
ada yang aneh disana, hingga sebuah angin tiba-tiba mendesak tubuh Gio untuk
berlindung. Gio segera berdiri di balik pohon besar. Angin itu terus berhembus
dan semakin besar. Dahan dan daun-daun pohon itu beterbangan.
Gio
membungkukkan badan. Ia berpindah di sisi lain pohon agar tidak terkena secara
langsung terpaan angin itu.
“Auw,”
teriaknya ketika sebuah ranting besar menimpa punggungnya.
Angin
itu telah berlalu. Gio melihat sekeliling. Matanya terperajat dan seolah tidak
percaya pada apa yang baru saja terjadi.
Tidak
ada bekas ranting maupun daun yang jatuh tertimpa angin. Bahkan pohon tempat
dirinya berlindung, ternyata lebih kecil dari perkiraannya. Pohon itu tidak
mampu menutupi tubuhnya jika terjadi angin kencang.
Gio
mengedarkan pandangan matanya. Ia masih mengenal jalan tempat vila dimana
rombongannya menginap. Namun ada yang aneh. Dimana vila megah di bukit itu? Ia
tidak melihatnya lagi. Tidak ada vila yang baru saja ditunjuk oleh wanita
bernama Jehan.
Gio
menatap kosong bukit itu. Matanya tidak salah. Masih seperti ketika ia pertama
kali tiba kemarin. Tidak ada bangunan apapun disana.
“Jehan,”
mulutnya tergerak menyebut nama itu.
—
Aku
tersenyum melihat laki-laki yang bernama Gio. Di atas sebuah pohon aku bisa
melihat dia dengan jelas. Aku tertarik olehnya. Namun Adi yang baru saja
menjadi korbanku sudah sangat berlebih.
“Lebih
baik aku tidak mengganggunya dulu!”
Kuhembuskan
sebuah angin besar yang keluar menerpa tubuh Gio. Terpaannya cukup untuk menggoyahkan
tubuh laki-laki itu. Aku melihat dia berlindung di bawahku.
Dia
tidak menyadari kehadiranku. Aku hanya tersenyum. Sungguh lucu memandang
tingkahnya yang sedang membungkuk seolah angin itu ingin menghamburkan
tubuhnya.
Kuambil sebatang dahan yang lumayan besar lalu kujatuhkan tepat di punggungnya. Dia terkejut dan menatap ke atas pohon. Aku tersenyum dan membalas tatapannya. Mungkin dia tidak melihatku di atas sini.
Kuambil sebatang dahan yang lumayan besar lalu kujatuhkan tepat di punggungnya. Dia terkejut dan menatap ke atas pohon. Aku tersenyum dan membalas tatapannya. Mungkin dia tidak melihatku di atas sini.
Kutinggalkan
Gio yang masih penasaran oleh kejadian angin yang baru saja menimpanya. Aku
menatap ke vila di bukit itu. Sudah lama tidak berkunjung kesana. Berbeda
dengan vilaku yang lusuh dan kotor. Vila itu sangat rapi dan bersih. Pamanku
memang merawat vila itu dengan baik.
“Terimakasih
Gio!” Aku berkata lembut di telinganya sebelum pergi menjauh.
Kujatuhkan sepucuk kertas untuk memberitahu keberadaan temannya, Adi.
Kujatuhkan sepucuk kertas untuk memberitahu keberadaan temannya, Adi.
—
Semua
panik dan cemas oleh penemuan mayat Adi di sebuah gubuk tua. Gio hanya
tertegun, tangannya meremas gemetar kertas yang telah mempertemukan sahabatnya
dalam kondisi tak bernyawa.
Polisi
yang menyusuri tepat itu tidak melihat sesuatu yang mencurigakan. Namun
kematian Adi serasa aneh. Tubuhnya masih utuh padahal telah seminggu dia
menghilang dan tidak ada bekas luka apapun.
Semua
tampak wajar dari luar, namun tidak dengan bagian organ dalam tubuhnya. Jantung
Adi tidak berada di tempatnya. Seolah ia hanya robot berbentuk manusia. Tidak
ada darah yang membeku. Semua kosong.
Gio
semakin takut oleh peristiwa ini. Dua hari yang lalu tanpa sengaja dia melihat
wanita yang mirip Jehan. Tepat di dalam rombongannya sebelum beranjak
meninggalkan daerah ini.
Ia membaca isi kertas itu untuk ketiga kalinya.
Ia membaca isi kertas itu untuk ketiga kalinya.
“Lima
puluh meter sebelum tikungan dari vilamu, ada sebuah gubuk tua. Sahabatmu ada
disana. Aku tidak janji, dia masih bisa tersenyum. Sebaiknya kamu segera
kesana, sebelum terlambat.
Dan jangan lupa, kalau aku selalu melihatmu. Tersenyumlah ketika aku menemuimu. Aku kesepian, mungkin aku akan membawamu ke vila megah yang pernah kutunjukkan padamu. Tentu saja, tidak sekarang. Karena aku masih menikmati darah dan jantung segar dari sahabatmu.”
Dan jangan lupa, kalau aku selalu melihatmu. Tersenyumlah ketika aku menemuimu. Aku kesepian, mungkin aku akan membawamu ke vila megah yang pernah kutunjukkan padamu. Tentu saja, tidak sekarang. Karena aku masih menikmati darah dan jantung segar dari sahabatmu.”
Tangan
Gio bergetar hebat. Kertas itu jatuh terinjak oleh kerumunan orang yang
mengerubuti penemuan mayat sahabatnya. Ia sadar mengapa jantung Adi tidak
berada di tempat semestinya.
***
Masuk
sekolah di pertengahan semester ganjil, kami kedatangan murid baru pindahan
dari Sulawesi selatan, venisa namanya. Gadis manis itu satu kelas denganku
kelas 7.4 entah mengapa aku bisa menaruh kecurigaan terhadapnya…! Kecurigaan
dimulai saat gadis itu selalu memeluk erat dua boneka aneh. Seakan-akan boneka
itu sesuatu yang sangat berharga baginya. Saat itu pikiranku mulai ke arah
berbau mistis. Waktu aku melihat kejahilan temanku yang berbuat iseng ke
barang-barang venisa di kelas, terlintas dalam pikiran jahatku keluar! aku
mengikuti keisengan mereka untuk memajang semua benda yang ada di dalam tasnya.
Beberapa macam dan bentuk boneka seukuran genggaman tangan. Mungkin, aku akan
bersikap biasa saja kalau memang boneka itu unik. Namun, itu sebaliknya bagiku
aku merasakan kengerian bahkan sempat bulu kudukku berdiri.
Apa
yang akan terjadi setelah boneka ini dalam kemalangan? aku dan indri mengambil
tali tambang, ku ikat semua boneka angker itu di bagian kepalanya, ku ikat di
bagian ujung jendela di setiap kelasku. Kami memandang setiap wajah boneka itu
‘apa perasaan gue aja, tapi… terlihat murung’. Aku melamun menatap wajah angker
itu seakan-akan memohon kepada kami untuk membebaskan mereka.
“cuy…
busyet dah bengong yah lo…” “eng…gga… lo ngerasa gak sih boneka-boneka itu
keliatannya sedih banget” kataku gugup. “enggak ah boneka itu emang dah serem
dari tadi jadi gak kehilatan mimik muka yang lain selain mengerikan, udah ah lo
jangan ngomong kaya gitu lagi, gue merinding nih… udah yuk kita lanjutin
tinggal jendela sebelah sana…” ujar indri… tidak mengubris perkataanku.
“be..ner… dri… serem.. lihat aja bentuk bonekanya ada yang tangannya satu.. di mulutnya ada darah… ada yang melotot. udah ah gue takut serem… gue mau jajan aja..” ucap aku terbata-bata. “awas loe kalau loe pergi gue bakal bawa nama loe…” ujar indri. Aku hanya menelan ludah takut akan ancaman indri kepadaku.
“be..ner… dri… serem.. lihat aja bentuk bonekanya ada yang tangannya satu.. di mulutnya ada darah… ada yang melotot. udah ah gue takut serem… gue mau jajan aja..” ucap aku terbata-bata. “awas loe kalau loe pergi gue bakal bawa nama loe…” ujar indri. Aku hanya menelan ludah takut akan ancaman indri kepadaku.
Saat
kami akan melanjutkan aksi kami tiba-tiba suasana menjadi aneh. Angin
bersiur-siur mendatangkan suhu dingin menambahkan suasana mengerikan. ‘ah… gue
gak perduli tinggal satu pekerjaan lagi selesai..’ yakin indri. “AAAKKH…” aku
teriak kencang, kaget semua boneka itu menyeringai menakutkan. Entah karena aku
merasa gugup boneka itu terlihat senyum seperti menikmati apa yang kami lakukan
dengan boneka-boneka itu. “BRAAAKK…”. pintu kelas tiba-tiba di dobrak kencang.
“AAAKH… apa yang kalian lakukan dengan boneka-bonekaku mereka tidak boleh
diganggu, mereka akan balas dendam sama kalian… turunkan… boneka.. boneka.. itu
sekarang..!” bentak venisa tapi bentakkan itu semakin membuat indri marah.
“eh orang aneh kalau mau boneka itu kembali, ambil sendiri…! loe punya tangan dan kaki yang bisa loe gerakin sendiri” geram indri. “KELUAR…” Matanya berubah menjadi merah seakan-akan kemarahan boneka itu menjadi satu bergabung dalam kemarahan hati venisa. Indri heboh mengolok-olok venisa dengan sebutan (peri biru). indri hanya ingin tahu apa dia berani marah sama dirinya. Aku juga menahan rasa kengerian ini jangan sampai dia melihat kalau aku benar-benar takut. Bola mata itu semakin merah melotot ke arah kami.
“eh orang aneh kalau mau boneka itu kembali, ambil sendiri…! loe punya tangan dan kaki yang bisa loe gerakin sendiri” geram indri. “KELUAR…” Matanya berubah menjadi merah seakan-akan kemarahan boneka itu menjadi satu bergabung dalam kemarahan hati venisa. Indri heboh mengolok-olok venisa dengan sebutan (peri biru). indri hanya ingin tahu apa dia berani marah sama dirinya. Aku juga menahan rasa kengerian ini jangan sampai dia melihat kalau aku benar-benar takut. Bola mata itu semakin merah melotot ke arah kami.
Kami
sempat berteriak, ketika itu dia berlari ke kamar mandi sambil membawa dua
boneka anjingnya dengan kepala yang sengaja dibentuk bergoyang jika disentuh.
Per besi yang digulung melingkar sebagai alat geraknya sengaja dibuat oleh
desainernya. Venisa masih menangis berlari kencang ke kamar mandi dengan
dipeluk erat dua boneka aneh itu…
“cuy dia nangis… loe sih gue bilang jangan terlalu buat ngerjain ntu orang… gue ngerasa bersalah kejar yuk” ajakku.
“enak aja lo, kok gue sih, ini semua tuh kesalahan kita berdua… ya udah kita kejar dia…” indri menarik tanganku kencang. Berlari di koridor kelas mengejar peri biru itu dan meminta maaf. “Kalau bukan indri teman gue dah gue jitakin ntu orang” pikirku. Dilihat-lihat boneka itu sekilas unik tapi, seperti ingin mengancam kami berdua. jadi ingat omongan peri biru tadi.
“cuy dia nangis… loe sih gue bilang jangan terlalu buat ngerjain ntu orang… gue ngerasa bersalah kejar yuk” ajakku.
“enak aja lo, kok gue sih, ini semua tuh kesalahan kita berdua… ya udah kita kejar dia…” indri menarik tanganku kencang. Berlari di koridor kelas mengejar peri biru itu dan meminta maaf. “Kalau bukan indri teman gue dah gue jitakin ntu orang” pikirku. Dilihat-lihat boneka itu sekilas unik tapi, seperti ingin mengancam kami berdua. jadi ingat omongan peri biru tadi.
“venisa…
tunggu-tunggu woy busyet dah pura-pura gak denger…” teriakanku tidak berhasil
menghentikan langkah venisa. Kami lelah tidak kuat mengejar gadis aneh itu.
Terlalu cepat dia berlari. Lalu, kami berhenti tenang ketika dia menghentikan
langkahnya.
Dia
hanya menengok ke arah kami, kami yang berhenti mulai menghampirinya sekilas
dia tersenyum lebar seperti senyum iblis yang siap menerkam kami…! Dia masuk,
yang tidak sengaja kami berhenti di depan toilet perempuan. Indri menyuruhku
diam jangan ada suara sekecil pun yang bisa terdengar. Dia ingin mendengar
ocehan yang keluar dari mulutnya.
“hiks… hiks… mereka semua jahat padaku, saya gak betah di sekolah ini..” suara tangisnya lumayan kencang membuat guru yang lewat terheran-heran melihat kami, kami yang was was harus bersiap-siap mengeluarkan jurus pamungkas biar tidak terjadi kecurigaan. “sudahlah… kami selalu menjaga tuan putri.. kami tak tega bila sang putri menangis, kelakuan mereka hari ini akan mendapatkan balasannya…” suara aneh menyerupai bapak-bapak dan ibu-ibu. Membuat kami kaget, kami melihat jelas bahwa dia masuk sendiri dan tidak ada seorang pun ke kamar mandi..! “venisa… loe gak sendirian kan di dalam loe sama siapa..? venisa keluar donk.” Ku panggil dia untuk mengetahui bahwa tidak ada apa-apa di dalam. “EEENGGGRRMMM…” suara geraman binatang buas mengagetkan kami. Membuat kami meninggalkan tempat itu. Sempat bulu romaku merinding rasanya baru kali ini aku merasakan ketakutan mungkin juga sama yang dirasakan oleh indri. Aku yakin, kalau aku tidak salah dengar suara itu. kami menambah volume berlari kami seperti beberapa gerombolan gajah yang dikejar oleh pemburu yang lewat di koridor kelas, sangat mengganggu konsentrasi murid yang sedang belajar! dengan diiringi suara teriakan ketakutan kami.
“AAAKKH… SETAAAN.. SETAAN…” kecepatan kami berlari, melebihi ruang kelas tempat kami belajar, tarikan mengerem pun siap ditancapkan begitu kerasnya “jreeettt…”.
“cuy kelebihan tuh..” sahutku saat berbelok ke arah indri. “iya dis… lebih… belok cuy..” kami berhenti merapikan penampilan kami sebelum masuk ke kelas. Menghilangkan rasa ketegangan dan kegelisahan yang ada pada diri kami, bersikap seperti biasa dengan gaya masuk tetap stay cool… abis.
Namun, indri tidak kuat menahan perasaannya. Tibanya di ambang pintu kelas indri berubah kacau dia menceritakan semua kejadian yang mungkin orang gak akan percaya. “sudah gue sangka pasti akhirnya begini.” Menggelengkan kepala menahan rasa untuk ikut-ikutan dalam ketegangan. Masyarakat kelas 7,4 yang tidak percaya dengan cerita indri ingin membuktikan sendiri dengan mendatangkan venisa ke toilet putri. Kami berdua diam… melemparkan pandangan bingung. Apa yang harus kami lakukan? bagus bila suara itu masih terdengar kalau suara itu sudah berhenti berbicara. Anak-anak akan marah dan menganggap bahwa kami seorang pembohong besar.
Kalau itu benar-benar terjadi itu mencakup nama baik kami di sekolah ini bisa-bisa ketenaran kami bisa dihapus di sekolahan ini.
“hiks… hiks… mereka semua jahat padaku, saya gak betah di sekolah ini..” suara tangisnya lumayan kencang membuat guru yang lewat terheran-heran melihat kami, kami yang was was harus bersiap-siap mengeluarkan jurus pamungkas biar tidak terjadi kecurigaan. “sudahlah… kami selalu menjaga tuan putri.. kami tak tega bila sang putri menangis, kelakuan mereka hari ini akan mendapatkan balasannya…” suara aneh menyerupai bapak-bapak dan ibu-ibu. Membuat kami kaget, kami melihat jelas bahwa dia masuk sendiri dan tidak ada seorang pun ke kamar mandi..! “venisa… loe gak sendirian kan di dalam loe sama siapa..? venisa keluar donk.” Ku panggil dia untuk mengetahui bahwa tidak ada apa-apa di dalam. “EEENGGGRRMMM…” suara geraman binatang buas mengagetkan kami. Membuat kami meninggalkan tempat itu. Sempat bulu romaku merinding rasanya baru kali ini aku merasakan ketakutan mungkin juga sama yang dirasakan oleh indri. Aku yakin, kalau aku tidak salah dengar suara itu. kami menambah volume berlari kami seperti beberapa gerombolan gajah yang dikejar oleh pemburu yang lewat di koridor kelas, sangat mengganggu konsentrasi murid yang sedang belajar! dengan diiringi suara teriakan ketakutan kami.
“AAAKKH… SETAAAN.. SETAAN…” kecepatan kami berlari, melebihi ruang kelas tempat kami belajar, tarikan mengerem pun siap ditancapkan begitu kerasnya “jreeettt…”.
“cuy kelebihan tuh..” sahutku saat berbelok ke arah indri. “iya dis… lebih… belok cuy..” kami berhenti merapikan penampilan kami sebelum masuk ke kelas. Menghilangkan rasa ketegangan dan kegelisahan yang ada pada diri kami, bersikap seperti biasa dengan gaya masuk tetap stay cool… abis.
Namun, indri tidak kuat menahan perasaannya. Tibanya di ambang pintu kelas indri berubah kacau dia menceritakan semua kejadian yang mungkin orang gak akan percaya. “sudah gue sangka pasti akhirnya begini.” Menggelengkan kepala menahan rasa untuk ikut-ikutan dalam ketegangan. Masyarakat kelas 7,4 yang tidak percaya dengan cerita indri ingin membuktikan sendiri dengan mendatangkan venisa ke toilet putri. Kami berdua diam… melemparkan pandangan bingung. Apa yang harus kami lakukan? bagus bila suara itu masih terdengar kalau suara itu sudah berhenti berbicara. Anak-anak akan marah dan menganggap bahwa kami seorang pembohong besar.
Kalau itu benar-benar terjadi itu mencakup nama baik kami di sekolah ini bisa-bisa ketenaran kami bisa dihapus di sekolahan ini.
“oh my
goodness… indri.. kita harus ngikutin mereka memastikan apa yang akan terjadi
disana.” Indri mengangguk dengan muka sudah kaya orang mau boker. Kami berjalan
agak cepat. Ku hantam orang-orang yang ada di depanku agar kami bisa berjalan
lebih cepat ke toilet tempat peri biru itu dan dimana nyawa kami akan terancam.
“misi… misi… gue mau lewat.” Kulihat dwi berusaha masuk dan menenangkan venisa.
“dew kita ikut dong, gue sama indri yang bikin dia nangis”.
“gak kalian gak boleh masuk mereka gak mau menerima kalian, mereka hanya mengizinkan dwi masuk.” Sahut venisa setengah meledak dari dalam kamar mandi. Melarang kami masuk.
“udah gue aja yang masuk entar kalau ada apa-apa gue teriak kok.” Kami setuju mempersilahkan dwi masuk, biarkanlah dwi yang menenangkan venisa lagian aku sudah memperingatkan untuk berhati-hati dengan boneka itu.
Kejadian hari ini begitu cepat. Masalah dengan venisa akhirnya bisa terselesaikan juga boneka-boneka itu telah di bakar habis. Saat beberapa siswi melaporkannya ke guru bagian agama islam. Ternyata venisa sudah lama seperti ini saat dia berumur tujuh tahun. Sedangkan venisa masih dalam pengobatan untuk mengusir jin-jin berada di dalam tubuhnya. Lalu, siswa-siswi di persilahkan pulang lebih cepat. Kejadian ini sungguh melelahkan. Merasakan sesuatu yang berbeda yang pernah ku rasakan selama ini. Akhirnya aku dan indri bisa pulang ke rumah dengan tenang.
walaupun hati ini masih berdebar ngeri mengingat kejadian hari ini.
“misi… misi… gue mau lewat.” Kulihat dwi berusaha masuk dan menenangkan venisa.
“dew kita ikut dong, gue sama indri yang bikin dia nangis”.
“gak kalian gak boleh masuk mereka gak mau menerima kalian, mereka hanya mengizinkan dwi masuk.” Sahut venisa setengah meledak dari dalam kamar mandi. Melarang kami masuk.
“udah gue aja yang masuk entar kalau ada apa-apa gue teriak kok.” Kami setuju mempersilahkan dwi masuk, biarkanlah dwi yang menenangkan venisa lagian aku sudah memperingatkan untuk berhati-hati dengan boneka itu.
Kejadian hari ini begitu cepat. Masalah dengan venisa akhirnya bisa terselesaikan juga boneka-boneka itu telah di bakar habis. Saat beberapa siswi melaporkannya ke guru bagian agama islam. Ternyata venisa sudah lama seperti ini saat dia berumur tujuh tahun. Sedangkan venisa masih dalam pengobatan untuk mengusir jin-jin berada di dalam tubuhnya. Lalu, siswa-siswi di persilahkan pulang lebih cepat. Kejadian ini sungguh melelahkan. Merasakan sesuatu yang berbeda yang pernah ku rasakan selama ini. Akhirnya aku dan indri bisa pulang ke rumah dengan tenang.
walaupun hati ini masih berdebar ngeri mengingat kejadian hari ini.
Malam
ini begitu sejuk dengan diiringi semilir air hujan ingin rasanya membuka
jendela kamar lebar-lebar supaya kesejukan itu berbagi ke dalam ruanganku
berharap di langit ada bintang yang bisa ku lihat tapi, langit begitu gelap
membuatku sangat takut apa mungkin awan sangat mendung…
“eeehey…” rasanya sedikit kecewa tidak bisa melihat bintang malam hari kali ini.
lalu, “BYUUURRR… DREEESS…” hujan turun sangat deras sepertinya aku harus cepat-cepat menutup jendelanya takut air masuk ke dalam kamar. Kini dingin menusuk ujung kulitku. Kedinginan yang luar biasa membuat bulu kuduku berdiri hebat, ku ambil sweter dengan warna merah kekuning-kuningan dan abu-abu sebagai warna dasarnya, yah lumayan sedikit hangat kurasa…
“eeehey…” rasanya sedikit kecewa tidak bisa melihat bintang malam hari kali ini.
lalu, “BYUUURRR… DREEESS…” hujan turun sangat deras sepertinya aku harus cepat-cepat menutup jendelanya takut air masuk ke dalam kamar. Kini dingin menusuk ujung kulitku. Kedinginan yang luar biasa membuat bulu kuduku berdiri hebat, ku ambil sweter dengan warna merah kekuning-kuningan dan abu-abu sebagai warna dasarnya, yah lumayan sedikit hangat kurasa…
Tiba-tiba
aku mencium bau benda habis terbakar mataku waspada sambil mencari dan
mengedus-ngedus benda apa yang ku bakar di dalam kamar ini.
“perasaan gak ada yang gue bakar.” ujarku. Penciumanku tertuju di dalam lemari pakaian. Bau itu sangat menyengat bau gosong!. sempat aku menelan ludah lalu pikiranku mengingat akan kejadian tadi pagi di sekolah. dalam hitungan satu, dua, tiga sambil mata kututup dengan tangan kanan membuka lemari itu, tapi, yang ku temukan hanyalah pakaian-pakaian rapi.
“cuh leganya gue kirain apa.” Belum lama ku merasa lega. Dari arah belakangku terdengar suara hentakan kaki. Tanganku gemetar, keringat dingin bercucuran bersiap untuk lari!! ketika aku menengok ke belakang “aakkkhhh… gak mungkin.. gak mungkin… kenapa boneka-boneka ini bisa kesini padahal kan tadi pagi sudah dibakar habis aaakhhh… aaakkhh… jangan ganggu saya.” Boneka venisa datang ke rumahku. Muka itu lebih buruk bekas kebakar.
“perasaan gak ada yang gue bakar.” ujarku. Penciumanku tertuju di dalam lemari pakaian. Bau itu sangat menyengat bau gosong!. sempat aku menelan ludah lalu pikiranku mengingat akan kejadian tadi pagi di sekolah. dalam hitungan satu, dua, tiga sambil mata kututup dengan tangan kanan membuka lemari itu, tapi, yang ku temukan hanyalah pakaian-pakaian rapi.
“cuh leganya gue kirain apa.” Belum lama ku merasa lega. Dari arah belakangku terdengar suara hentakan kaki. Tanganku gemetar, keringat dingin bercucuran bersiap untuk lari!! ketika aku menengok ke belakang “aakkkhhh… gak mungkin.. gak mungkin… kenapa boneka-boneka ini bisa kesini padahal kan tadi pagi sudah dibakar habis aaakhhh… aaakkhh… jangan ganggu saya.” Boneka venisa datang ke rumahku. Muka itu lebih buruk bekas kebakar.
Apa
yang membuat boneka-boneka itu datang kemari. Aku berlari ke luar kamar mencoba
menghindar dari kejaran boneka itu.
“bruuuk…” aku terjatuh dari tangga karena telah menabrak sebuah boneka kayu – duduk di depan tangga dan aku tidak bisa melihatnya. Aku terjatuh, bergelinding dengan hebatnya kepalaku terbentur tembok sehingga darah segar keluar dari pelipisku. Aku mencoba untuk bangun tapi, kakiku tidak bisa digerakkan.
“hihihi…” mereka menertawaiku. Mereka menganggap itu sangat lucu lalu, mereka mencoba untuk mendekatiku.
“pergi… keluar dari rumah ku.” Aku teriak sehingga terdengar suara lengkingan ku di setiap sudut dalam rumah. Mencoba membuat mereka takut, aku berusaha untuk berdiri walau harus dengan kaki kanan yang diseret.
“AAAGH…” aku teriak sambil menuruni anak tangga. Berusaha untuk menggenggam telepon rumah untuk menelpon indri. “gue mesti telfon indri… gue harus tahu apa dia juga didatangi oleh boneka setan venisa.” Pikirku. Aku berjalan dengan kaki kanan yang pincang. Kutekan nomor indri dengan hati berdebar ngeri, merinding, tak karuan.
“iiits… lama bener.” Ujarku kesal.
“ha..llo..” indri menjawab telponku dengan gugup.
“ha..llo… dri… tolongin gue, loe kesini donk, boneka setan itu datang ke rumah gue.” ujarku gak kalah paniknya ingin rasanya aku menangis sungguh aku merasa takut sekali.
“hallo sama gue juga… kok kita jadi didatengin gini sih, udah muka mereka gosong semua… hiy…”
“terus kita mesti gimana donk, loe kesini sih, gue takut sendirian.” Sahutku berharap boneka itu tak menemukanku.
“gimana caranya! gue ke rumah loe? rumah gue dikunci sama boneka itu, gue berharap boneka itu gak nemuin gue, gue lagi di dalam lemari.” Indri berbicara pelan di telingaku.
“praa…ngggg.” Suara gelas pecah berasal dari belakangku.
“hihihi… maaf.” Aku menoleh ke arah belakang, melihat 2 boneka kayu berukuran besar memecahkan gelas kesayanganku dengan senyuman yang sumringah sambil meminta maaf ke arahku. Membuat aku merinding ngeri.
“AAAGH..” indri teriak. Lalu, suara telpon kami terputus. Aku putus asa apa yang mesti aku lakukan..?
“bruuuk…” aku terjatuh dari tangga karena telah menabrak sebuah boneka kayu – duduk di depan tangga dan aku tidak bisa melihatnya. Aku terjatuh, bergelinding dengan hebatnya kepalaku terbentur tembok sehingga darah segar keluar dari pelipisku. Aku mencoba untuk bangun tapi, kakiku tidak bisa digerakkan.
“hihihi…” mereka menertawaiku. Mereka menganggap itu sangat lucu lalu, mereka mencoba untuk mendekatiku.
“pergi… keluar dari rumah ku.” Aku teriak sehingga terdengar suara lengkingan ku di setiap sudut dalam rumah. Mencoba membuat mereka takut, aku berusaha untuk berdiri walau harus dengan kaki kanan yang diseret.
“AAAGH…” aku teriak sambil menuruni anak tangga. Berusaha untuk menggenggam telepon rumah untuk menelpon indri. “gue mesti telfon indri… gue harus tahu apa dia juga didatangi oleh boneka setan venisa.” Pikirku. Aku berjalan dengan kaki kanan yang pincang. Kutekan nomor indri dengan hati berdebar ngeri, merinding, tak karuan.
“iiits… lama bener.” Ujarku kesal.
“ha..llo..” indri menjawab telponku dengan gugup.
“ha..llo… dri… tolongin gue, loe kesini donk, boneka setan itu datang ke rumah gue.” ujarku gak kalah paniknya ingin rasanya aku menangis sungguh aku merasa takut sekali.
“hallo sama gue juga… kok kita jadi didatengin gini sih, udah muka mereka gosong semua… hiy…”
“terus kita mesti gimana donk, loe kesini sih, gue takut sendirian.” Sahutku berharap boneka itu tak menemukanku.
“gimana caranya! gue ke rumah loe? rumah gue dikunci sama boneka itu, gue berharap boneka itu gak nemuin gue, gue lagi di dalam lemari.” Indri berbicara pelan di telingaku.
“praa…ngggg.” Suara gelas pecah berasal dari belakangku.
“hihihi… maaf.” Aku menoleh ke arah belakang, melihat 2 boneka kayu berukuran besar memecahkan gelas kesayanganku dengan senyuman yang sumringah sambil meminta maaf ke arahku. Membuat aku merinding ngeri.
“AAAGH..” indri teriak. Lalu, suara telpon kami terputus. Aku putus asa apa yang mesti aku lakukan..?
3 hari
berlalu…
Sejak kejadian itu, boneka-boneka itu menghilang entah kemana! Yang pasti aku hanya bisa bersyukur atas perginya boneka-boneka setan itu. Siang ini matahari begitu semangatnya menyebarkan cahaya panasnya, ayah dan ibuku pergi keluar untuk membeli keperluan kami, aku sempat di ajak oleh mereka tapi, aku menolaknya lantaran tugas sekolahku belum diselesaikan.
“teng ne… ne.. ne… ne… teng… ne… ne…” suara lagu dari kotak musik mainanku yang kusimpan, berbunyi, aku sempat kaget. Aku mencoba melihat apa yang ada di gudangku sehingga kotak musikku berbunyi. Ku buka pintu gudang itu dan apa yang kau tahu di dalam sana?
“hiy.. hiy.. hiy…” boneka itu menertawaiku. Aku berlari keluar tapi, usahaku sia-sia dan ‘bruuuk’ pintu gudang terkunci aku tekunci di dalam gudang dan kalian tahu apa yang mereka lakukan kepadaku ialah sesuatu yang mengerikan telah terjadi denganku dan indri. dan semua boneka itu tidak akan menghilang sampai mereka benar-benar puas untuk menakuti, menjaili, membuat aku dan indri tidak nyaman berada di rumah dan di sekolah mereka akan selalu terus mengintai dan mengikuti kami berdua. Hingga semua orang yang berada di sekitar aku dan indri menganggap kami gila dengan ocehan bodoh yang terlontar dari mulut kami.
Sejak kejadian itu, boneka-boneka itu menghilang entah kemana! Yang pasti aku hanya bisa bersyukur atas perginya boneka-boneka setan itu. Siang ini matahari begitu semangatnya menyebarkan cahaya panasnya, ayah dan ibuku pergi keluar untuk membeli keperluan kami, aku sempat di ajak oleh mereka tapi, aku menolaknya lantaran tugas sekolahku belum diselesaikan.
“teng ne… ne.. ne… ne… teng… ne… ne…” suara lagu dari kotak musik mainanku yang kusimpan, berbunyi, aku sempat kaget. Aku mencoba melihat apa yang ada di gudangku sehingga kotak musikku berbunyi. Ku buka pintu gudang itu dan apa yang kau tahu di dalam sana?
“hiy.. hiy.. hiy…” boneka itu menertawaiku. Aku berlari keluar tapi, usahaku sia-sia dan ‘bruuuk’ pintu gudang terkunci aku tekunci di dalam gudang dan kalian tahu apa yang mereka lakukan kepadaku ialah sesuatu yang mengerikan telah terjadi denganku dan indri. dan semua boneka itu tidak akan menghilang sampai mereka benar-benar puas untuk menakuti, menjaili, membuat aku dan indri tidak nyaman berada di rumah dan di sekolah mereka akan selalu terus mengintai dan mengikuti kami berdua. Hingga semua orang yang berada di sekitar aku dan indri menganggap kami gila dengan ocehan bodoh yang terlontar dari mulut kami.
***
Cerita
ini aku dapet dari tetangga-tetangga yang biasa ngegosip. Gini ceritanya.
Aku punya tetangga, dia itu tukang bakso keliling. Saat itu bulan puasa, jadi dia pergi jualan kelilingnya jam setengah 5 sorean, dan pulang malam. Bisa jam 1 atau 2 lah sampai rumah. Tapi saat itu dia pulang jam 11 malam.
Aku punya tetangga, dia itu tukang bakso keliling. Saat itu bulan puasa, jadi dia pergi jualan kelilingnya jam setengah 5 sorean, dan pulang malam. Bisa jam 1 atau 2 lah sampai rumah. Tapi saat itu dia pulang jam 11 malam.
Saat
sang tukang bakso mau pulang dan sedikit lagi sampai. Tapi harus melewati rumah
kosong yang sudah ditinggal selama 3 tahun oleh penghuninya karena meninggal
dunia.
Saat
melewati sang tukang bakso mendengar suara orang tertawa. “Hihihihihi”
Suara itu berasal dari rumah kosong itu. Sang tukang bakso pun melihat ke belakang tidak ada siapa siapa. Tukang bakso pun meinding. Karena tukang baksonya ketakutan, dia pun menelepon temannya. Temannya pun datang dan menjempunnya.
Suara itu berasal dari rumah kosong itu. Sang tukang bakso pun melihat ke belakang tidak ada siapa siapa. Tukang bakso pun meinding. Karena tukang baksonya ketakutan, dia pun menelepon temannya. Temannya pun datang dan menjempunnya.
Bukan
hanya itu, orang orang sekitar rumah kosong itu pun pernah melihat penampakan
seorang kakek kakek yang tiba tiba menghilang.
***
Ruangan
ini, mengapa harus ruangan ini lagi. ruangan yang membuat hidupku tiba-tiba
berubah begini. Jika harus diasingkan mengapa harus di ruangan ini.
Tepat
seminggu lalu saat keluargaku sedang asik-asiknya membereskan barang-barang di
rumah baru ini, aku malah asik bermain dengan kucing kesayanganku. dia sungguh
lasak dan tak mau diam. terus berlari dan menaiki satu per satu anak tangga
yang ada di rumahku. anak tangga itulah yang akan membawa siapapun masuk ke
dalam ruangan itu, ruangan yang sangat tersisihkan dan kelam itu.
“puss… jangan masuk kesitu” aku sudah melarang kucingku untuk tidak masuk ke dalam sana, tapi dia sungguh nakal dan tak mau diberitahu, dia tak mengindahkan perintahku, sang majikannya.
Kebetulan sekali pintu itu terbuka, dia masuk. aku mengejarnya, tapi… langkahku terhenti saat aku melihat dengan kedua mataku yang masih normal ini sesosok makhluk aneh yang bentuknya sangat absurd tapi yang jelas warna dominan hitam. makhluk itu sedang memegang kucingku yang malang, dia sudah tewas di tangan makhluk itu, lihat saja mulut berbulunya berlumuran darah, tubuh kucingku sudah tercabik-cabik tak karuan. sejenak aku berpikir ini mimpi. tapi tidak, ini nyata. Aku hanya terdiam membelalakkan kedua mataku, rasanya ternggorokanku ini sedang tersumbat sehingga tak ada suara yang berhasil keluar dari mulutku. aku seperti bisu sesaat.
Makhluk itu menghilang entah kemana, saat kami bertatap mata. yah, aku melihat matanya yang merah dan wajahnya yang sangat menjijikkan itu.
“puss… jangan masuk kesitu” aku sudah melarang kucingku untuk tidak masuk ke dalam sana, tapi dia sungguh nakal dan tak mau diberitahu, dia tak mengindahkan perintahku, sang majikannya.
Kebetulan sekali pintu itu terbuka, dia masuk. aku mengejarnya, tapi… langkahku terhenti saat aku melihat dengan kedua mataku yang masih normal ini sesosok makhluk aneh yang bentuknya sangat absurd tapi yang jelas warna dominan hitam. makhluk itu sedang memegang kucingku yang malang, dia sudah tewas di tangan makhluk itu, lihat saja mulut berbulunya berlumuran darah, tubuh kucingku sudah tercabik-cabik tak karuan. sejenak aku berpikir ini mimpi. tapi tidak, ini nyata. Aku hanya terdiam membelalakkan kedua mataku, rasanya ternggorokanku ini sedang tersumbat sehingga tak ada suara yang berhasil keluar dari mulutku. aku seperti bisu sesaat.
Makhluk itu menghilang entah kemana, saat kami bertatap mata. yah, aku melihat matanya yang merah dan wajahnya yang sangat menjijikkan itu.
Pagi
ini, di ruangan yang sangat ini aku hindari ini, lagi-lagi aku diasingkan.
entah mengapa semenjak kejadian itu tiba-tiba aku seperti orang sawan, tubuhku
menggeletar dan aku pasti akan merusak benda apa saja yang kulihat. maka dari
itu, jalan terbaiknya agar barang-barang di rumahku yang masih utuh tak ikut
jadi korban atas tindakanku yang tak masuk akal ini, aku diasingkan. di ruangan
ini.
Entah
apa penyebabnya, dokter profesional pun tak bisa meramalkannya. banyak yang
menyarankan keluargaku untuk bertanya panya paranormal, tapi itu tadi,
keluargaku tak percaya pada paranormal dan aku juga.
Bukan tak mau menceritakan apa yang aku alami seminggu lalu pada keluargaku, aku sudah capek mengoceh pada mereka tapi tak ada satu pun yang percaya. atas hilangnya kucingku, mereka anggap bahwa kucingku hanya sedang berada di suatu tempat untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. yap, kucingku bukan mati, tapi menghilang. tak ada bangkainya yang tersisa, itulah salah satu alasannya mengapa keluargaku tak percaya. ini gila. benar-benar gila.
Bukan tak mau menceritakan apa yang aku alami seminggu lalu pada keluargaku, aku sudah capek mengoceh pada mereka tapi tak ada satu pun yang percaya. atas hilangnya kucingku, mereka anggap bahwa kucingku hanya sedang berada di suatu tempat untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. yap, kucingku bukan mati, tapi menghilang. tak ada bangkainya yang tersisa, itulah salah satu alasannya mengapa keluargaku tak percaya. ini gila. benar-benar gila.
Aku
semakin bingung dengan diriku, semakin lama semakin tak terarah, seperti ada
sesuatu yang mengontrol tubuhku untuk merusak apapun yang kulihat dan sekarang
kumatnya bukan pada pagi hari saja, tapi malam juga.
Hari
ini aku memutuskan untuk mencari jawabannya pada temanku yang punya indra
keenam, aku baru terpikir sakarang untuk menemuinya, aku merasa mungkin saja
ada yang merasukiku.
“Schawdanskey… yap aku yakin itu”
“Maksudmu, memang benar ada yang mengikutiku?”
“Yap dia adalah makhluk aneh, makhluk dunia lain yang senang bermain-main di dunia manusia”
“Aku tak mengerti mengapa dia mengikutiku?”
“Dia menginginkamu…” Kata isabel tetangga lamaku, dia terkenal bisa melihat-lihat dan punya indra keenam, juga sangat menekuni dunia mistis.
“Aku…?” tanyaku kebingungan.
“Menurut buku yang pernah kubaca… makhluk ini akan mengikuti siapapun yang menatap matanya, biasanya selama satu bulan jika sudah pas dan dia suka, maka dia akan mengambil tubuh orang itu. membuat sang empunya hilang kesadaran bahkan hidup tapi mati” katanya sambil sedikit menghororkan suaranya.
“Hidup tapi mati?”
“Ya, semua orang melihatmu hidup, tapi sebenarnya kau mati arwahmu entah berada dimana”
“Jadi, yang ada di tubuhku… makhluk itu?”
“Tepat sekali, tapi kau jangan khawatir dia tak akan mengambil tubuhmu. kau tak pernah melihatnya kan?” tanya isabel.
“Makhluk itu? ehm… bagaimana wajahnya?” Tanyaku.
“Ehm… sebentar aku ada fotonya.
Isabel menunjukkan gambar dari makhluh aneh itu dan…
“Astaga… aku pernah melihatnya, waktu itu…” Aku menceritakan panjang lebar tentang yang aku alami.
“Memang, dia makhluk yang jahat dan sangat misterius” kata isabel.
“Aku bagimana?”
“Dua minggu lalu, masih ada dua minggu lagi untukmu sebelum dia mengambil tubuhmu”
“Terus?”
“Ehm… sebentar” isabel mulai memainkan komputernya.
“Lihat…”
Akupun mulai membaca artikel tentang bagaimana cara terbebas dari makhluk itu.
“… jika sudah sampai waktunya, kau harus mempersiapkan diri. jangan tidur. ya, karena di saat itu dia akan masuk ke dalam tubuhmu, di saat semua anggota tubuhmu rileks dia akan bebas keluar masuk. maka dari itu jangan tidur, jika kau tidur maka ketika matamu terbuka, jiwamu sudah tak bersatu dengan tubuhmu lagi. disarankan tiga hari sebelum waktunya tiba. jangan tidur.” Aku dengan serius membaca artikel itu.
“Emily, hanya satu syaratnya jangan tidur. kau bisa?” Tanya isabel.
“Bisa” jawabku lantang.
“Schawdanskey… yap aku yakin itu”
“Maksudmu, memang benar ada yang mengikutiku?”
“Yap dia adalah makhluk aneh, makhluk dunia lain yang senang bermain-main di dunia manusia”
“Aku tak mengerti mengapa dia mengikutiku?”
“Dia menginginkamu…” Kata isabel tetangga lamaku, dia terkenal bisa melihat-lihat dan punya indra keenam, juga sangat menekuni dunia mistis.
“Aku…?” tanyaku kebingungan.
“Menurut buku yang pernah kubaca… makhluk ini akan mengikuti siapapun yang menatap matanya, biasanya selama satu bulan jika sudah pas dan dia suka, maka dia akan mengambil tubuh orang itu. membuat sang empunya hilang kesadaran bahkan hidup tapi mati” katanya sambil sedikit menghororkan suaranya.
“Hidup tapi mati?”
“Ya, semua orang melihatmu hidup, tapi sebenarnya kau mati arwahmu entah berada dimana”
“Jadi, yang ada di tubuhku… makhluk itu?”
“Tepat sekali, tapi kau jangan khawatir dia tak akan mengambil tubuhmu. kau tak pernah melihatnya kan?” tanya isabel.
“Makhluk itu? ehm… bagaimana wajahnya?” Tanyaku.
“Ehm… sebentar aku ada fotonya.
Isabel menunjukkan gambar dari makhluh aneh itu dan…
“Astaga… aku pernah melihatnya, waktu itu…” Aku menceritakan panjang lebar tentang yang aku alami.
“Memang, dia makhluk yang jahat dan sangat misterius” kata isabel.
“Aku bagimana?”
“Dua minggu lalu, masih ada dua minggu lagi untukmu sebelum dia mengambil tubuhmu”
“Terus?”
“Ehm… sebentar” isabel mulai memainkan komputernya.
“Lihat…”
Akupun mulai membaca artikel tentang bagaimana cara terbebas dari makhluk itu.
“… jika sudah sampai waktunya, kau harus mempersiapkan diri. jangan tidur. ya, karena di saat itu dia akan masuk ke dalam tubuhmu, di saat semua anggota tubuhmu rileks dia akan bebas keluar masuk. maka dari itu jangan tidur, jika kau tidur maka ketika matamu terbuka, jiwamu sudah tak bersatu dengan tubuhmu lagi. disarankan tiga hari sebelum waktunya tiba. jangan tidur.” Aku dengan serius membaca artikel itu.
“Emily, hanya satu syaratnya jangan tidur. kau bisa?” Tanya isabel.
“Bisa” jawabku lantang.
Hari-hari
kujalani seperti biasanya, pagi dan malam aku akan diasingkan ke ruangan ini.
aku takut, sebentar lagi genap sebulan. Aku tak memberitahu satu pun anggota
keluarku, karena aku tahu mereka pasti tak kan percaya.
Tiga
hari sebelum genap sebulan, aku sudah banyak membeli apapun yang bisa membantu
untuk tak tertidur. Aku takut, ditambah lagi semalam orangtuaku pergi dan
jadilah aku di rumah sendiri. Aku merasa semakin ada yang mendekatiku dan
menyesakkan dadaku, ini hari tepat sebulan dan aku terus memelekkan mataku.
Belum istirahat semenit pun.
Malam tiba, keadaan malam ini begitu mencekam rasaku. aku memutar lagu rock sekuat mungkin dengan menggunakan earphone.
Malam tiba, keadaan malam ini begitu mencekam rasaku. aku memutar lagu rock sekuat mungkin dengan menggunakan earphone.
“Aaaaa…
tolong jangan, jangan aku masih ingin hidup jangaaaan… aaaa” makhluk itu
semakin dekat, apa yang harus aku lakukan, aku tak bisa bergerak, kakiku terasa
sangat berat, dia semakin dan akhirnya berhasil memegang tanganku dan…
Aku
membuka mata, putih. Hanya warna putih yang bisa kulihat. Dimana aku ini,
jangan-jangan aku sudah berada di… surga?
“Ibu?” Aku terkejut, sekaligus bersyukur karena aku masih hidup dan masih bisa melihat dunia terutama ibuku.
“Apa yang kau lakukan? sehingga tidak tidur selama beberapa hari ini?” Tanya ibu.
“Eee… aku.. aku..”. “Sudahlah jangan kau ulangi lagi” kata ibu, kemudian meninggalkanku sendiri di ruangan ini.
Aku bersyukur, makhluk itu tak mengambil tubuhku dan membiarkan rohku berkeliaran di muka bumi ini, aku tak tahu mengapa. Tapi yang pasti makhluk itu telah meninggalkan bekas yang mungkin agak lama hilangnya di pergelangan tangan kiriku ini.
“Ibu?” Aku terkejut, sekaligus bersyukur karena aku masih hidup dan masih bisa melihat dunia terutama ibuku.
“Apa yang kau lakukan? sehingga tidak tidur selama beberapa hari ini?” Tanya ibu.
“Eee… aku.. aku..”. “Sudahlah jangan kau ulangi lagi” kata ibu, kemudian meninggalkanku sendiri di ruangan ini.
Aku bersyukur, makhluk itu tak mengambil tubuhku dan membiarkan rohku berkeliaran di muka bumi ini, aku tak tahu mengapa. Tapi yang pasti makhluk itu telah meninggalkan bekas yang mungkin agak lama hilangnya di pergelangan tangan kiriku ini.
***
Dompet
merah ini kutemukan di jalanan di depan kios sayurku. Aku memperhatikan dompet
merah ini lekat-lekat. Dompet ini warnanya benar-benar merah seperti… Darah!
Hii… aku bergidik. Apakah warna merah ini di cat dengan warna merah darah? Aku pun penasaran. Aku cium dompet itu. Kalau memang bau anyir pasti darah. Setelah kucium, ternyata benar! Baunya anyir. Tidak salah lagi ini adalah darah!
Hii… aku bergidik. Apakah warna merah ini di cat dengan warna merah darah? Aku pun penasaran. Aku cium dompet itu. Kalau memang bau anyir pasti darah. Setelah kucium, ternyata benar! Baunya anyir. Tidak salah lagi ini adalah darah!
Aku
menunggu kios ku sambil bengong. Dari pagi, tidak ada pembeli. Aku terus
kepikiran tentang dompet merah itu.
“Lin, dari tadi ibu tuh heran, itu dompet siapa sih?” tanya ibu sambil mengusir lalat yang menempel di sayuran.
“Aku temukan di jalan, bu.” ucapku.
Ibu memperhatikan dompet itu. Alis matanya saling bertaut. “Mendingan kamu buang aja deh dompet itu. Warna merahnya seram.” ucap ibu. Hii… aku kembali bergidik.
Tapi, biarpun penakut aku ini orangnya penasaran. Aku tidak membuang dompet itu.
“Lin, dari tadi ibu tuh heran, itu dompet siapa sih?” tanya ibu sambil mengusir lalat yang menempel di sayuran.
“Aku temukan di jalan, bu.” ucapku.
Ibu memperhatikan dompet itu. Alis matanya saling bertaut. “Mendingan kamu buang aja deh dompet itu. Warna merahnya seram.” ucap ibu. Hii… aku kembali bergidik.
Tapi, biarpun penakut aku ini orangnya penasaran. Aku tidak membuang dompet itu.
Hari
ini, lagi-lagi kios sepi. Aku keluar dari kios dan duduk di bangku kayu sudut
pasar. Tempat paling sepi di pasar ini.
Tiba-tiba seorang kakek pucat lewat. Ia tampak kaget melihat dompet itu. “Dik. Ini dompet saya. Adik temukan dimana?” tanya kakek itu.
“Di jalanan kek. Kalau ini punya kakek, ambil saja.” aku menyerahkan dompet itu. Kakek itu duduk di sebelahku. Bau kakek ini anyir, sama seperti dompet itu. Aku sedikit memberi jarak pada kakek itu.
“Adik kebauan ya? Maaf ya, kakek ini tukang ikan. Jadi bau amis.” ucap kakek itu. Aku lega. Mungkin bau dompet itu karena terlalu sering berhubungan dengan ikan.
“Dik, untuk berterima kasih. Ambil saja uang ini.” kakek itu menyerahkan uang 50 ribuan. Aku senang bukan kepalang. Aku menerima uang itu. Kakek itu masuk ke dalam lorong yang gelap dan becek. Ada sebuah palang yang tertulis kata “Kencana” di pinggir lorong sempit itu. Tapi, aku tidak peduli. Aku langsung pergi ke tukang mainan.
Tiba-tiba seorang kakek pucat lewat. Ia tampak kaget melihat dompet itu. “Dik. Ini dompet saya. Adik temukan dimana?” tanya kakek itu.
“Di jalanan kek. Kalau ini punya kakek, ambil saja.” aku menyerahkan dompet itu. Kakek itu duduk di sebelahku. Bau kakek ini anyir, sama seperti dompet itu. Aku sedikit memberi jarak pada kakek itu.
“Adik kebauan ya? Maaf ya, kakek ini tukang ikan. Jadi bau amis.” ucap kakek itu. Aku lega. Mungkin bau dompet itu karena terlalu sering berhubungan dengan ikan.
“Dik, untuk berterima kasih. Ambil saja uang ini.” kakek itu menyerahkan uang 50 ribuan. Aku senang bukan kepalang. Aku menerima uang itu. Kakek itu masuk ke dalam lorong yang gelap dan becek. Ada sebuah palang yang tertulis kata “Kencana” di pinggir lorong sempit itu. Tapi, aku tidak peduli. Aku langsung pergi ke tukang mainan.
“Eh,
gila lu! Boneka itu harganya 45.000 tau! Apa-apaan dibayar make kertas kuning
lusuh begini. Ngeledek gua lo?” marah si penjual toko. Aku menjatuhkan boneka
yang sedang ku peluk. Kuraih kertas itu. Tertulis:
Dompet ini milik Abu Louis, pembunuh ganas pada tahun 1938. Konon, Abu menjadi penjahat karena menyukai darah. Semua barangnya ia cat dengan darah orang yang diburunya. Ia meninggal di umur 70 tahun dan dikuburkan di TPU Kencana.
Aku tersentak. Angin bertiup. Samar-samar tercium bau darah.
Dompet ini milik Abu Louis, pembunuh ganas pada tahun 1938. Konon, Abu menjadi penjahat karena menyukai darah. Semua barangnya ia cat dengan darah orang yang diburunya. Ia meninggal di umur 70 tahun dan dikuburkan di TPU Kencana.
Aku tersentak. Angin bertiup. Samar-samar tercium bau darah.